L.L.L (14)

6.4K 424 18
                                    

"Selesai" ucap Kara. Dengan malas Ardhana pun terpaksa bangun. Ia berdiri mendekati kaca,merapikan dirinya.

"Enam jam jangan kena air ya mukannya" ucap Kara. Ardhana mengangguk mengerti. Ia kembali memakai jaketnya dan mengambil tas selempangnya.

"Perih ya" ucap Ardhana
"Iyalah. Makannya hargain usaha cewek yang pengen cantik. Sakit kan?" Ucap Kara.
Ardhana hanya mengedikan bahunya. Ardhana duduk di pinggir kasur Ia masih mengacai wajahnya dengan kaca tangan kali ini.

"Besok interview merahnya hilang ngga?" Tanya Ardhana
"Astaga oh iya kamu besok Interview ya? Yah itu seminggu akan bengkak kaya gitu Ardhana." Ucap Kara. Ardhana meletakan cerminya.
"Serius kamu?"ucap Ardhana lemas. Kara mengangguk dengan wajah tak enak.
"Ck..terus gimana?" Tanya Ardhana frustasi.
"Haha,aku bohong. Besok udah biasa aja kok." Ucap Kara. Ardhana mendelik ke arah Kara.

"Kamu tuh emang seneng banget ya,ngerjain aku?" Ucap Ardhana
"Begitulah" ucap Kara
"Lihat aja ya Ra,begitu aku bener-bener nemu bukti kamu pacar aku. Akan langsung aku nikahin" ucap Ardhana
"Siapa yang mau nikah sama kamu?" Cibir Kara
"Siapa yang meminta perizinan mu?" Balas Ardhana
"Dasar,Keras kepala!" Ucap Kara
"Iya deh kamu yang kepalanya kaya Jelly" lanjut Ardhana.
Kara mengrucutkan bibirnya.
"Udah sana pulang. Sini kasih aku Tips" ucap Kara dan menyodorkan tangannya kepada Ardhana.
Ardhana tersenyum Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Lalu memberikan kepada Kara.

"Hardcase?" Ucap Kara. Ardhana menganggik. Kara melihat hardcase itu dan hampir memekik senang karna Hardcase itu berdesign Harry Potter.

"Aaahhh Lucu bangettt" ucap Kara . Di ruangan perawatan itu memang tinggal mereka berdua. Ardha tersenyum karna Reaksi Kara sesuai dugaanya. Ardhana tak tau mengapa Kara begitu bahagia hanya dengan kado yang berharga 100 ribu itu.
"Makasih ya.. aku suka banget" ucap Kara.
"Kalau tau kamu akan jinak kaya gini. Aku kasih dari awal" ledek Ardhana dan Kara hanya tersenyum memamerkan gigi putihnya yang tersusun rapi.
"Nih" ucap Ardhana dan mengeluarkan kotak lainnya kepada Kara.
"Apaan ini" ucap Kara dan menatap Ardhana bingung.
"Ponselah apa lagi" ucap Ardhana.
"Untuk aku?" Tanya Kara
"Iya" ucap Ardhana.
"Ngga mau ah." Ucap Kara
"Terus hardcasenya mau di pasang di mana? Hape kamu kan bukan pasangan itu." Ucap Ardhana
"Aku pajang di rumah" ucap Kara. Ardhana menggeleng. Kara benar-benar ajaib baginya.
"Udah pake" ucap Ardhana
"Ngga mau. Kamu aja yang pake" ucap Kara
"Ini anak ya. Ini ngga mahal ngga sampe 4 juta. Bukan seperti ponsel ku yang kalau kata mu seharga jual ginjal dulu" ucap Ardhana

"Terus berapa? 3 juta lebih? Setara gaji ku sebulan di tambah lembur dan mungkin Tips" Ucap Kara

"Udah sih. Pake Aja" ucap Ardhana.
"Ngga mau ya ngga mau" ucap Kara.
"Oke" ucap Ardhana dan berjalan meninggalkan Kara. Kara tak peduli hingga Ia mendengar suara pintu ruangan itu terkunci. Kara menyusul Ardhana yang sudah berada di depan pintu. Ardhana memegangi kunci itu. Dan memainkan di depan Kara. Ia sendiri bersandar di depan pintu.

"Mau apa kamu?" Ucap Kara
"Mau pake ponselnya atau ngga?" Ucap Ardhana
"Ngga" ucap Kara masih tetap pada pendiriannya.
"Ah begitu ya." Ucap Ardhana dan mendekat pada Kara.
"Kamu mau ngapain? Mundur ngga?"ucap Kara.
"Kalau ngga mau gimana?" Tanya Ardhana dan semakin berjalan maju.
"Ardhana aku teriak nih" ucap Kara
"Silahkan" ucap Ardhana dan kini sudah berhasil menangkap lengan Kara. Menariknya begitu dekat dengannya. Ardahana merangkul pinggang Kara  sedang ke dua tangan kara berada di dada Ardhana mencoba menahan jarak antara dirinya dan Ardhana. Sungguh berada di dekat Ardhana tak pernah baik bagi jantungnya.
"Ardhana jangan macam-macam" ucap Kara. Ardhana tak menjawab Ia hanya terus berjalan maju menggiring Kara hingga tubuh Kara kini sudah menempel tembok.
"Lepas Ardhana"ucap Kara namun tubuhnya sendiri tak berusaha melepaskan Ardhana.
Ardhana mengusap pipi Kara lembut. Membuat Kara bergidik.

Love,Life,Lie! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang