Part 5

40 7 0
                                    


Setelah berhasil lepas dari jaring nya Dita. Justru sekarang aku berusaha lepas dari jaring nya Mega. Aku tau dia tak berusaha mendekati ku atau sengaja menyodorkan dirinya seperti yang dilakukan Dita. Jaring milik Mega berbeda.

Hal ini mulai aku ketahui bahwa tanpa sadar, lewat belaian makanan Mega aku mulai condong ke arahnya. Tapi aku berusaha menolak medan magnet dunia Mega. Entah kenapa ada sisi hatiku yang lain menolak untuk terus mendekati Mega.

Tapi aku tak mengurangi rutinitas kami. Yakni makan siang bersama saat Mega membawa bekal. Hanya pada saat itu. Aku tak bisa menghilangkan kebiasaan itu. Karena masakan sederhana Mega selalu luar biasa saat menyentuh indera perasa ku. Tapi hanya itu
Kupastikan hanya itu saja. Tak ada tambahan pertemuan di luar itu. Aku ingin Mega paham, bahwa tak ada lanjutan kisah dari makan siang bersama kami.

Tapi rencana memang tinggal rencana saat aku melihat Mega mulai akrab dengan tetangga kantor kami. Pria itu ada di lantai 2. Pertama kali aku melihat mereka berbincang saat sore menjelang pulang kerja. Awalnya aku biasa saja. Wajar Mega dekat dengan Pria. Itu hak nya.

Kemudian aku melihat pertemuan-pertemuan selanjutnya. Dan aku enggak tau kenapa disudut hatiku tak terima. Dan sudah 2 kali aku melihat Pria itu membonceng Mega dengan motornya.

Arggggg tiba-tiba mood kerja ku hilang. Malah melayang ke gadis yang duduk di pojok ruangan

" Ga. PJ dong."

" PJ apa ni Wan ?"

Aku pura-pura sibuk bekerja padahal telinga ON siap menerima info baru. Aku tau maksud pertanyaan Ridwan ini.

" hihhh si Mega pura-pura. Tu udah makin nempel sama si Mas lantai 2. Uhuyyyy."

Ni si resek Indra mulai kepo deh.
Ga.. pleaaseee bilang enggak. Kamu enggak beneran jadian sm Pria itu kan.

" Iya Ga. Beberapa kali aku lihat kalian akrab. Kalau memang udah jadian, ya santai aja. Enggak usah denger permintaan sedeng Ridwan. Babang Hendri ikhlas melepas neng Mega. Tapi enggak tau deh dengan Bang joe.. hoy bang diem aja dari tadi ?"

Kurang ajar si Hendri
Ni anak jarang-jarang ngebully aku.
Pasti gara-gara dia pernah enggak sengaja lihat kami makan siang bareng. Dia kembali ke kantor saat jam istirahat masih sisa 30 menit lagi. Dan disitu aku jadi sedikit canggung. Rasanya seperti ketahuan mencuri. Apalagi pas lihat mata jahil si Hendri. Matanya tu liar menginterogasi tanpa kata. Serem lah pokoknya pas kejadian itu.

" Apa an sih semua pada nyerang gini. Enggak ada ya jadian. Mas Gun itu kakak kelas aku di Uban."

" Uuhhhhh so sweet nya -Mas Gunnnn-"

Geli aku mendengar desahan Indra. Aku lempar dia dengan steples.

" Sakitttttt..." indra mengelus lengannya manja karena kena lemparan dariku.

" Bang Joe kenapa sih?? Tadi diam aja. Panas ya Bang.. pannnnasssssss." Sialan si Hendri.

" Berisik !!!!."

Aku memang panas. Jadi aku putuskan keluar kantor. Lagian 5 menit lagi jam kantor berakhir. Sekalian lah aku mau pulang.

Aku masih santai ngobrol dengan security saat kulihat Mega kembali akrab dengan siapa tadi. Ahhh ya Gun gun siapa lah itu. Aku enggak suka. Ini beneran aku enggak suka. Dengan langkah santai aku dekati mereka.

" Ga. Temani aku ketemu Klien. "

" Lohh tumben Joe . Biasanya kamu kan bareng Hendri atau Indra."

" Mereka lagi sibuk. Udah ayok. Keburu sore ini. " aku berlalu meninggalkan pasangan yang buat aku panas.

" Mas Gun. Nonton nya lain kali ya. " samar aku masih mendengar permintaan maaf Mega ke si gun gun. Aku masuk duluan ke dalam mobil. Tak lama dia pun ikut masuk.

" Lain kali kalau mau ajak meeting bilang dari awal dong. Aku enggak enak batalin janji sama Mas Gun." Mega sedikit mengomel saat memakai sabuk pengaman.

" Ini juga dadakan mereka ajak ketemu Ga. Sorry."

Mega hanya mengangguk. Ini aku harus putar otak buat Mega percaya soal klien abal-abal yang aku karang. Bodo lah jalan dulu aja kali ya ke Mall sambil mikir alasan tu klien enggak muncul-muncul. Lah gimana mau muncul kan klien nya boongan. Yang penting Mega lepas dulu dari si gun gun. Aku enggak suka.







KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang