2: Lari dari Musibah

2.9K 607 51
                                    


Be a good readers, and i'll be a good writter too. So, i hope you all voted and comment my story.

•••

        "Guanlin! Udah kosongin jadwal hari ini 'kan?" Suara lembut seorang pria sedikit mengusik tidur lelap Guanlin.

        Itu bukan kekasihnya. Melainkan Minki, sang Ibu. "Guanlin? Astaga, masih tidur?"

        "Eung  ─ apa sih, Ma." Pemuda berkulit putih nyaris pucat itu melenguh panjang sembari mengerjapkan mata, menetralisir pencahayaan yang mulai memasuki tirai kamarnya kala Minki menggeser seluruh tirai.

        Tapi Guanlin acuh, tetap memilih untuk kembali terlelap. Yang mana hal tersebut mampu membuat temperamental Minki kambuh, "Kamu itu tidur terus kerjanya! Gimana bisa kamu mau lulus jadi Jaksa kalo belum bisa atur waktu sendiri."

        "Enggak ada hubungannya kali, Ma," Jawab Guanlin enteng. Dan kembali memejamkan mata, tangan kanannya memeluk erat guling berwarna putih kesayangan Guanlin.

        BUK!

        "A - aduh, Mama! Iya iya, maaf." Guanlin meringkuk seraya melindungi bagian kepala agar tidak terkena pukulan bertubi-tubi Minki dengan bantalnya.

        Minki kemudian menghela nafas kesal, "Kamu anak satu-satunya. Senengin hati Mama sekali-sakali, dong."

        Guanlin mengabaikan ucapan Minki, beranjak dari ranjang dan meraih handuk yang tergantung apik di tempatnya. "Gimana Guanlin mau bikin Mama seneng, kalo Mama sama Papa aja kerjanya ngekang Guanlin mulu." Lalu langsung masuk kedalam kamar mandi.

        Meninggalkan Minki yang hanya bisa geleng kepala meratapi sikap anak sematawayang-nya itu.

•••

        "Et et! Mau kemana?" Ucap Guanlin ketika mendapati seorang Bodyguard yang kini mengikutinya dari belakang.

        Si bodyguard melengos, "Disuruh Tuan Jonghyun buat jagain Tuan Muda."

        Guanlin berjalan mendekat. Lalu menepuk pelan bahu kiri pria kekar ini, "Dengar ya, Pak Dongho. Saya bukan bocah usia lima tahun lagi yang mesti dijaga begini. Saya ini udah kepala dua."

        "Ya - saya tau. Tapi saya takut kalo sampe Tuan Muda kenapa-napa." Dongho merinding seketika ditatap nyalang oleh Guanlin.

        Lalu Guanlin berdecak, "Pergi sana. Dan, awas kalo Bapak lapor-lapor ke Papa."

        Setelah memastikan Dongho pergi, Ia berjalan menuju salah satu koleksi mobil miliknya. Terlihat berpikir sejenak, menimang mobil manakah yang harus Ia gunakan dalam misi kali ini?

        Mazzanti Evantra Millecavalli.

        Ia memutuskan menggunakan mobil itu. Mobil yang hanya diproduksi sebanyak duapuluh lima buah di penjuru dunia. Dan Ia memiliki satu. Menurut Guanlin, tidak ada yang istimewa. Uangnya mampu membeli seluruh mobil itu jika mau. Atau memborong perusahaannya.

        Itu betul-betul mudah.

        Guanlin mengemudi menuju Bandara Incheon. Jemarinya mengetuk stir, sesekali bersenandung mengikuti alunan musik yang Ia setel.

started from italy | panwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang