3. 3 Waktu

176 8 1
                                    

Setelah insiden habisnya uluran benang layang-layangan Fairel yang beberapa saat lalu aku mainkan, kini aku dan Fairel tengah duduk di bawah satu pohon rindang yang berada tepat di sudut taman. Sesekali aku dan Fairel memandangi orang-orang yang juga sedang bermain menghabiskan waktu. Banyak dari mereka yang bermain layang-layangan seperti yang tadi kami lakukan, juga bermain hal-hal sederhana lainnya yang dapat mengundang decak tawa.

"Ini satu untukmu, dan yang ini untukku."

Mataku membulat sempurna saat melihat benda mungil berwarna-warni yang disodorkan Fairel di atas rumput taman tak jauh dari kakiku berada. "Whoaaah, balon tiup!" seruku antusias.

"Iya balon tiup, kamu tahu?"

Kepalaku mengangguk keras. "Tentu saja aku tahu. Tapi aku hanya mengetahuinya, sebaliknya, aku tidak pernah memainkannya atau bahkan meniupnya."

Dahi Fairel sedikit mengkerut mendengar ucapanku dan aku yakin sekali sebentar lagi dia pasti akan bertanya. "Kenapa begitu?"

Benar, 'kan?

"Ya, karena uang jajan yang selalu diberikan Papa, semuanya aku sisihkan untuk ditabung."

"Kamu menabung juga?"

"Iya." jawabku singkat.

"Ternyata kita sangat berbeda."

"Berbeda?" tanyaku bingung.

"Ya, kamu suka menabung dan aku tidak, kamu lebih suka menyimpan uang yang diberikan Papamu sementara aku lebih suka membelikan uang yang diberikan Ibu ke layang-layangan, atau membeli rumah-rumahan siput, atau juga membeli ikan-ikan mas kecil di sekolah."

"Kalau begitu, kamu harus mulai membiasakan hidup hemat dan menabung mulai dari sekarang." ucapku waktu itu.

"Kenapa harus?"

"Karena kamu tidak akan tahu apa yang terjadi di depan. Sebut saja begini, kamu ingin sekali membeli sebuah mobil-mobilan besar yang harganya sangat mahal, tapi kamu tidak bisa membelinya karena uang yang tidak memadai. Ketika kamu menabung sedikit demi sedikit, kamu hanya menunggu sedikit kesabaran dan setelah itu kamu akan mendapatkan yang lebih daripada rumah-rumahan siput yang tak terlalu berguna itu. Dengan menabung, kamu bisa membeli hal yang lebih dari ikan-ikan mas kecil di sekolah—yang bahkan aku ragu kamu bisa mengurus ikan itu atau tidak. Dengan menabung, ketika kamu menginginkan sesuatu yang besar, kamu tidak perlu memberatkan orangtuamu, sebaliknya, kamu bahkan malah semakin meringankannya. Bukankah itu menyenangkan?" ucapku menggebu-gebu.

Aku memang suka menabung uang yang selalu diberi Papa. Bukan apa-apa, aku hanya tidak suka membeli sesuatu yang kurasa tak terlalu penting untukku. Jadi aku memilih untuk menyimpan uang di dalam celengen berbentuk ayam dan menyimpannya di bawah ranjang kamarku.

"Tapi, tanpa harus menabung, aku bisa meminta ibuku untuk membelikan yang lebih dari mobil-mobilan besar seperti yang kamu katakan."

Aku menangguk malas menatap Fairel. "Iya bisa dan kamu memberatinya."

"Aku tidak—"

"Fairel, aku tidak memaksamu untuk menabung seperti aku, tenang saja. Aku hanya memberikanmu sedikit kejelasan hidup hemat agar semua itu menjadi setitik kebiasaan yang membawamu saat kamu dewasa nantinya." ujarku sedikit memotong.

"Tapi aku masih kecil, Kayla! Maka sekarang aku harus bersenang-senang dahulu di masa kecil sebelum waktunya aku dewasa nanti, dan merasakan kehidupan yang keras seperti kata Ibuku."

Aaah, Fairel, ucapanmu menyakitiku...

10 WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang