Aku lebih memilih mencintaimu dalam diam dari pada aku harus mencari-cari perhatian mu. Sebab aku takut Allah justru akan memisahkan kita apabila aku berharap padamu.
Tamira diam memandang punggung Diky yang jauh diujung sana. Itulah yang ia lakukan, diam. Dan berperilaku tak peduli namun ada hati yang menggebu dibalik itu. Tamira hanya dapat beristigfar dan berdoa kepada Allah subhana wata'ala untuk meminta perlindungan hati.
Tamira mengalihkan pandangannya menatap Zahra yang sedang bercerita mengenai kegiatan BEM. Kini sudah pukul tiga sore sebentar lagi ia akan pulang setelah urusannya selesai.
"Gue duluan ya... Udah janji sama mamah mau anterin ke pasar." Kata Tamira seraya merapihkan tasnya.
"Oke hati-hati yaa" Ucap Syifa dan Zahra berbarengan.
"Nanti Atika bareng Zahra aja ya!" Titah Tamira.
"Oke". Tamira melangkah menjauhi temannya menuju motor Matic kuning kesayangannya. Tamira merunduk untuk membuka jok motornya mencari jaket hitam dan sarung tangan. Ketika Tamira sudah mendapatkan apa yang ia cari tubuhnya tersentak karena tiba-tiba Dia yang menjadi penunggu hatinya sedang duduk diatas motor yang tak jauh dari motornya terparkir. Tanpa sadar mereka saling pandang beberapa detik yang kemudian dihentikan oleh Tamira karena ia sibuk memasang jaket sarung tangan dan helmnya.
.
.
."Ya Allah rasa ini terus bersemayam dalam hatiku. Hari ke hari semakin bertambah apa yang harus hamba lakukan." Tamira menatap kearah langit gelap yang bertabur ribuan bintang. Ia yakin Allah pasti sedang memperhatikannya dan akan turun mendekat padanya. Sebab ini adalah sepertiga malam dimana bahwa Allah turun kebumi mencari kemana saja Hambanya yang lebih memilih bangun dari tidur nyenyaknya hanya untuk bersimpuh kepadanya.
"Ya Allah apabila ia adalah jodohku Maka satukanlah kami dalam ikatan yang engkau ridhoi. Jika kami tidak berjodoh maka satukanlah aku dengan seseorang yang lebih baik darinya. Ku serahkan segalanya padamu karena hamba yakin pilihanmu lah yang terbaik untuk hamba kelak." Tamira menyudahi doanya dengan mengusap seluruh wajahnya dan melepas mukenanya.
Tamira bangkit dan berdiri menuju jendela kamarnya yang sengaja ia buka gordennya saat ia sedang sholat tadi.
"Assalamualaikum Diky? Sedang apa kau disana? Ku harap saat ini kau juga melakukan hal yang sama ku lakukan pada malam ini. Aamiin allahumaa aamiin." Tamira menutup gordennya dan beranjak menuju ranjang berlapis seprai biru kesukaannya.
.
.
."Mah, salim!" Ucap Tamira.
'Minta uang jajan gak ya?. Tapi apa mama ada uang?'
"Duit jajan minta ke papa ya!" Titah sang mamah. Tamira ingin merengut namun ia segera menunduk dan mengangguk. Tamira berbalik badan berjalan menuju meja makan dimana sang Ayah sedang menghembuskan asap rokoknya.
"Pah, minta uang jajan!" Ucap Tamira pelan. Ekspresi ayahnya terlihat tidak enak dan memicing ke arah Tamira.
"Minta sama mama!" Ucapnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK KU SANGKA
Spiritualcerita ini tentang cinta. Cinta kepada yang mahakuasa dan cinta kepada yang diciptakannya. Ketika hati ini mulai merasakan cinta namun aku hanya bisa mengadu kepada sang penguasa dan berharap kepadanya. Seribu orang mengejar mu aku tak akan ikut men...