Kim menyusuri sepanjang koridor sekolah. Melihat lagi lembar kertas di tangannya, bertuliskan kelas XIipa1.Hazel coklatnya menatap bagian atas setiap pintu yang dilalui.
Nah, ketemu.
XIipa1. Oke, ini dia kelas Kim. Kim memang sengaja mengambil jurusan ipa. Dia sangat menyukai Biologi. Pelajaran yang mempelajari tentang alam dan hewani.
Niatnya ingin masuk ke dalam kelas ia urungkan. Ada satu objek yang mencuri perhatiannya.
Kim perlahan mendekati objek tersebut. Tak jauh dari kelasnya berada. Perpustakaan. Batin kim.
Oke, bukan perpustakaan nya yang menarik buat seorang Kimhan saat ini. Tapi, dua orang siswi yang tengah memojokan satu orang siswi lagi di dinding perpustakaan.
Bukan nya itu Aom!. Apa yang mereka lakukan pada nya. Pikir Kim, masih terus mengamati ketiga orang tersebut dari balik tembok sebagai pembatas antar ruang kelas dan perpustakaan.
"Dengerin ya anak pungut nggak tau diri. Udah di bilangin, jangan deketin cowok orang. Kuping tu nggak tuli kan? Bitch banget tau nggak jadi cewek".
"Ngapa sih jadi cewek kok' ganjen! Anak pungut aja belagu banget " menatap sinis pada Aom yang kesakitan. Akibat rambut nya yang ditarik kasar oleh saudari tirinya sendiri. Siapa lagi kalau bukan Clara.
"Sakit...ssttt. Cla, rambut aku sakit" ucap Aom lirih, menatap memohon pada Clara agar mau melepaskan tarikan pada rambutnya.
Clara menarik tangannya sedikit kasar dari rambut Aom. Aom meringis, memegangi kepalanya yang sedikit berdenyut itu.
"Cengeng banget sih. Awas aja ya, berani lagi kamu deketin Jazz lagi, habis kamu". Setelah mengucapkannya, Clara dan temannya bernama Jane pergi begitu saja meninggalkannya.
Aom memandang punggung kedua cewek itu yang semakin menjauhinya.
Tanpa terasa air matanya perlahan tumpah. Wajahnya sedikit memerah. Terdengar hisakan kecil dari bibir mungil tersebut.
" hiks.., kenapa nasib ku begini ya, tuhan. Hiks, hiks, bunda Aom mau tinggal ma bunda aja". Ucapnya lirih, sambil memegang kepalanya yang masih sakit akibat tarikan Clara barusan.
Merenungi nasibnya yang selalu saja tidak beruntung seperti teman-temannya. Ia iri pada mereka. Meski dari keluarga sederhana, tapi hubungan nya sangat harmonis. Tidak seperti dirinya, sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandung, di buang ke panti asuhan, sekarang malah mendapatkan keluarga yang hanya memanfaatkan dirinya saja.
Nasib sial apa lagi yang lebih menyedihkan dari ini. Dia ingin pergi, lari dari kenyataan bahwa memang tidak ada yang menginginkan keberadaannya.
Tiba-tiba ada sebuah sapu tangan di depannya. Aom mendongak ke atas, melihat siapa pelakunya.
"Pakai saja. Aku tak mau satu sekolah tergenang banjir karna air mata mu itu." ujar Kim acuh memandang ke arah lain, asal tidak melihat Aom. Ia tak mau nampak perduli. Padahal ia sangat tak tega melihat wanita menangis.
"Cepet ambil, malah bengong". Lanjutnya. Karna sapu tangan tersebut belum juga di sambut oleh Aom.
Aom mendengus pelan, seraya menghela nafas pelan menenangkan hatinya. Ia sudah tak menangis lagi.
Di ambil sapu tangan tersebut. Seraya mengusap pelan wajahnya, menghapus sisa dan jejak air mata pada kedua pipinya.
Di pandangnya pria tak di kenalnya ini, yang tengah memandang dirinya intens.
Aom merasa tak percaya diri di pandang begitu. Dia tau dirinya sangat jelek dan kacau sekarang ini. Tapi jangan juga memandangnya begitu.
"Te-terimakasih untuk sapu tangannya. Akan ku kembalikan jika suda mencucinya nanti". Ucap Aom sedikit risih karna Kim masih saja memandang dengan padangan yang sulit di artikan.
"Tidak masalah. Hanya sapu tangan, aku masih mampu membelinya. Pakai saja jika tangki air mu itu bocor lagi". Sahut Kim sekenaknya. Sembari meninggalkan Aom untuk kembali ke kelasnya.
" Hei..., kenapa kau kurang ajar sekali. Hei, tunggu. Aku belum selesai". Teriak Aom. Sambil ikut melangkah membuntuti Kim. Ia tak terima jika di ejek seperti itu. Baru saja ia berfikir bahwa laki-laki tak di kenalnya ada pria yang baik dan juga perhatian. Tapi ia salah, pria itu sama saja tetap menyebalkan seperti beberapa jam lalu saat pertemuan pertamanya yang mengatasinya 'pendek'.
"Hei, tunggu pria menyebalkan-".
" kenapa kau berisik sekali, ini sekolah bukan hutan. Kenapa juga kau membuntutiku, hah!!! Kembali ke kelas mu sana''. Ujar Kim cepat, memotong perkataan Aom yang teriak-teriak tidak jelas di koridor sekolah. Dia fikir ini hutan apa. Sudah pendek, suaranya juga sangat tidak baik buat orang sekitar. Berisik seperti lalat saja. pikir Kim, seraya mendengus kesal memandang Aom ketika ia sudah berada tak jauh dari kelasnya.
"Bagaimana jika guru menghukum kita lagi. Aku tak mau hari pertamaku di isi dengan hukuman sekolah ini". Lanjutnya lagi. Memandang kesal pada Aom yang masih melirik tak suka padanya.
"Kau yang memulai mengejeku. Kau menyebalkan. Satu lagi aku tak mengikuti mu, aku juga sedang menuju kelas ku saat ini". Berjalan mendekati pintu masuk XIipa melewati Kim begitu saja yang bengong. "Jadi jangan terlalu percaya diri dulu". Sambungnya, kemudian melangkah masuk kedalam kelas setelah mengetuk pintu.
Meninggalkan Kim sendiri di samping kelas XIipa1.
" jadi kami sekelas. Si pendek itu, apa ia sepintar itu". Gumam Kim pelan. Mengedikan bahu, membenarkan letak ransel coklat tua di punggungnya." sudahlah, memang apa yang akan terjadi jika aku sekelas dengannya". Lanjut Kim, berjalan masuk ke kelasnya setelah mengetuk pintu dan mendengar sahutan 'masuk' dari dalam.
Oke Kim, semua akan dimulai dari sekarang. Semangat. Batin Kim menyemangati dirinya. Membentuk seyuman kecil nan menawan andalan miliknya.
Yuhhhhuuuuu and update lagi...... Sorry lama, biase sibuk. Hahai.
Oya jgn lupa krisarannya ya.....
Salam
Otakuxxx123
KAMU SEDANG MEMBACA
[SLS]:You & Me
Teen Fiction'Gadis aneh menyebalkan..'umpat Kim mendelik tak suka pada Aom 'Ck, pria tampan menyedihkan...?' Aom yang sama keras kepalanya pun tak mau kalah mencemoohkan Kim. 'Apa liat liat? Nggak pernah ya liat cewek cantik?' lanjut Aom sarkarstik. 'Dalam mimp...