Part 7

25 6 0
                                    

Hari ini Mega enggak ngantor, baru aja pesan WA nya masuk. Lumayan jadi sepi sih ni kantor. Biasanya ada makhluk tuhan paling seksi eh sekarang isi nya batangan semua. Lemes abang dek....

" Loh.. Mega mana Joe ?"

" Izin sakit Hen."

" Aku mau nanya serius boleh enggak sih ?"

" Apa an sih masih pagi udah mau seriusan ?? "

" Yok ngopi dulu di bawah. Enggak enak aku mau nanya denger yang lain."

" Aneh kau Bang. Ya udah lah ayok."

" Mau kemana kalian ?? Kok dedek enggak di ajak ?"

" Diam kau disitu Ndra. Ku libas kau nanti."

Kalau Hendri udah bawa - bawa kata LIBAS tanda peringatan keras buat siapa pun untuk enggak ikut campur. Disemprot gitu mingkem lah si dedek Indra Unccch Uncchhh..

Setelah memesan 2 cangkir kopi dan beberapa tempe goreng. Kami mencari tempat duduk yang agak mojok.

" Mau nanya apa sih Hen ??"

" Soal Mega, Kau ada perasaan sama dia ?"

" Dih. Sok tau."

" Muka Kau itu bilang semuanya."

" Emang iya ??"

" I Y A "

Aku hanya mengendikkan bahu. Aku aja masih belum yakin sama yang ada di hati aku, ini malah di tembak sama keyakinan Hendri, Abang Batak di kantor Kami, Raja minyak dari Medan.

" Entah lah Hen. Aku tu masih belum yakin."

" Aku cuma mau kasih sedikit informasi. Itu si Mas siapa lah itu. Gun gon gogon. Ah itu lah pokoknya. Aku pernah beberapa kali lihat dia dengan perempuan yang berbeda. Trus matanya tu liar gitu. Kita sesama cowok pasti paham lah ya kan soal gitu-gituan. Dan aku enggak suka pas dia natap nafsu gitu ke Mega. Aku udah anggap dia adek. Jadi kalau kau memang suka, ya kejar. Pepet trus. Jangan sampai nyesel pas dia malah jadian sama orang lain."

" Gun namanya Gunawan deh klo enggak salah. Ahh tapi masa sih matanya jelalatan gitu ke Mega."

" Ya semua terserah kau lah. Aku kan cuma mau kasih info. Dari yang aku lihat ya gitu."

" Thanx Hen.

Hendri memang yang paling tua diantara kami. Dia memang kadang terdengar kasar saat menyampaikan pendapatnya. Tapi aku tau dia perduli dengan kami semua. Dia perduli tapi dengan caranya sendiri. People said "Unique"

Dan setelah menghabiskan kopi beserta genk nya aku naik ke lantai kantor kami. Sementara Hendri keluar. Dia ada meeting dengan klien.

Seharian ini aku makin tak bisa konsentrasi selain tak ada Mega juga karena informasi dari Hendri. Pulang ke apartement bukannya tambah tenang pikiran aku tambah kacau. Mega udah makan belum ya ?? Sakitnya kumat lagi apa enggak ??

Ini udah jam 9 malam dan aku belum makan malam sama sekali. Beli makan diluar aja kali ya. Saat menunggu pesananku di bungkus aku kirim WA Mega. Siapa tau bisa buat batin tenang tanpa prasangka. Siapa tau juga kan dia butuh makanan.

Aku
Ga.. gimana sakitnya ??

Mega
Udah mendingan kok joe.

Me
Mau aku bawakan makanan ??

Mega
Ehh enggak usah. Ini udah dibawain banyak sama Mas Gun.

Whatssssss. GerCep juga tu si Gun. Haduh panas hati aku. Apa aku susul aja ke kosan nya Mega. Tapi masak iya datang tiba-tiba. Ahhh bodo ahhh aku mau kesana sekarang. Hati aku makin enggak tenang.

Me
Ohh. Gun nya masih di kosan kamu ya ?

Udah 5 menit berlalu dan pesan ku belum berbalas. Boro-boro balas di baca aja belum.
Setelah membayar makanan aku melajukan mobil ke arah kosan Mega. Di depan rumah ini memang ada motornya si Gun. Berarti masih ada tu lakik.

Ini kosan termasuk bebas juga. Sepertinya enggak ada jam malam disini. Aku langsung ke kamar Mega. Pintu nya ke tutup. Tapi ada sepatu cowok di luar. Sepatu cowok itu lah ini pastinya.

Aku ketuk pintu. Tapi enggak ada sahutan. Kenapa senyap banget. Aku ketuk lagi. Masak iya udah tidur si Mega. Aku coba melihat dari jendela yang tirainya tak tertutup rapat. Kurang ajar si Gun. Aku gedor pintunya. Tak lama pintu itu terbuka. Tapi tak dibuka semua. Hanya terbuka sedikit memperlihatkan kepala si Bajingan Gunawan

" Ada urusan apa ya anda datang ke kosan pacar saya ??"

" Bangsat." Aku tak menjawab pertanyaannya.

Aku kalap.
Dia enggak boleh berbuat itu ke Mega.
Dia enggak berhak.

Seketika aku takut.
Bagaimana jadinya jika aku terlambat ??
Hal buruk itu membayangi kepala ku. Dan tanpa sadar aku terus memukul, menghajarnya tanpa ampun.


















KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang