Part 14

76 10 0
                                    

Raesha menatap grup chat dengan sahabatnya dengan malas. Isi pesannya semua mengarah ke dirinya dan Arsy.

( @Razita )"Sha, Ar, kalian pada kenapa sih? Kok agak aneh"

( @Putri )"Iya, kalian pada kenapa sih"

( @Kirei )"Pada nyaut dong kalo ada yang nanya tuh!"

Raesha mematikan sambungan datanya lalu memejamkan matanya untuk tidur.

***
Putri masuk ke rumah Raesha dengan langkah ragu. Ia ingin mendengar cerita Raesha dengan Arsy.

Ting...tong...

Pintu dibuka dan memperlihatkan wanita cantik yang awet muda yang tak lain ibunya Raesha.

"Eh nak Putri, masuk yuk. Raeshanya ada di kamar langsung kesana aja yah" ucap ibunya Raesha ramah. Yang sudah mengetahui dengan jelas maksud kedatangan Putri, pasti ingin menemui anaknya itu.

"Makasih tante"

Putri langsung naik ke lantai dua untuk ke kamar Raesha. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Putri langsung membuka pintu kamar Raesha pelan. Di dalam, ia melihat Raesha sedang rebahan di atas karpet yang di gelar pinggir tempat tidur.

"Sha" panggil Putri.

"Hmmm"

"Lo harus jawab pertanyaan gue, lo sama Arsy ada apa? Anak-anak  pada heran liat kalian berdua tiba-tiba diem-dieman.

" Harus yah gue jawab?"

"Ya harus lah W A J I B"

"Kumpulin dulu anak-anak semua. Sekalian sami si Arsy, gue beresin masalah ini sekarang"

Putri mengajak sahabatnya yang lain ke rumah Raesha lewat grup chat yang di buatnya.

"Sha, katanya mereka lagi di cafe sekitar sini. Apa kita kesana aja? Gak enak juga ngomongin masalah ini di rumah lo, malu kalau sampai ibu lo denger." ucap Putri.

"Ya udah, gue siap-siap dulu." jawab Raesha sambil membuka lemari pakaiannya dan memilih celana bermodel longgar yang di padankan dengan kaus polos berwarna navy.

Keduanya turun dari kamar Raesha yang ada di lantai dua. Lalu pamit pada ibunya Raesha.

"Kalian mau pada kemana?" tanya ibu Raesha.

"Kita mau ke cafe daerah sini tan, boleh kan?"ucap Putri.

"Boleh, hati-hati yah"

"Makasih bu, aku pamit dulu" kali ini Raesha yang bicara.

Raesha dan Putri pergi ke tempat itu dengan menggunakan motor yang di bawa Putri.

***
Kelima gadis itu sudah ada di meja sebuah cafe yang agak besar. Raesha dan Arsy saling menyorotkan tatapan tidak sukanya. Terutama Raesha.

"Kalian mau pesen apa?" tanya Kirei pada Raesha dan Putri.

"Gue minum aja, lo mau apa?" ucap Putri dan bertanya pada Raesha.

"Samain aja" jawab Raesha sesingkat-singkatnya.

Pesanan mereka pun datang dan pembicaraan dimulai.

"Kalian harus jelasin semuanya. Gak boleh ada masalah diantara kita." ucap Kirei membuka obrolan.

"Maaf, gue ngomong yang sejujur-jujurnya. Gue sama sekali gak pernah nembak Alfariq. Gue gak punya rasa apa-apa sama dia. Lagian, gue masih waras gak mungkin rebut cowok sahabat gue sendiri. Dan itu penjelasan dari gue, lo pada terserah mau percaya atau nggak. Yang penting, gue udah ngungkapin semuanya." jelas Arsy yang di dengarkan oleh mereka dengan serius.

"Terus lo Sha, kenapa lo keliatan marah banget sama Arsy?" kini Razita yang bicara.

"Gue denger langsung penjelasan semuanya dari Alfariq. Dan dia ngomong kalau Arsy nembak dia. Gue percaya sama Alfariq." jelas Raesha tetap kekeh dengan argumennya.

"Gue gak mihak ke siapapun yah. Kita disini bertiga sebagai penengah. Sha, lo percaya sepihak cuma sama Alfariq. Lo baru denger sendiri penjelasan Arsy. Dan itu mungkin bisa ngerubah pandangan lo terhadap Arsy. Dan lo Arsy, lo jujur kan ngomong itu? Lo gak ngada-ngada." ucap Putri panjang lebar.

"Gue izin ngomong terlebih dulu. Gue ngomong ini jujur, gue gak ada niatan buat ngerusak hubungan persahabatan kita cuma gara-gara seorang cowo. Lagian gue udah punya orang yang gue suka juga, dan yang jelas bukan Alfariq. Gak mungkin gue ganggu cowok orang sekali lagi gue tekankan, gue gak rebut cowo sahabat gue sendiri. Gue lebih mentingin persahabatan dari pada pacaran." ucap Arsy panjang lebar. Bahkan, seorang Arsy yang biasanya terlihat paling ceria dan cerewet, sekarang malah terlihat serius dan keluar sisi kedewasaannya.

"Gue udah percaya sama Alfariq. Selama gue pacaran sama dia, gak pernah sekalipun dia bohong sama gue. Jadi gak ada alasan buat gue gak percaya sama dia. Dan Arsy, maaf, cara lo bicara sudah jelas lo malah nyalahin gue. Sampai kapan lo gak ngaku apa yang udah sebenernya lo lakuin. Lebih cepat lebih baik. Gue tunggu pengakuan lo!" jelas Raesha sambil berlenggang pergi.

Arsy, Kirei, Putri dan Razita sangat terkejut melihat perilaku Raesha yang berubah drastis. Memang kalau sudah menyangkut soal cinta, akan susah untuk menyelesaikan permasalahan dalam sebuah persahabatan. Haruslah ada yang berani mempertaruhkan hatinya demi sahabatnya yang lain. Dan pasti akan ada hati yang tersakiti. Persabahatan boleh dimulai karena cinta, tapi jangan berakhir karena cinta pula. Itu yang seharusnya mereka lakukan. Harus ada yang lebih dewasa dan intinya harus ada yang M E N G A L A H.

"Gue harus ngelakuin apa? Gue udah ngomong yang sebenernya tapi tetep Raesha gak percaya sedikitpun sama gue. Apa harus gue ngaku kalau gue emang nembak Alfariq? Tapi gue gak mungkin ngakuin kesalahan yang gue sendiri gak lakuin. Gue bingung, gimana caranya mertahatin persahabatan kita." keluh Arsy.

"Lo tenang aja, pasti Raesha bakal nyadar sendiri. Dia bukan tipe orang yang susah kasih maaf. Lo juga gak usah khawatir kalau emang lo gak ngelakuin itu. Dan lo gak seharusnya ngelakuin apa yang tadi lo bilang. Tunggu waktu yang tepat untuk gue bisa ngobrol ke Raesha." jelas Putri.

"Gue harus mgomong apa yah, udah diomongin semua sama Putri. Gue cuma bilang yang sabar aja." ucap Kirei.

"Keep calm to solve the problem. Dan lo harus percaya kalau semua masalah pasti ada jalan keluarnya." ucap Razita.

"Makasih, kalian emang the best. Gue gak mau sampe kehilangan kalian. Gue udah nyaman sahabatan sama kalian. Kalau aja gak ada masalah ini, mungkin semuanya gak akan jadi serumit ini. Maafin gue yah, gara-gara gue, waktu kalian jadi keganggu." ucap Arsy dengan suara yang terdengar sedang menahan tangisnya.

"Gak papa." ucap mereka bertiga bersamaan.

"Lo kalau mau nangis ya, nangis aja. Kata orang kalau ada masalah dan pengen nangis ya nangis aja biar lo juga ngerasa tenang." lanjut Razita dan bersamaan dengan rintik air mata yang keluar dari pelupuk mata Arsy yang sudah menggenang dari tadi.

"Terus aja, nangisnya sampe lo ngerasa tenang. Gue kasihan lihat lo." ucap Putri. Ia prihatin melihat Arsy yang jadi lebih sering diam sejak ada masalah dengan Raesha. Jauh dengan sifat aslinya.

"Gue kok cengeng gini yah, cuma masalah gini aja udah nangis apalagi masalah yang lebih besar." ucap Arsy sambil membersihkan bekas air matanya dengan kedua telapak tangannya. Dan dengan pekanya, Kirei memberikan selembar tisu pada Arsy yang langsung disambut Arsy dengan senyuman.

Sementara, di sebrang meja yang mereka duduki ada seseorang yang menyaksikan kejadian semuanya dengan senyuman miringnya seolah memperlihatkan kemenangan. Ia sangat bahagia melihat itu terjadi. Rencana yang ia susun dengan singkat ternyata berjalan lancar dan mulus. Ia tidak perlu bersusah payah dengan masalah itu. Dan akibat kecerobohan salah satu diantara mereka ini semua terjadi. Dan hal ini di jadikan kekuatan untuk menghancurkan benteng pertahanan persahabatan orang lain.

Jangan sampai persahabatan hancur karena masalah sepele. Dan jangan memilih mempertahankan satu hal yang belum tentu menguntungkan bagi kita dan mengabaikan banyak hal yang justru menunggu dan memberikan jaminan keuntungan bagi kita.

Mungkin belum ada pemikiran seperti itu pada sebagian anak kelas sepuluh yang masih beradaptasi dengan sisi dewasanya.

***
Sekian.

TBC.

The Beauty And Uniqueness Of Friendship.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang