"Bahkan saat kau di sampingku, aku merindukanmu"
Alvis memperlambat laju motornya, "Bisakah kamu melihatku sekali saja?"
"Aku bahkan melihatmu setiap hari, kamu selalu muncul di hadapanku" balas Keola berusaha untuk tidak mengartikan terlalu jauh maksud ucapan Alvis, walaupun sebenarnya ia mengerti maksud sebenarnya kalimat tersebut.
"Bukan itu maksudku"
"Belok kanan di depan, itu rumahnya" ucap Keola mengalihkan pembicaraan sambil menunjuk kearah rumah berwarna biru muda, 50 meter dari tempat mereka sekarang.
Alvis menikuti perintah Keola dan merekapun sampai di tempat tujuan.
"Dimana bang Ifat?" tanya Difa yang sekarang sudah berdiri di depan pintu gerbang.
"Dia masih sibuk dengan calon kakak iparmu" ketus Keola sambil membuka helm-nya.
Difa tersenyum setelah menyedari pria yang datang bersama Keola adalah Alvis. Seakan tuli, ia hanya fokus pada Alvis sambil menyisir rambutnya dengan jari tangan. Setelah dirasa cukup, Difa memasukkan ponselnya yang ia gunakan sebagai cermin ke dalam saku celana.
"Bang Alvisss" panggil Difa lembut yang membuat Keola tergidik geli mendengarnya.
Alvis menoleh, "Ada apa adek cantik?" balasnya dengan nada yang sama.
"Kamu mengenalnya?" tanya Keola tidak menyangka kalau Difa mengenal Alvis.
"Tentu saja, bang Alvis kan temannya tetangga kita" jawab Difa tanpa melihat ke arah lawan bicarannya dan dengan nada bicara yang menurut Keola terlalu dipaksakan untuk terdengar manis.
Keola membulatkan mulut membentuk huruf 'O' kemudian berjalan melewati Difa. Tapi baru beberapa langkah berjalan ia berhenti dan berbalik saat mendengar Difa mengatakan, "Ayo masuk dulu!"
"Dia nggak ada waktu, dia harus pulang" jawab Keola dengan cepat.
"Tentu saja" ucap Alvis bersemangat.
Keola tersenyum pemuh kemenangan, "Tuh dengar sen-hei! Kenapa kamu malah turun?"
Keola terkejut, ternyata ia salah mengartikan maksud ucapan Alvis. Ia fikir Alvis menolak ajakan Difa, ternyata pria itu menerimanya dan sekarang bahkan mereka berdua berjalan melewati Keola dengan santai sambil mengobrol seakan-akan Keola tidak ada.
'Mereka mengabaikanku?' batin Keola tidak percaya.
__***__
"Rifki" panggil seseorang saat Rifki baru saja ingin membuka pintu rumahnya. Ia berbalik, dua orang wanita sedang berdiri di balik pintu gerbang, salah satu dari mereka melambaikan tangan sambil tersenyum.
"Kenapa nggak masuk aja ke rumah?" tanya Rifki sambil membuka pintu gerbang.
"Aku pulang dulu ya" ucap wanita berambut lurus sepinggang pada wanita berambut pendek sebahu yang berdiri di sampingnya.
Setelah memastikan temannya sudah benar-benar pergi, wanita berambut sebahu itu langsung memeluk Rifki.
"Aku merindukanmu" ucap wanita itu manja.
"Kitakan bertemu setiap hari" Rifki mengusap lembut puncak kepala wanita itu kemudian melepaskan pelukannya. Tapi, gagal karena wanita itu makin mengeratkan dekapannya.
"Aku masih ingin seperti ini" rengek wanita itu.
"Kamu tadi pergi kemana sih? Jam kuliah sudah selesai kamu belum pulang, aku sudah lama menunggumu di rumah Alifa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Isn't Over
Teen Fiction"Kau mengakhiri semua ketika aku sudah benar-benar mencintaimu Taukah kau mengobati luka tak semudah itu? Melupakan, aku butuh tak sedikit waktu Menjalin hubungan jarak jauh itu bukanlah sebuah musibah, tapi kenapa kau menjadikan itu sebagai alasan...