Chapter Three

126 13 8
                                        

Aku masih memikirkan apakah benar Alissa juga indigo? Apa dia hanya bergurau? Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya padanya.

"Lis, kamu bnr indigo?" ucapku dengan nada sedikit heran dan penuh selidik.

"Iya benar, tapi itu sampai sebulan yang lalu. Kini aku bukan indigo lagi karena udah aku tutup lagi matanya. Aku ga kuat dengan semua ini! Aku ga kuat jadi indigo, aku ga kaya kamu Sall. Ya memang aku indigo dari lahir sama sepertimu. Tetapi, aku ga dikasih tau kalo aku ini indigo sama orang tua aku. Sampe akhirnya aku mengetahui sendiri dan paham. Sungguh tersiksa." ucapnya dengan air mata yang sedikit mengalir tetapi mampu ia hapus lagi dalam sekejap

"Jadi, kamu udah bukan indigo lagi, Lis?" tanyaku yang disambut anggukan dari Alissa.

Aku dan keempat sahabat baruku ini masuk ke kelas. Sebentar lagi seorang guru akan masuk. Sekarang pelajaran Kimia, entah guru yang membosankan apa yang menyenangkan.

"Assalamualaikum" suara salam yang membuat seisi kelas mengucapkan kata pembalasan yaitu 'waalaikumussalam' dengan kompak. Gak ada yang telat mengucapkan salam. Semua kompak, bisa dijadiin penonton bayaran di Instragramers di BNTV.

"Sepertinya ada murid baru nih, nama kamu siapa?" ucapnya sambil mendekati diriku

"Ya pak, namaku Salsabila Lydianto pak. Saya pindahan dari Bandung karena ayah pindah kesini pak." ucapku

"Ooo, semoga nyaman yaa." ucapnya kemudian pergi ke depan kelas untuk melanjutkan pelajarannya.

Sekarang sedang pelajaran Fisika, ini yang aku suka. This is Fisika, walaupun itung itungan tapi gak kaya Matematika. Gurunya cukup asik kalo kataku sih. Nama beliau Dani Darwis. Namanya keren, masih muda lagi.

Tiba tiba sosok Amirah datang menampakan wujudnya di kelas. Dia, lagi lagi menampakan dirinya disaat yang tak tepat. Dia selalu datang saat aku ingin konsentrasi untuk mengikuti pelajaran kali ini. Fisika ku akan terganggu dengan kehadirannya.

Sosok Amirah datang menghampiri diriku. Aku berupaya tidak bersikap yang di luar batas, aku mencoba untuk santai dan rileks dengan kehadirannya. Dia berdiri disampingku, entah apa mau dia mebggangguku disaat seperti ini.

"Kali ini aku harus membuka komunikasi dengannya dan menanyakan apa mau dia yang selalu menggangguku dengan kehadirannya." ucapku dalam hati

Alissa melihat kepadaku, dia seperti mengucapkan sesuatu. Entah dia berbicara apa, sebab aku tak mengerti apa yang dia ucapkan. Tetapi, dia berusaha mengatakan agar aku tetap fokus kepada pelajaran kali ini.

Tak terasa saat ini sudah jam pulang sekolah tiba. Sebentar lagi bel pulang sekolah berbunyi dengan merdunya. Apakah yang harus aku lakukan jika hantu Amirah mengikutiku ke rumah? Aku harus membuka komunikasi dengannya malam ini juga.

*Kring... Kring... Kring...

Sudah kuduga bel pulang sekolah berbunyi. Membuat seisi kelas membludak seperti emak emak saat ada sembako murah yang digelar pak RT.

"Eh Sall, pulang bareng yuk." ajak Layla yang sudah berada di dalam mobilnya dan bersiap untuk meninggalkan sekolah.

"Hmmm, boleh deh aku gak dijemput soalnya." ucapku menerima ajakan mereka.

Aku berjalan menuju pintu mobil bagian belakang dan sudah ada Layla, Dina, dan Trisna yang udah ada disana. Mereka mempersilahkan aku untuk duduk.

"Mau kemana kita?" tanya Alissa

"Makan aja dulu laper aku." ucap Dina sembari mengeluskan perutnya.

"Yasudah," lanjut Alissa kemudian melajukan mobilnya ke restoran favorit mereka di kota ini.

Beberapa menit kemudian kami sudah sampai di depan restoran tersebut. Kami pun turun dari mobil dan pergi masuk ke restoran.

"Apa yang mau dipesan?" tanya seorang writers di restoran tersebut.

"Boleh deh double beef steaknya satu sama Lemon ice satu, kalian mau apa?" tanya Dina

"Aku ngikut aja," ucapku lalu dilanjutkan dengan anggukan Alissa, Trisna dan Layla

"Oke, double beef steaknya 5 Lemon ice nya 5 juga ya mba." ucap Dina

"Ok saya ulangi, double beef steaknya 5 minum Lemon ice 5 juga. Bayar dikasir ya mba. Harga sudah masuk PPN. Password wifi 'steakjawarajawa' ya mba." ucapnya lalu meninggalkan kami berlima di tempat duduk kami

"Sall, kamu pas Fisika liat Amirah lagi ya?" ucap Trisna

"Iya, aku melihatnya." ucapku dengan nada pelan lalu disambut 'ooo' dari mulut mereka.

"Kamu mau buka komunikasi?" tanya Alissa ragu

"Sepertinya aku harus begitu." ucapku dengan raut muka terlipat bagaikan kain yang habis dijemur dan langsung dilipet, kusut banget.

Beberapa menit kemudian makanan udah tersedia di meja. Tiba tiba Amirah datang lagi dan berdiri disampingku, aku mencoba biasa saja dengab kehadiran dirinya. Dan aku tetap makan walau dengab gangguan Amirah disampingku.

Dia mengikuti aku hingga sini, apakah dia akan mengikuti aku hingga di rumah? Pertanyaan itu selalu berputar saat aku makan dan tak berhenti berhenti hingga saat ini.

*Beberapa menit kemudian

Makanan yang terhidang suda habis dan hanya menyisakan sayur yang tak termakan. Kami beranjak pergi ke kasir untuk membayar. Setelah membayar kami pergi ke mobil dan mengantarku pulang, berhubung kami searah dan yang pertama turun itu aku.

Aku sudah sampai dirumah, seperti biasa mamah sama papah belum pulang jadi aku di rumah sama Bi Nur. Aku langsung masuk dan mengucapkan salam dan melepaskan sepatuku.

Lalu, aku beranjak naik ke lantai dua ke kamar aku. Dan aku langsung menbaringkan diri ke kasur empukku. Tiba tiba Amirah datang lagi. Entah kenapa dia datang disaat aku sedang mencoba melepaskan sesuatu.

Bersambung

#SalamMicin

00:00 (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang