Kara sudah berada di apartement Ardhana. Sesungguhnya Ia merindukan tempat ini,merindukan hari-harinya bersama Ardhana. Kara mengikuti Ardhana menuju kamar Ardhana. Ardhana duduk di kasurnya membuka sepatunya. Sedangkan Kara membuka lemari Ardhana,mengambil kaos dan celana pendek Ardhana. Serta handuk dan lainnya.
"mandi sana, aku akan bikin sesuatu untuk kamu makan" ucap Kara dan mendekat ke arah Ardhana memberikan handuk pada Ardhana. Dengan malas Ardhana mengambilnya.
"Sudah sana aku tunggu di ruang tamu." ucap Kara lalu meninggalkan Ardhana keluar dari kamar Ardhana.
Kara membuka kulkas Ardhana, dan tak ada bahan yang bisa Ia temukan untuk memasak sesuatu. Kara pun terpaksa mengorder makanan online. Ardhana mandi cukup lama, sepertinya ia sengaja berendam untuk merilekskan dirinya. Makanan Kara sudah tiba dan tepat setelah Kara menyiapkan Ardhana pun keluar dari kamarnya dengan wajah lebih segar.
"duduklah, Aku sudah menyiapkan makanan. Aku terpaksa membeli karna di kulkas mu tidak ada bahan apapun" ucap Kara dan tersenyum. Kara membawa semangkuk soto mie, nasi dan juga segelas air putih. Ardhana menurut dan duduk di sofa. Ia menyilakan kedua kakinya di atas sofa dan menyalakan televisinya.
"makanlah" ucap Kara
Ardhana pun dengan malas mengambil piring nasinya dan membiarkan soto itu di meja. Ardhana menuangkan sedikit isi soto ke dalam piringnya. Lalu dengan malas Ardhana memakannya.
"ada apa?" tanya Kara
"Tidak" ucap Ardhana dan menyuapkan nasi ke dalam mulutnya sendiri lagi-lagi dengan malas dan hanya sedikit.
"ada masalah di kantor mu?" tanya Kara
"sedikit" ucap Ardhana
"Kalau sedikit tidak akan merubah raut wajah mu seperti itu. Ada apa dhana?" tanya Kara lagi. Ardhana menghela napasnya meletakan sendoknya lalu menyerahkan piring tersebut pada Kara.
"Aku benar-benar tidak mood untuk makan." Ucap Ardhana. Kara menerima piring itu. Namun bukannya meletakannya Kara memilih untuk menyuapi Ardhana.
"Apa teman-teman kantor mu menyusahkan mu?" tanya Kara
"Tidak" ucap Ardhana
"Apa ada yang mengusik harga diri mu?" tanya Kara dan mengangkat sendoknya untuk menyuap Ardhana.
"Aku tidak selera" ucap Ardhana
"Meskipun aku yang suapi? padahal aku sudah kesini untuk memastikan mu makan" ucap Kara
"aku sudah makan" ucap Ardhana
"Ya, dua sendok tak penuh. Makanlah Ardhana. Bagaimana kalau 10 suap lagi" ucap Kara
"tiga" ucap Ardhana
"tujuh" tawar Kara. Ardhana menggeleng.
"baiklah 5 suap adilkan. Sekarang buka mulut mu"ucap Kara dan Ardhana pun menurut. Pelan-pelan Kara terus menyuapi Ardhana. Benar-benar ketika sudah lima suap Ardhana tak ingin makan lagi.
"Sekali kali lagi" ucap Kara
"tidak aku mual" ucap Ardhana
"hufht yasudah, ini minumlah" ucap Kara dan memberikan air putih kepada Ardhana.
"benar-benar tidak mau cerita pada ku?" tanya Kara.
Ardhana tak menjawab Ia sibuk menarik-narik tali celana trenningnya. Persis seperti anak kecil. Kelakuan Ardhana saat manja benar-benar mirip Mac.
"oh jadi aku sekarang punya anak bayi besar?" ledek Kara
"cup cup cup" ucap Kara dan menepuk-nepuk kepala Ardhana. Ardhana tersenyum Ia mengambil tangan Kara dan mengenggamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love,Life,Lie! (Complete)
RomanceDi Privasi secara acak 18+ Hidup tanpa sebuah kebohongan? Menurutku itu sudah seperti suatu kebohongan sendiri. Tunjukan pada ku,apa ada seseorang yang dalam hidupnya tak pernah berbohong sekali pun? sedikit pun? Jika memang ada bawa aku padanya ma...