Ardhana berjalan gontai menuju apartementnya, kakinya terlalu berat di gunakan untuk melangkah. Ia sudah tau semuanya,lalu sekarang apa yang harus Ia lakukan? Mengikuti permainan kara atau apa? Jangan rasa cinta,rasanya melihat Kara pun Ardhana tak perduli. Ardhana menyusuri koridor apartemennya. Dan entah mengapa iya seakan-akan dapat melihat dirinya dan kara berjalan penuh kebahagian dan mesra. Iya,Kebahagian yang palsu. Rahang Ardhana mengatup keras Ia sungguh merasa sangat marah. Namun benar-benar tak tau apa yang harus di lakukannya. Ardhana sudah berada di depan pintu apartementnya dan saat Ia ingin membuka pintu ponselnya berdering satu panggilan dari Kara. Ardhana ingin sekali membanting ponselnya itu namun Ia masih ingin mendengar kebohongan apa lagi yang akan di sampaikan oleh Kara.
'ya,kara'
'dhana dimana?'
'Apartement, aku ngga enak badan kamu dimana?'
'Aku masih ada urusan dengan amanda, kamu kenapa? mau aku panggil dokter?'
'tidak, kamu selesaikan saja urusan mu dengan amanda. Aku hanya perlu istirahat.'
'Sebentar lagi aku pulang.'
'baiklah,aku menunggu. Aku sangat merindukan mu saat ini.'
'aku juga,see you'Ardhana menutup telfonnya,Ia tersenyum semakin sinis. Ardhana menempelkan kartu aksesnya dan pintu pun terbuka. Ardhana melangkahkan kaki masuk ke dalam apartemennya. Sudah ada dua wanita dalam apartemen Ardhana. Siapa lagi kalau bukan Jessie dan Rumi. Ardhana tak terkejut. Ia ingat Jessie memiliki kartu akses apartementnya. Ia pernah memberikannya dulu saat mereka masih berpacaran.
"mau apa lagi?" ucap Ardhana
"dhan,aku hanya ingin kamu memikirkan lagi. kara itu hanya memanfaatkan mu" ucap Jessie dan mendekat kearah Ardhana.
"aku tau,dan aku sudah ingat" ucap Ardhana dingin.
"kamu sudah mengingat semuanya?" tanya Jessie dan menyentuh pipi Ardhana, Ardhana menampik tangan Jessie.
"jangan menyentuhku dengan tangan kotor mu itu. Kalau aku sudah mengingat segalannya artinya aku juga ingat betapa bodohnya aku sempat mencintai mu yang bahkan bercinta dengan sahabat ku sendiri, di apartemen yang aku belikan untuk mu" ucap Ardhana
Jessie terdiam, ia tak sanggup mengatakan apapun lagi. Ardhana benar-benar sudah mengingat semuannya.
"setidaknya aku tidak seperti kara" ucap Jessie tak terima
"kalian sama buruknya, pembohong,penkhianat dan parasit. yah,bagusnya kamu masih cantik aku masih bisa memaklumi itu. Jual saja diri mu dan kamu akan mendapatkan banyak uang begitu kan? kalian sama saja menurut ku" ucap Ardhana sinis.
"kata-kata mu kasar sekali Ardhana" ucap jessie
"Kasar? aku bahkan bisa lebih dari ini? Ini belum seberapa di bandingkan dengan apa yang kalian lakukan pada ku? Jangan berpura-pura amnesia Jessie, tidakkah kamu ingat berapa pria yang sudah kamu tiduri selain aku? Jangan bicara tentang menjadi baik dengan ku. Karna kamu tak pantas di perlakukan seperti itu" ucap Ardhana dan duduk di sofanya. Rumi masih hanya terdiam di tempatnya.
"jadi apa yang kamu mau aku lakukan rumi? bukankah kamu juga ingin membalaskan dendam mu? karna itu kamu menghubungi ku lagi? kamu iri bukan, kenapa Kara dapat hidup bahagia dengan berbohong. Ya, kamu menang sekarang rumi. jadi bagaimana caranya agar dendam mu terbalas? Kebetulan hati ku juga begitu sakit saat ini dan sama seperti mu aku ingin membalasnya." ucap Ardhana ia meletakan kakinya di atas meja lalu menyilangkannya.
"batalkan pernikahan mu" ucap rumi
"itu pasti, aku akan melakukannya sekarang. Kebetulan hari ini Ibu kara akan ke jakarta. Mau melihat langsung bagaimana aku menyelesaikan semua ini?" ucap Ardhana. Ardhana bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju sebuah laci dan mengambil satu bungkus rokok yang belum di buka dengan koreknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love,Life,Lie! (Complete)
RomanceDi Privasi secara acak 18+ Hidup tanpa sebuah kebohongan? Menurutku itu sudah seperti suatu kebohongan sendiri. Tunjukan pada ku,apa ada seseorang yang dalam hidupnya tak pernah berbohong sekali pun? sedikit pun? Jika memang ada bawa aku padanya ma...