"Senyuman itu sangat kejam, itu berbahaya"
3 Tahun kemudian...
"Selamat pagi, pak" sapa Keola pada satpam yang sedang berdiri di balik pintu gerbang.
Keola menggenggam erat tali tasnya sambil sesekali berlari kecil dan semakin dipercepat saat matanya melihat pria berkemeja abu-abu yang sekarang juga sedang melihat kearahnya. Wajah Keola tersenyum bahagia, berbeda dengan pria itu yang membulatkan mata, terkejut dengan kedatangannya.
Pria itu berbalik dan berlari,
"Ifattt..."
"Eldya..."
Suara panggilan terdengar bersamaan dengan suara teriakan Keola dan juga dengan volume yang hampir sama. Keola menoleh, dahinya mengkerut, seorang pria yang berdiri 20 meter darinya sedang menatapnya dengan wajah tersenyum.
Menyadari hal itu Keola dengan cepat menundukkan kepalanya, "Masih terlalu pagi untuk kePD-an" gumam Keola sambil berjalan dengan tergesa-gesa.
"Kamu nggak boleh duduk disini!" ucap Ifat sambil meletakkan tas di atas kursi yang ada di sampingnya.
"Kenapa?"
Ifat menghela nafas berat, ia meletakkan ponselnya di atas meja kemudian menoleh, "Apa kamu nggak bosan? Ini sudah tahun ketiga kita duduk bersama"
Keola menggelengkan kepala. Ia ingin memindahkan tas Ifat, namun pria itu menahannya.
"Hei, Ibnu. Kemarilah!" panggil Ifat pada salah seorang mahasiswa yang baru saja datang sambil melambaikan tangannya, memberi kode agar pria bernama Ibnu itu mendekat.
"Ada apa?"
Ifat menarik tangan Ibnu menuntun pria itu untuk duduk di kursi samping tempat duduknya.
"Aduh, bagaimana ini? sepertinya kamu harus cari tempat duduk yang lain" ucap Ifat mulai mendramatisir keadaan.
Keola memutar bola matanya kesal. Sekarang ia tahu alasan Ifat pergi ke kampus lebih cepat hari ini, pria itu mencoba menghindarinya.
Brak
Keola menendang kaki kursi yang sedang di duduki Ibnu sambil menatap tajam pria itu, sebelum berbalik pergi.
"Kamu yakin, nggak apa-apa kalau aku duduk disini?" tanya Ibnu khawatir. Namun Ifat tidak menjawab, ia hanya sibuk bermain dengan ponselnya sambil sesekali tersenyum dan bahkan terkadang tertawa.
Keola mendudukkan bokongnya dengan malas di kursi barisan paling belakang pojok kanan. Ia meletakkan kepalanya di atas kedua tangannya yang ia lipat di atas meja kemudian memejamkan mata.
"Apa kamu sudah lihat mahasiswa baru itu? Aku dengar-dengar dia punya banyak penggemar, bahkan gosipnya dia dapat perlakuan istimewa dari kakak tingkat saat ospek"
"Oya? Aku belum melihatnya, aku penasaran setampan apa dia? Apa lebih tampan dari kak Hamdan?"
"Tentu saja, kamu harus melihatnya! Namanya Rifki, mahasiswa jurusan hukum"
'Rifki' batin Keola. Matanya refleks terbuka saat telinganya mendengar nama yang sama dengan pria yang pernah mengisi hatinya tiga tahun yang lalu dan sedetik kemudian bola matanya membulat sempurna.
"Siapa kamu?" tanya Keola terkejut, menjauhkan wajahnya dan duduk tegak. Pria yang beberapa saat yang lalu manatapnya di halaman depan, sekarang duduk di sampingnya dan dengan posisi yang juga sama dengannya, kepala di letakkan di atas meja.
Bukannya menjawab, pria itu malah tersenyum. Berlahan ia mengangkat kepala kemudian meletakkannya di atas telapak tangan yang ia tegakkan di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Isn't Over
Teen Fiction"Kau mengakhiri semua ketika aku sudah benar-benar mencintaimu Taukah kau mengobati luka tak semudah itu? Melupakan, aku butuh tak sedikit waktu Menjalin hubungan jarak jauh itu bukanlah sebuah musibah, tapi kenapa kau menjadikan itu sebagai alasan...