L.L.L (16)

6K 382 27
                                    

Mac berjalan memasuki mobilnya dan dengan cepat seorang wanita berlari memasuk mobil Mac juga dan duduk di bangku penumpang.

"Hei! Sedang apa kau di mobil ku?" Ucap Mac
"Antarkan aku ke cibubur. Aku sedang buru-buru cepatlah" seru Casey
"Memangnya kau pikir aku ini supir mu! Cepat turun" ucap Mac
"Mac cepat lah aku tidak ada waktu" ucap Casey
"Aku bilang turun ya turun" ucap Mac
"Mac cepat. Aku lupa meletakan kunci mobil ku" ucap Casey lagi.
"Kau pikir itu urusan ku? Keluar dari mobil ku sekarang. Kita hanya pura-pura pacaran. Jadi jangan bertingkah seperti kau benar-bebar kekasih ku" ucap Mac
"Kau keterlaluan Mac. Apa salahnya sih membantu orang lain" ucap Casey. Mac turun dari mobilnya Ia berjalan cepat menuju pintu mobil penumpangnya membukanya lalu menarik Casey keluar. Casey dengan kesal terpaksa keluar.
"Kau! Benar-benar iblis berwajah  dewa Mac!" Pekik Casey dengan kesal.
"Ingat aku bukan supir mu,dan aku bukan pacar mu. Jangan bertingkah sok cantik di hadapan ku. Aku tidak tertarik dengan mu jadi jangan menguji kesabaran ku" ucap Mac dan kembali masuk ke dalam mobilnya mengabaikan Casey yang berteriak-teriak kesal memanggilnya,menyumpahinya dan memakinya tentu saja.
"Baiklah Mac lihat saja. Aku akan membuat mu bertekuk lutut di hadapan ku. Kau benar-benar menyebalkan!" Teriak Casey air matanya hampir keluar karna merasa terlalu kesal. Belum pernah Ia di remehkan seperti itu. Yang di teriaki sudah pergi dengan mobilnya memutar musik cukup kencang dan bernyanyi-nyanyi. Biar saja wanita menyebutnya kejam. Bukankah para wanita pun begitu kejam padanya. Maminya yang lebih peduli pada Ardhana,Julie yang lebih suka Ardhana,Kara juga demikian dan Casey dekat dengannya hanya sebatas kepura-puraan. Mac sungguh mulai muak dengan segala polemik yang terjadi dalam hidupnya. Apa menjadi artis harus seperti ini? Tidak bisakah Ia menjadi terkenal hanya dengan prestasinya saja. Satu panggilan di ponselnya membuat musik yang di putarnya di mobil pun mati ya karna Mac mengaitkan ponselnya dengan head unit mobilnya.
Tertera nama Julie di headunitnya.
"Jangan angkat,jangan angkat" ucap Mac pada dirinya sendiri. Namun alih-alih menekan tombol reject Mac justru mengangkat panggilan itu.

'Halo'

'Mac,'

'Kenapa?'

'Kau masih marah pada ku?'
"Apa wanita ini kehilangan ke warasannya? Tidak ingatkan sembilan bulan lalu dia meninggalkan ku begitu saja"

'Tidak. ada apa? Ingin menawarkan kerja sama untuk mendongkrak popularitas mu lagi? Aku tidak berminat'

'Sepertinya kamu masih marah. Kalau gitu maaf telah mengganggu mu. Aku hanya butuh teman bicara. Maafkan aku karna mengganggu mu bye Mac'

Julie menutup telfonnya. Mac sangat mengenali suara kesedihan Julie. Ia berpacaran dengan julie 7 tahun tentu saja Ia sangat tau apa-apa saja yang terjadi pada Julie.
"Tidak Mac. Jangan pikirkan. Bukan urusan mu. Ingat,ingat Ia hanya memanfaatkan mu" ucap Mac pada dirinya sendiri.

"Tidak boleh bodoh! Jangan telfon balik. Jangan!" Ucap Mac dan anggap saja memang dia bodoh karna sedetik berikutnya Mac menghubungi Julie.

'Kau dimana'
'Di apartemen ku'
'Diam di sana. Aku akan kesana'
'Aku merindukan mu,Mac'

Mac memutuskan sambungan telfonnya tak menjawab ungkapan Julie yang cukup membuat hatinya sedikit nyeri. Tangannya melepas stank mobilnya.

"Merindukan ku? Kau pikir aku akan luluh dengan ucapan mu" ucap Mac.
Mac menggelengkan kepalanya sendiri.
"Dia sudah meninggalkan mu bodoh!" Maki Mac pada dirinya sendiri.
***
Kara keluar dari ruangan skin analisis. Ia menggelung rambutnya. Hari ini sabtu namun Kara tak terlalu sibuk. Karna saat sabtu akan ada enam beautician yang lainnya.
Jadi dia hanya akan membantu dokter cantiknya saja.
"Astaga mau apa lagi sih dia" keluh Kara saat melihat Ardhana berjalan masuk menuju kliniknya.
Kara melipat tangannya,wajahnya terlihat galak. Yang di tatap seperti itu tak memperdulikannya Ia terus saja berjalan dengan wajah tersenyum.
"Apa?" Ucap Kara Galak saat Ardhana sudah berada di depan Kara.

Love,Life,Lie! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang