Kara terbangun dari tidurnya. Tubuhnya masih di peluk erat oleh Ardhana. Wangi maskulin khas Ardhana masih begitu terasa. Napas Ardhana berhembus teratur di antara perpotongan lehernya. Sesekali pria itu memperdalam wajahnya pada perpotongan leher Kara. Tangan Ardhana masih dengan kuat memeluk perut Kara. Seakan pria itu benar-benar tak ingin melepaskannya. Kara mengankat tangannya memandangi cincin cantik di tangannya. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin cincin itu pas padanya sedangkan dirinya lah yang paling tau bahwa Ardhana yang dulu bukanlah siapa-siapanya. Mengapa takdir terasa begitu mempermainkannya. Jika memang Ia di haruskan bersama Ardhana bisakah kebahagian ini berlangsung selamanya. Kara sudah ingin membiarkan ini. Hanya saja sesekali hatinya menjadi sangat takut. Ia takut kalau akhirnya harus sendiri lagi. Ia takut kalau nanti akhirnya di tinggal lagi. Jika benar-benar Ia menjadi sendiri lagi Ia tak yakin dirinya masih mampu untuk bangkit lagi. Kara membalik tubuhnya menatap wajah sempurna milik Ardhana. Kara menyentug Alis tebal Ardhana yang dulu memang sangat Ia sentuh. Lalu tangannya mengusap mata sipit Ardhana,mata yang selalu terbingkai kaca mata itu kini dapat Kara lihat dengan lebih jelas. Jari Kara berjalan pada hidung mancung Ardhana,lalu turun mengusap bibir Ardhana. Bibir itu bibir yang semalam sangat rakus mengekspolitasi tubuhnya. Bibir yang tak pernah Ia sangka akan menyentuh dirinya sebanyak itu. Kara tak peduli berapa banyak wanita yang pernah di sentuh oleh bibir berwarna pink pucat itu hanya saja Ia ingin menjadi wanita terakhir yang akan selalu di sentuh oleh bibir itu, mungkinkah?
***
Tubuh Ardhana bergerak meskipun matanya masih terpejam. Wangi khas bayi yang sangat Ia kenal masih terasa dalam rongga hidungnya. Mengingatkannya bahwa kejadian semalam bukan mimpi,bahwa semalam Ia telah membuktikan siapa wanita yang dulu pernah di cintainya. Mungkin saat ini cintanya jauh lebih banyak. Ardhana bersyukur memiliki Kara,bukan Karna Kara wanita yang luar biasa cantik. Tapi Karna Kara adalah sosok wanita yang mampu membuat hatinya terasa teduh. Wanita yang membuat emosinya kapan pun dapat mereda. Ia mencintai Kara itu yang Ia tau.
Ardhana yang merasa Kara tak ada dalam pelukannya pun mencondongkan tubuhnya berharap Kara masih di sampingnya. Tangannya mencari-cari tubuh Kara namun tak Ia temukan dengan malas Ardhana membuka matanya. Tak ada Kara di kasurnya hanya ada dirinya sendiri di atas kasur. Bahkan di kamar itu. Ardhana terpaksa bangun dari tidurnya Ia mencari kaca matanya. Melirik jam di samping nakasnya pukul 5.25. Ardhana turun dari kasurnya,bukannya ke kamar mandi dhana lebih memilih untuk keluar kamarnya. Ia menuruni tangganya,berjalan mencari Kara.
"Mba Kara dimana?" Tanya Ardhana
"Di dapur Den" jawab ayu pembantu Rusmi yang paling muda.
Ardhana pun berjalan menuju dapur. Ardhana berhenti di ambang pintu tangannya Ia lipat di depan dada badanya bersandar pada pinggir pintu Ardhana menikmati pemandangan Kara yang sedang sibuk memasak. Ardhana sungguh rindu menatap pemandangan seperti ini. Ardhana menghampiri Kara yang sejak tadi tak sadar kalau sudah di lihati. Ardhana memeluk Kara dari belakang. Kara hampir memekik karna kaget.
"Morning istri ku" ucap Ardhana dan mengecup pipi Kara.
"Istri istri. Belum jadi istri kali" bantah Kara
"Aku akan minta mami buat ke wonogiri ngelamar kamu secepatnya" ucap Ardhana dan meletakan kepalanya pada kepala Kara.
"Ngga sekalian kamu nikahin aku hari ini juga?" Ledek Kara
"Maunya sih gitu tapi nanti kamu ngambek lagi. Nikah tanpa persiapan" ucap Ardhana
"Ialah! Percuma juga kan punya suami anak orang kaya." Ucap Kara dan mencoba mengambil sesuatu di lemari atasnya. Ardhana mengambilkannya lebih dulu.
"Makasih" ucap Kara
"Makasih doang? Morning Kissnya mana?" Ucap Ardhana manja.
"Apaan sih kamu. Udah sana mandi. Terus siap-siap ke kantor. Bajunya udah aku siapin di kamar." Ucap Kara.
"Masih kangen kamu" ucap Ardhana dan Kini Ardhana meletakan dagunya pada pundak Kara,menyibak rambut Kara dan mencium leher Kara.
"Ardhana! Jangan mulai ah. Masih pagi. Banyak yang liat" ucap Kara.
"Youre My drugs" ucap Ardhana dengan suara seraknya dan kembali menciumi Kara. Kini ciumannya berjalan pada Telinga Kara yang tentu saja langsung membuat Kara menggeser kepalanya.
"Dhana!" Omel Kara
"Ahh.. I Found it. Jadi di situ titik sensitive mu" goda Ardhana
"Jangan macam-macam Ardhana! Sana mandi" ucap Kara. Dengan keisengannya Ardhana menghembuskan napasnya cukup Kasar pada telinga Kara. Kara menutup telinganya dengan tangannya.
"Dhana geli ih! Aku lagi masak ini" ucap Kara. Ardhana tersenyum jahil. Ardhana akan mendekat lagi namun suara yang mereka kenal menghentikan aksi Ardhana.
"Sepertinya mami sebentar lagi akan punya cucu." Ucap Rusmi dan masuk ke dalam dapur.
Kara mendorong tubuh Ardhana serta melepaskan pelukan Ardhana.
"Pagi mi" ucap Kara gugup
"Gimana mau punya cucu. Dari kemarin aja di gangguin terus" saut Ardhana. Kara mencubit perut Ardhana. Rusmi tersenyum melihat kelakuan mereka.
"Mi tolong siapkan lamaran untuk Kara secepatnya ya. Kalau bisa jarak lamaran ke nikah ngga usah lama-lama. Biar anak ini ngga coba-coba cari cara untuk kabur" ucap Ardhana dan menarik pipi Kara.
"Mami sih oke oke saja" ucap Rusmi.
"Aku ngga kabur juga kali dhan" protes Kara
"Ya siapa tau kamu kan suka tiba-tiba ngga jelas. Dan berusaha ngejauhin aku" ucap Ardhana
"Udah-udah sana kamu mandi Ardhana. Biarin Kara kamu masak dulu. Kata Kara kamu yang minta dia masak" ucap Rusmi
"Iya kangen masakan Kara. Mami jangan ikutan masak ya nanti jadi ngga enak." Ucap Ardhana
"Dhana!" Ucap Kara dan mendelik kepada Ardhana.
"Mami memang tidak bisa masak kok kara." Ucap Rusmi
"Tuh!"ucap Ardhana.
"Udah mandi sana" ucap Kara.
"Yaudah aku mandi" ucap Ardhana mencium singka bibir Kara. Lalu pergi dengan cepat sebelum Kara mengomel. Wajah Kara memerah seketika. Tentu saja Ia malu mendapatkan ciuman itu di depan mertuanya.
"Mi maaf ya" ucap Kara tak enak.
"Maaf tentang apa? Ciuman barusan? Kenapa harus minta maaf santai saja Kara. Kamu lanjutkan deh masakna mami juga kangen banget masakan kamu. Oh iya si casey mana ya dia bilang akan datang habis shubuh langsung dari lokasi syuting" ucap Rusmi
"Yaudah mami hubungi Casey saja. Kara yang selesain buat sarapannya" ucap Kara.
"Yaudah mami tinggal ya Kara" ucap Rusmi dan Kara pun mengangguk setuju.
***
Casey yang di tunggu-tunggu pun datang. Rusmi langsung mengajak Casey masuk dan menuju ruang makan terlihat Kara sedang merapikan meja makan. Ardhana menuruni tangga dengan menenteng tas dan dasinya.
"Casey kenalkan ini Kara calon istrinya Ardhana kakaknya Mac. Kara ini Casey pacarnya Mac" ucap Rusmi
"Oh Hai casey. Wah kamu cantik sekali lebih cantik dari di Tv" ucap Kara mereka pun saling berpelukan dan menyapa.
"Terimakasih Kak Kara" ucap Casey ramah.
"Yaudah kamu duduk deh kita sarapan mami juga ya" ucap Kara
"Sayang" panggil Ardhana manja dan memberikan dasinya pada Kara.
"Nah itu anak pertama mami Casey. Namanya Ardhana" ucap Rusmi
"Oh hai halo kak" ucap casey
Ardhana menoleh namun tak menjawab. Ia kembali menatap Kara yang sedang membantunya memakai dasi.
"Sayang bawain aku makan siang juga ya. Aku males makan di luar" ucap Ardhana. Kara mengangguk. Casey yang merasa di abaikan menghela napasnya dan kembali duduk di samping Rusmi.
"Dia memang menyebalkan seperti itu. Sudah bawaan lahir sepertinya" hibur Rusmi
Casey hanya berusaha tersenyum sepertinya memang seluruh anak-anak Rusmi memiliki bawaan lahir untuk menjadi menyebalkan.
"Casey boleh minta tolong bangunin Mac di atas ngga?" Tanya Kara. Kara mendorong Ardhana untuk duduk.
"Oh iya kak boleh. Di mana ya kamarnya?"tanya Casey
"Di atas kamar ke dua. Buka saja. Kamar pertama pasti kosong itu kamar Ardhana" ucap Kara
"Oh iya kak" saut Casey
"Kalau ngga bangun tendang aja sampe jatuh" ucap Ardhana. Casey menoleh menatap Ardhana mencari tau pria itu bercanda atau serius.
"Aku serius. Dia sangat susah di bangunkan" ucap Ardhana. Casey tersenyum getir lalu berjalan meninggalkan mereka.
Casey sudah berada di atas Ia memasuki kamar mac. Kamar Mac cukup luas semuanya bernuansa sangat maskulin. Wangi ruangannya sangat mirip dengan wangi parfum Mac. Mac tertidur dengan posisi menelungkup dan terlihat menguasai kasur.
"Mac bangun" ucap Casey dan menggoyang-goyangkan tubuh Mac. Tak ada pergerakan sama sekali dari Mac.
"Mac bangun!" Ucap Casey lagi yang kini menggoyangkan lebih keras.
"Ini orang tidur apa mati sih" keluh Casey. Ia pun naik ke atas kasur dan berteriak di telingan Mac.
"Mac bangun! Kau tidur apa mati sih!" Ucap Casey. Mac menarik Casey dan memeluknya seakan-akan Casey adalah sebuah guling.
Tubuh Casey membeku seketika. Jantungnya berdegup sangat cepat. Ia dapat melihat wajah Mac sangat dekat. Dan sungguh Mac terlihat sangat tampan bahkan saat tertidur sekali pun.
"Sebentar lagi Julie" ucap Mac yang langsung menyadarkan Casey dari kebekuan tubuhnya yang sesaat itu.
Casey mendorong tubuh Mac sangat Kuat hingga Mac terjatuh dari kasur.
"Ah" ucap Mac yang mau tak mau harus sadar dai tidurnya. Ia bangun dan mengusap punggungnya yang sakit.
"Bangun bodoh! Kamu itu tidur apa mati sih!" Bentak Casey
"Siapa yang menyuruh mu di kamar ku?" Ucap Mac
"Kakak Ipar mu!" Balas Casey
"Keluar sana. Ngapain sih ke sini?" Ucap Mac dan masih mengusap punggungnya.
"Kau yang menelfon ku untuk ke sini mencoba baju" ucap Casey
"Yasudah sana coba ngapain ganggu orang tidur. Jadi perempuan ngga ada manis-manisnya. Lembut sedikit kenapa." Ucap Mac
"Orang kaya kamu ngga pantes di lembutin. Kakak mu dan mami mu menunggu mu di meja makan. Cepatlah turun aku sungguh ingin cepat-cepat pulang aku belum tidur sejak semalam" omel Casey dan turun dari kasur Mac.
"Dan satu lagi aku bukan Julie! Karna aku tidak selicik dia!" Bentak Casey
"Jangan bawa-bawa Julie! Kamu tidak kenal dia!" Bentak Mac balik
"Setidaknya aku tau dia hanya memanfaatkan mu!" Ucap Casey dan akan pergi namun di tahan oleh Mac.
"Tarik omongan mu! Aku tidak suka kamu menyebutnya seperti itu" ucap Mac
"Tidak sudi. Semua orang tau dia jalang! Kau saja yang bodoh. Masih mau di bodohi oleh wanita seperti dia!" Bentak Casey. Mac mengencangkan pegangannya pada bahu Casey hingga Casey mengeluh kesakitan.
"Ahh" ucap Casey
"Minta maaf karna sudah bicara seperti itu tentangnya" ucap Mac
"Tidak akan! Sampai mati pun tidak akan!" Teriak Casey. Mac semakin mengencangkannya.
"Aow lepaskan! Tangan ku bisa patah nanti!" Ucap Casey kesakitan.
"Minta maaf" ucap Mac
"Tidak akan!" Ucap Casey
"Minta Maaf!" Ucap Mac tak sabar
"Tidak dan tidak akan. Sekalipun kamu membunuhku! Suatu saat kamu akan tau kalau Julie wanita brengsek" bentak Casey
"Kau!" Ucap Mac dan mendorong Casey hingga terjatuh untu glah casey terjatuh di atas kasur.
"Mac!"ucap Ardhana yang entah kapan sudah ada di sana. Ardhana menatap adiknya dengan tatapan tegas.
"Jangan kasar! Turun dan sarapan. Kau juga Casey turunlah dan sarapan." Ucap Ardhana lalu meninggalkan kamar mereka.
"Aku akan membalas mu" ucap Casey dan mendorong dada Mac lalu keluar juga dari kamar Mac.
***
Mereka semua sedang sarapan bersama. Ardhana tak membahas apapun yang di lihatnya tadi Ia sibuk melihat Ipad. Kara mengambil Ipad Ardhana dan meminta untuk sarapan dulu.
"Casey nanti kamu ikut mami dan Kara cari kado ya sayang" ucap Rusmi pada Casey.
"Oh iya tante nanti aku telfon manajer ku dulu untuk cancel kegiatan ku hari ini" ucap Casey
"Dia bilang dia mau pulang habis coba baju. Dia belum tidur dari semalem" ucap Mac ketus
"Ohh ngga kok tan. Aku bisa kok" ucap Casey
"Abis sarapan kamu istirahat dulu aja di sini. Kak Darma juga datengnya agak siang" ucap Kara
"Iya kak. Makasih" ucap Casey.
"Gimana casey makanannya enak ngga?" Tanya Rusmi
"Enak kok tant. Enak banget" ucap Casey
"Iyalah. Pasti masakan Kara. Jadi cewek ya harus gitu,lembut bisa masak." Cibir Mac
"Mami juga ngga bisa masak" saut Rusmi.
"Nanti kalau kak Kara sempat ajari aku masak ya. Aku dari kecil cuma tinggal sama papa jadi aku tidak tau caranya masak" ucap Casey
"Ohh iya tentu dengan senang hati" ucap Kara
"Mami juga mau ikutan ah. Biar ngga di sindir Mac" cibir Rusmi balik.
"Aku suka banget loh Film kamu yang 'You' itu keren banget" ucap Kara
"Makasih kak." Ucap Casey
"Kamu umur berapa sih Casey?" Tanya Rusmi
"20 tahun tant" ucap Casey
"Panggil mami saja. Wah masih muda sekali ya. Beda dua tahun dari Kara ya berarti. Pas banget Ardhana sama Mac juga cuma beda dua tahun." Ucap Rusmi
"Wah, kak Kara dan kak Ardhana kapan menikah?" Tanya Casey
"Tidak usah ikut campur" jawab Mac.
"Kamu tuh apa-apaan sih Mac." Ucap Rusmi
"Ya Casey kan bukan siapa-siapa. Cuma pacar aku ngga harus tau urusan keluarga kita kan" ucap Mac
"Kak maaf ya. Aku ngga maksud ikut campur" ucap Casey
"Ngga papa kok. Mac aja berlebihan." Ucap Kara tak enak hati. Meskipun Kara tau Mac dan casey hanya berpura-pura pacaran tapi tetap saja tak seharusnya Mac seperti itu.
"Mungkin sekitar dua bulan lagi. Rencanannya dalam minggu-minggu ini aku akan melamar langsung Kara. Karna lamaran ku juga baru di terima Kara" ucap Ardhana
"Ohh semoga lancar ya. Kak Ardhana beruntung banget punya calon istri seperti Kak Kara " ucap Casey
"Kamu lebay deh. Beruntung apanya. Aku malah takut Ardhana nyesel habis nikah nanti" ucap Kara
"Iya beruntung. Ngejar-ngejarnya aja setengah mati" ucap Ardhana
"Halah. Kamu aja ngga inget dia siapa" cibir Rusmi
"Bener tuh Mi. Suka lebay emang dia" ucap Kara
"Ngga inget gimana?" Tanya Casey
"Kamu banyak nanya deh" ucap Mac
"Mac! Apa-apaan sih" ucap Rusmi lagi.
"Ya dia berisik. Ganggu konsentrasi makan aku. Udah ah aku kenyang" ucap Mac dan akan pergi namun tangannya di tahan Casey.
"Jangan seperti anak kecil. Habiskan makanannya dan aku akan diam" ucap Casey dan menghabiskan makanannya dalam diam.
Begitupun yang lainnya mereka makan dengan diam dan canggung.
Ardhana yang selesai lebih dulu pun membuka suaranya.
"Sayang,makan siang aku?"pinta Ardhana. Kara pun mengangguk dan mengambil tempat makan yang sudah di siapkan. Lalu memberikannya pada Ardhana. Ardhana berdiri. Ia mengusap kepala Kara lembut.
"Makasih ya aku berangkat" ucap Ardhana. Kara pun mengangguk. Ardhana bersalaman dengan Rusmi.
"Aku berangkat ya mi. Casey aku berangkat dulu" pamit Ardhana yang sengaja mengabaikan Mac. Ardhana tak suka dengan sikap Mac hari ini yang menurutnya sangat ke kanak-anakan. Ardhana pun meninggalkan yang lainnya dan berangkat. Kara sengaja tak mengantar karna makanannya pun belum habis. Acara sarapan pun selesai. Mac kembali ke kamarnya. Sedangkan Casey berada di kamar Ardhana bersama Kara dan juga Rusmi. Mereka sedang membicarakan akan membawa apa.
"Kamu tidur dulu saja Casey. Di sini saja" ucap Kara
"Iya benar. Nanti kamu sakit" ucap Rusmi
"Ngga kok tan. Aku udah biasa" ucap Casey
"Jangan di biasin. Udah istirahat. Panggil saja mami kenapa harus tante sih" ucap Rusmi
"Euhm.. iya mi"ucap Casey.
"Yaudah kamu tidur" ucap Rusmi dan mengusap kepala Casey. Air mata Casey jatuh begitu saja. Dengan cepat Casey menghapusnya.
"Euhm maaf tante" ucap Casey gugup.
"Kamu kenapa?" Ucap Kara dan mendekat kepada Casey. Kara duduk di samping Casey dan merangkul pundak Casey.
"Ehmm ngga tau. Tiba-tiba sedih" ucap Casey dan mencoba untuk tertawa yang justru membuatnya semakin terlihat menyedihkan.
"Ada apa sayang? Cerita sama mami" ucap Rusmi
"Euhm.. tidak hanya saja aku baru pernah di perlakukan seperti itu. Aku apa-apaan sih." Ucap Casey. Kara mengusap-usap pundak Casey.
"Jangan sedih. Kamu pasti kangen mama kamu ya?" Ucap Kara. Casey mengangguk.
"Memang ibu kamu kemana?" Tanya Rusmi
"Euhm mama meninggal waktu ngelaharin aku tan. Aduh maaf ya jadi cengeng gini. Aku ngga tau kenapa tiba-tiba ngerasa sedih aja" ucap Casey. Rusmi mengusap kepala Casey lagi. Air mata Casey berjatuhan lagi.
"Mulai sekarang kamu bisa anggap mami adalah ibu kamu oke." Ucap Rusmi
"Kamu juga bisa anggap aku kakak kandung kamu" ucap Kara
"Aku seneng banget" ucap Casey dan tersenyum
"Udah pokoknya sekarang kamu tidur. Nanti siang kamu coba baju. Terus mami, kak kara dan kamu kita pergi cari kado sama-sama. Oke?" Ucap Rusmi. Casey mengangguk.
"Thanks ya tante. Kak kara" ucap Casey
"Mami bukan tante" ucap Rusmi
"Iya mi" ucap Casey. Rusmi pun memeluk Casey. Begitupun Kara.****
Happy Reading ya 😊😊😊
Maaf kalau Gaje.. memang Gaje sih 😀😀😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Love,Life,Lie! (Complete)
RomansDi Privasi secara acak 18+ Hidup tanpa sebuah kebohongan? Menurutku itu sudah seperti suatu kebohongan sendiri. Tunjukan pada ku,apa ada seseorang yang dalam hidupnya tak pernah berbohong sekali pun? sedikit pun? Jika memang ada bawa aku padanya ma...