Kayla!"
Tubuhku refleks tersentak ketika mendengar seruan itu. Mataku mengerjap-ngerjap mencoba mengembalikan kesadaran. Air jernih yang kini mengaliri pipiku menyadarkanku bahwa itu bukanlah air hujan yang berasal dari atas, melainkan air jernih yang keluar dan mengalir dari sudut mataku.
Saat itu, entah mengapa rasa rindu yang kurasakan terhadap bunda tiba-tiba menyelusup masuk ke dasar hatiku yang paling dalam. Rasa rindu itu hadir di saat-saat yang tidak kuinginkan. Cara Fairel menceritakan luasnya omelan ibunya membuat rasa rindu itu hadir dan kian membesar.
Padahal saat itu aku berharap tidak akan bersedih apalagi menangis, sebab waktu singkat yang kujalani itu adalah waktu berharga bersama satu-satunya temanku yang tidak boleh ada tangisan di dalamnya. Namun ternyata aku adalah gadis kecil yang sangat payah, bahkan hanya dengan ucapan tiruan Fairel saja berhasil membuatku menangis.
Tetapi di sisi lain, aku sedikit bersyukur karena saat itu hujan masih menderas membuatku dapat menyembunyikan air mata serta tangisanku dari Fairel.
"Sebaiknya kita pergi saja dari tempat ini, aku takut ibumu akan mencari dan menemukanmu lalu memukul pantat kita berdua." ucapku sambil menyentuh tangannya.
Raut wajah Fairel menunjukkan kebingungan yang kental, namun juga menyiratkan kegelian karena perkataanku. Sebelum dia sempat berbicara dan mengeluarkan protesan, aku langsung menarik tangannya menjauhi gang kecil itu. Berlari menembus hujan.
Tanpa sadar langkah kaki kami membawa aku dan Fairel ke jalanan yang di sisinya terdapat kubangan air hujan, di dalam kubangan itu terdapat ikan-ikan kecil yang sedang berputar-putar dengan bebas. Dahiku mengernyit dalam saat melihat Fairel merogoh saku celana dan mengeluarkan sesuatu—bentuknya seperti saringan teh yang selalu kucuci di rumah.
"Tangkupkan tanganmu," kata Fairel. Walaupun bingung, aku tetap mengikuti perkataannya.
Dan, hal yang tak pernah kupikirkan terjadi. Fairel menenggelamkan saringan itu ke dalam kubangan dan menyaring sebagian ikan-ikan kecil tersebut, kemudian membalikkan saringan sehingga ikan-ikan kecil itu sudah berpindah tempat ke tangkupan tanganku.
"Tadahkan kedua tanganmu ke atas."
Aku mengadahkan tanganku melakukan apa yang dikatakan Fairel, tentu aku bukan gadis bodoh yang tak tahu apa maksudnya, ia memintaku mengadahkan tangan ke atas agar ikan-ikan itu tetap bisa bernapas seiring rintikan hujan yang jatuh ke telapak tanganku.
"Fairel, geli." Aku tertawa geli merasakan sensasi yang begitu berbeda itu di telapak tanganku—yang bahkan baru pertama kali kurasakan. Ikan-ikan kecil tersebut bergerak ke sana kemari menyentuh permukaan kulitku. Mereka berkeliling dengan bebas di dalam jangkauanku.
Aah, rasanya sudah lama sekali aku tak mengeluarkan tawa.
"Tapi menyenangkan, bukan?"
Aku langsung mengangguk antusias.
"Dalam hidup, sesekali kita harus menikmati hal-hal yang dianggap sepele namun menyenangkan untuk dilakukan. Walau sekali saja, karena kita tak akan tahu apakah besok dunia masih mengizinkan kita untuk menikmatinya atau tidak."
Aku langsung menoleh menatap Fairel, rintikan hujan yang mencoba masuk ke kedalaman mataku tak menyulitkanku untuk tetap menatap matanya, benar-benar tak mengerti dengan apa yang ia katakan.
Detik berikutnya, semua bagaikan putaran kaset yang ditukar alih karena saat ini aku terkesiap ketika Fairel menarik tanganku mengajakku
untuk berlari menjauhi kubangan air. Melakukan apa yang kulakukan kepadanya beberapa saat yang lalu, seolah tak mengizinkanku untuk berbicara apalagi mengeluarkan protesan.Walau kakiku berlari, walau air hujan berulang kali masuk ke dalam mata yang membuatku terkesiap, walau derungan-derungan rintikan hujan terdengar deras di telingaku, tetap saja sebait ucapan yang dikatakan Fairel terngiang-ngiang dalam benakku.
Ucapan demi ucapan yang keluar dari bibirnya membuat telingaku berdengung. Memasuki benakku hingga hati terdalam. Aku bahkan masih sangat mengingatnya.
Sampai detik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
10 Waktu
Short StoryIni tentang aku, Kayla. Ini tentang aku, masa kecilku yang pahit. Ini tentang aku, Kayla. Seorang gadis kecil yang tak pernah merasakan indahnya masa kecil layaknya anak-anak pada umumnya. Namun, seorang lelaki kecil datang menyelamatkan hidupku, me...