TAK KU SANGKA 7

208 22 0
                                    

"Gue suka sama Tamira. Udah dari semester 2, pertama kali gue sama dia ketemu. Pas ujian semester pratikum Fisiologi Ternak gue inget dia shift terakhir."

"Cieeee..... Cinta terpendam nih?" Ledek Agus. Teman-teman yang lainnya tertawa cekikikan disana. Mereka para lelaki sedang berkumpul didepan Laboratorium. Obrol-obrol sampe akhirnya menyangkut masalah perempuan. Yaa sebut saja pujaan hati.

Disatu sisi ada yang tersenyum masam mendengar penuturan temannya.

"Kejarlah bro. Ya kali naksir cewe diem doang?." Ucap Bima memberi semangat.

"Alah lo kayak gak tau Tamira aja. Cewek modelan gitu mana mau diajak pacaran. Haram.... Hahahahah" Ucap Yoga. Mereka pun tertawa terbahak-bahak.

"Salah sasaran lo naksir cewek. Lagian kenapa mesti dia? Gak menarik pun" sahut Dean.

"Cewek kayak Tamira mah, maunya diberi mahar bukan diberi kejutan coklat dan bunga. Hahahah" Ledek Maulana.

"Kampret lo pada!. Yaa menurut gue dia manis menarik kok dimata gue. Apalagi kesan tertutup dia. Bikin gue nambah penasaran."

"Woii lo jangan blak-blakan gitu dong. Emang lo kira lo doang yang suka sama Tamira. Nih dia juga" Ucap Wan lantang dan menunjuk Diki.

Diki spontan melotot dan salah tingkah secepat kilat ia menyangkal " Sembarangan! Tamira bukan type gue. Biasa gitu ogah gue sama dia." Ucap Diki ketus dan berekspresi jijik. Teman-temanya pun manggut-manggut setuju.

"Nah kayak Diki dong. Cari cewek yang normal lah jangan yang kayak gitu. Terlalu agamis" Sahut Gio.

"Iya ki mending lo kejar Kak Dola dari pada si Tamira. Kan lo udah ngincer dia dari semester 2 lalu." Ucap Putra.

"Nah iya tuh bener. Sorry banget gue suka si Tamira. Gak deh. Turun pamor gue ntar, muka aja gak cocok disanding ama muka ganteng gue yg over ini" Ucap Diki sombong. Teman-temannya nyaris memuntahkan isi makan siang tadi. Geli dengan tingkat percaya dirinya Diki.

"Bagus dong. Biar Tamira buat gue aja. Gue rela kok mendem rasa gue dihati. Nanti kalau ada kesempatan gue yang lamar dia." Ucap Kiki yakin.

.
.

Tanpa mereka sadari Tamira yang berada dibelakang mereka mendengar jelas ucapan temannya. Bahkan bukan hanya Tamira tapi hampir separuh kelas mendengar kalimat itu. Tamira merasa tertampar dan hancur lebur mendengar ucapan pujaan hatinya. Sakit. Itu pasti. Ingin menangis namun Tamira tahan. Ia tetap bersikap biasa dan sulit ditebak. Sisi hatinya sudah digerogoti kesedihan yang tak berujung ini.

Zahra mengelus punggung Tamira ia mengerti ini pasti sakit. Kalau memang tidak suka kenapa harus menghina begitu dan kenapa sangat panik ketika dituduh suka dengan Tamira. Padahal biasa saja kan bisa.

Atika ikut merasa sedih ia memeluk temannya. Ingin rasanya ia mencabik-cabik mulut pedas temannya itu. Tapi ya sudahlah biarkan Allah yang bertindak. Serahkan semua sama Allah.

"Kita pulang yuk." Ucap Tamira riang. Ia tidak mau dikasihani ia kuat kok. Siapa mereka memangnya? Ingin membuat Tamira terpuruk.

Syifa Atika dan Zahra mengangguk saja dan berjalan mengikuti Tamira. Tamira dengan sombong dan berpura-pura tak tau apa-apa melewati sekumpulan teman laki-lakinya. Tepat saat Tamira berjalan dekat mereka keheningan seketika terjadi. Tamira berjalan dengan tegap tanpa mau menundukan kepala. Ia tunjukan sikap sombongnya.

Ketika Tamira menghilang seulas tatapan sendu terbit dari seseorang yang sesungguhnya mengagumi Tamira. Ia berdoa semoga mereka berjodoh di kemudian hari.

.
.

Tamira tetap diam dan berlaku santai, ia langsung pamit pulang kerumah. Biasanya ia suka berlama-lama di kontrakan entah itu menghabiskan makanan atau pun mengacaukan seisi rumah. Atika Zahra dan Syifa hanya berdoa semoga Tamira baik-baik saja.

Di perjalanan Tamira memutar gas motornya dengan kencang dan menyalip truk gandeng yang menghalangi jalannya. Ia menyalip tanpa perkiraan lagi. Kemudian ia berteriak mengeluarkan rasa sakit yang sejak tadi bersarang di dada.

"AAAAAAAAAAA" Pekiknya. Kemudian Tamira mengeluarkan tangis sendunya. Ia tersedu-sedu menangisi nasib buruknya. Sesakit ini menyukai seseorang. Kenapa ia bodoh sekali? Kenapa Tamira tak menyadari bahwa ia memang tidak pantas untuk lelaki tampan seperti si bening.

Harga dirinya jatuh, ia tak terima. Rasanya Tamira ingin menabrakkan motor yang dikendarai nya kearah Truk gandeng. Perih sekali hatinya tersayat-sayat bagai kulit yang digores silet berkarat. Tamira terus memacu dengan kencang motornya tak peduli klakson orang-orang dan bahaya yang akan menimpanya. Tamira lebih memilih memacu motornya untuk pergi kejembatan. Ia ingin berteriak keras disana. Ia ingin kesedihannya larut dalam angin yang berhembus diatas jembatan.

Cukup ia harus bangkit ia harus berhenti untuk menyukainya. Mari jalankan aktivitas seperti biasanya. Tamira kuat kok bukankah hal seperti ini sudah sering terjadi? Tamira hanya wanita biasa yang memiliki tinggi badan 160 cm dengan berat 45 kg. Kulitnya coklat kekuningan ia memiliki mata kecil dan tulang pipi yang menonjol disertai pipi yang sedikit tembam. Hidungnya tidak begitu mancung tidak pula pesek dan wajahnya dihiasi dengan Jerawat kecil yang akan menghitam di kemudian hari. Kelebihannya ia memiliki lesung pipi dan dagu yang belah. Itu saja, bentuk bibirnya pun seperti orang luar bibir atas yang sedikit naik keatas dan bibir bawah yang tebal. Apabila ia tidak rajin mengatupkan bibir maka akan terlihat menjadi Cumi 'Cucah Mingkem'. Namun apabila di oles lipstik maka akan terlihat sangat seksi karena ketebalan bibirnya.

Sudah sejak dulu ia di rendahkan dengan tampilan fisiknya. Hal ini pun yang membuat Tamira sering tak percaya diri. Padahal nyatanya Tamira itu cantik,manis dan menarik kata sebagian orang. Cuman kan negara, tempat tinggal kita ini lebih menjunjung  wanita berkulit putih bersih sebagai incaran nomor satu dan yang akan mendapat predikat cantik  dan hal itu membuat Tamira down.

Tamira sadar ia tidak sempurna, tidak seperti wanita idaman para pria. Yang cantik putih mulus seksi dan bersih. Dada saja Tamira memiliki ukuran mini dan bokong nya sih ada sedikit, dibilang tepos juga nggak cuman tidak besar saja. Tamira harus tenang kenyataan ini sudah biasa bukan? Berapa kali ia diperlakukan begini? Sudah banyak. Tamira kuat kok ia sudah terbiasa.

.
.

Malamnya disuatu rumah seorang lelaki sedang bergerak gelisah di atas kasurnya. Masih memkirkan kejadian tadi apakah Tamira mendengar penuturannya dan beberapa temannya?. Ia jadi takut dan tak enak hati. Seharusnya ia bisa mengendalikan temannya untuk tidak semena-mena menghina Tamira.

Lelaki itu segera membasuh wajahnya kemudian menghamparkan sajadah dan berdoa kepada yang maha kuasa.

.
.
Di tempat lain Tamira pun juga sedang bersimpuh menumpahkan sedih dihatinya. Dengan deraian air mata Tamira memohon.

______________________

Berkat sahabat tercintah.... Ini bisa update. Fiuhh tak ada kuota 😭😭. Penting update lah dulu.
Haaaa aku udah masuk bab masalah nih duh kayaknya ini cerita gak panjang deh. Kayaknya tapi yaaa.

24 November 201

TAK KU SANGKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang