PROLOG

530 18 1
                                    

Buku ini kupersembahkan untuk ribuan anak-anak kecil yang tengah menikmati indahnya masa-masa kecilnya di luar sana.

Tersenyumlah, Sayang. Tertawalah sepuasnya selagi mampu, karena ketika kau beranjak dewasa, akan ada saat di mana kau menginginkan kembali ke masa kecil itu karena sudah mengenal betapa pahitnya kehidupan yang sesungguhnya, hingga untuk tertawa saja rasanya berat:")

Buku ini juga special kupersembahkan untuk para teman-teman masa kecilku yang tidak terhitung berapa jumlahnya— yang telah bersedia melewati masa-masa kecilnya bersama gadis kecil aneh sepertiku:)
Entah berada di Negeri/Kota mana kalian saat ini, aku tidak tahu, sebab seiring berjalannya waktu, satu persatu dari kita mulai pergi, berjauhan, mengikuti arus kehidupannya masing-masing:)

Dan juga, ada beberapa adegan yang pernah kita alami semasa kecil yang akan kalian temukan di buku ini, jika kalian membaca buku ini, aku yakin kalian pasti tahu, mengingat di mana tempat, dan kapan waktu itu terjadi:) Terima kasih telah menemani masa kecilku yang indah hingga terciptalah buku ini.

For you all readers 10 Waktu, terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca sepenggal kisah di buku ini. Selamat membaca dengan mengenang kisah-kisah masa kecil yang mungkin pernah kalian alami beberapa waktu yang silam.
I love you.

Xoxo—Dhea kecil yang dulunya siang-siang sering pake singlet doang trus mandi hujan di bawah pipa air dan mengitari gang ke gang lainnya untuk mencari pipa air hujan yang lebih deras trus pas pulang ke rumah diomelin sama Mader.


****

Yang cepat berlalu adalah waktu, sesuatu yang tak akan pernah bisa membawamu kembali ke masa itu, dan yang bisa kau lakukan adalah, mengenangnya.”


Pada dasarnya, masa kecil adalah hal yang paling indah dan menyenangkan bagi semua orang. Masa kecil juga adalah hal yang paling berkesan dan tak terlupakan, masa di mana waktu mereka banyak dihabiskan hanya untuk bermain, bersenang-senang, tertawa lepas dan bebas.

Masa di mana mereka belum dibebani oleh sejuta masalah layaknya orang dewasa, di mana yang ada dalam benak mereka hanyalah kepolosan, bersuka ria penuh keceriaan dan menjalani kehidupan yang apa adanya.

Ketika usia seorang anak menginjak angka 6-9 tahun, itu adalah waktu terindah untuknya menikmati masa kecil. Waktu yang rentan untuk melepaskan tawa, saling berkejaran ke sana kemari menikmati tiap-tiap waktu dengan hati riang, melepaskan tawa seolah tak ada beban, menikmati permainan bersama teman-teman tanpa rasa takut, tanpa tekanan, hatinya begitu polos, mereka hanya akan menangis jika sedang lapar, dan akan tertawa jika sedang bermain.

Tapi, teori itu hanya berlaku untuk mereka yang pernah merasakannya, berbeda denganku, yang di usia segitu bahkan harus mengenal pahitnya
kehidupan yang sebenarnya.

Bunda pergi, meninggalkanku, meninggalkan kami, untuk selamanya...

Saat beranjak dewasa, jika anak seusiaku akan dengan senang hati menceritakan keindahan masa kecil yang dialaminya di masa lampau, lain hal-nya denganku yang merasa berat untuk membaginya.

Saat ini, aku tak tahu apa yang harus kubagi dengan kalian, aku bahkan merasa bingung harus memulainya dari mana, sebab kisahku tidaklah seindah yang kalian bayangkan, tidaklah indah seperti yang terlihat, juga tak se-mengesankan mereka-mereka yang pernah merasakannya.

Tapi, ada satu kisah singkat yang masih begitu melekat di hatiku sampai saat ini, dan aku akan membaginya sedikit. Siapa yang tahu, mungkin saja separuh bebanku akan terangkat setelah menceritakannya, atau mungkin saja hatiku menjadi sedikit lega setelah membaginya.

Teruntuk siapapun yang membaca tulisan ini, aku berharap semoga kalian bersedia mendengarkan semua keluh kesah yang ada di dalamnya, membacanya dengan saksama hingga lembar terakhir.

Dan ini dia, kisahku…

10 WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang