A8

3.2K 192 2
                                    

Sebelum Amora berbicara Aval lebih dulu meraih tangan gadis itu dan menariknya menjauhi keramaian. Amora mengikuti langkah Aval hingga mereka memasuki ruangan teater dan Aval menutup pintu lalu menyenderkan bahunya pada pinggir dinding dan melepas tangan Amora.

Amora menatap Aval yang tampak kacau, dipinggiran sudut bibirnya tampak sedikit biru dengan baju seragam yang terbuka sampai kancing baju yang kelima menampakan baju dalam Aval. Amora menghela nafas lalu mendekati Aval

"lo kenapa ?"

Aval merosot kebawah, tangannya masih mengepal dengan nafas yang menggebu. Amora melihat Aval lalu ikut berjongkok dihapadan laki-laki itu "lo kenapa?" Ulangnya

Aval menatap Amora "berantem" balasnya

Amora tahu itu, Aval sengaja membodoh-bodohi dirinya "gue tahu, lo mikir gak sih Val? lo udah kena SP 3? Lo tahu apa yang bakal terjadi kalo seandainya tadi ada guru yang liat? Lo bisa dikeluarin bah--"

"Gak usah bicarain hal yang gak terjadi" potong Aval cepat. Amora bungkam lalu menatap Aval dalam

"Lo ada masalah sama Alfi?" Kali ini Amora hanya ingin tahu apa motif Aval berkelahi dengan Alfi. Sejauh ini jika Aval berkelahi dengan seseorang maka ada hal yang membuat laki-laki itu marah. Apalagi ini Aval yang memulai dengan tiba-tiba memukuli Alfi.

Saat berjalan pada koridor, semua siswa berlari-lari menuju ujung koridor, Amora bingung lalu menarik salah satu siswi yang sedang berlari untuk menanyakan hal apa yang terjadi di sana, siswi itu mengatakan bahwa Aval sedang memukuli seseorang. Amora berlari dan saat sampai disana Amora menerobos gerumbunan dan melihat wajah Alfi yang babak belur, Abay yang memegang Aval dan Amika yang menangis melihat kondisi Alfi. Saat Amora ingin memanggil Aval, Aval lebih dulu menariknya menjauh dari sana

"Val, ada apa sama Alfi?" Amora hampir gila menunggu jawaban dari Aval yang tak kunjung ia dengar. Aval mengacak rambutnya gusar lalu melihat Amora lekat.

"Eggak ada apa-apa Ra" jawab Aval. Amora mengerutkan dahinya mendengar jawaban Aval

"Lo kayak cewek. Ditanya gak ada apa-apa, logika dong kalo gak ada apa-apa lo gak bakal mukul anak orang dan bentuk lo gak kayak gini" intonasi Amora meninggi dengan sikap Aval yang bungkam kepada dirinya

"Gue nyadar, gak setiap masalah lo berhak gue tahu" Amora melihat arah lain tidak sanggup menatap Aval "tapi tolong Val, gue gak pengen lo kayak gini terus. Kasian bunda sama Ayah"

Amora berdiri dan menatap Aval lalu membenari rambutnya "gue pacar lo tapi gak lebih dari seseorang yang gak kenal lo" Amora berjalan meninggali Aval.

Aval menatap langkah Amora lalu hilang dari pandangan Aval menjadi suara dentuman keras pintu. Aval berdiri dan memutar badannya terkejut dengan kehadiran Abay dibelakangnya "masalah sama Amora?"

Aval berjalan meninggali Abay menutup pintu, Abay menatapnya menganga "salah apa gue?" Gumamnya mengikuti langkah Aval

...

Amora menahan diri untuk tidak menatap Aval yang berada disampingnya. Amora menatap lurus Amika yang menangis di depan dirinya. Tiga menit hening tanpa suara antar dirinya, Aval, Amika dan Abay.

Aval memegang sudut bibirnya perlahan. Dia baru sadar jika sudut bibirnya terluka saat ia merasa perih dari dua menit yang lalu. Amora melirik Aval sebentar, lalu teralih dengan suara bergetar Amora

"Gu..ee, ha..m..il.."

Amora menganga dan nafasnya hampir hilang bahkan nyawanya. Abay menunduk memimijit kepalanya yang pusing. Amika terus terisak. Abay yang berada disampingnya merangkul Amika menenangi gadis itu.

Badan Amora sedikit maju agar lebih mendekat ke Amika, lalu Amora melirik Aval yang memegangi sudut bibirnya. Sebenarnya Amora kasihan dengan Aval tapi gengsinya lebih tinggi dari ibanya.

"Alfi yang hamilin gue" Amika kali ini lebih tenang. Terlihat Abay yang mengepalkan tangannya.

"Jadi, alasan kamu minta putus karena hal ini?" Abay mematap Amika lekat. Aval mendengarkan semuanya dengan baik. Sudah cukup dirinya yang memukuli pengecut itu.

"Iya" Amika menatap sendu Abay "saat aku pacaran sama kamu , dibelakang kamu, aku sering pergi sama Alfi sampai malam itu. Aku gak tahu aku kehilangan kesadaran. Aku begok" caci Amika pada dirinya sendiri, Amora menghela nafas melihat Abay yang mengepalkan tangannya

"Lo udah bicarain ini sama Alfi?"tanya Amora hati-hati

"Sudah, Alfi selalu ngalihin pembicaraan kalo gue bahas hal ini"

"Udah sih, gue udah bilang. Matiin aja orang kayak gitu! Lah ini baru kena pukul dikit udah histeris. Dasar baperan" sahut Aval. Amika hanya diam sedangkan Amora menatap tidak enak dengan mulut Aval yang cemplas cemplos itu.

"Sekarang apa? Masa depan lo mau dikemanain?" Tanya Aval lagi. Amora ingin menjahit mulut laki-laki itu. Amika menatap Aval sendu "itu yang gue takutin, orang tua gue belum tahu" Amika terisak kembali mengingat nasibnya setelah ini.

Jujur, Amora ingin ikut menangis kali ini. Sekaligus ia juga tidak enak dengan Aval karena meninggalkan laki-laki itu memarahinya tanpa ingin meminta penjelasan. Amora menghela nafas lalu mengenggam tangan Amika menatap gadis itu

"Sabar ya mik, gue yakin semua udah diatur sama yang diatas" Amora hanya bisa mengucapkan kata-kata itu karena dirinya sendiri juga bingung dengan semuanya.

"Pulang bareng gue yuk" tangan Amora tertarik dengan pergerakan Aval tiba-tiba menjauhi Abay dan Amika.
Amora menatap Aval yang sedang memasang sealbelt dirinya. Laki-laki itu memang manis.

"Makan yuk?" Mobil mulai begerak meninggali parkiran sekolah. Amora menoleh sebentar "gak! Gak laper" balasnya acuh

"diet?" Tanya Aval menahan senyum "apa yang mau di dietin sih Ra? Badan udah kelangsingan gini" Aval tertawa tampaknya tawanya tidak dapat tertahan lagi.

"Diem gak lo!" Sergak Amora lalu menatap Aval tajam.

"Kalo lo mau makan makan aja sendiri. Gue gak laper bukan berarti lagi diet"

Aval mengangguk "gue juga gak mau makan nasi" Amora menatap Aval jengah "berharap gue tanya mau makan apa Val, iya? Dih basi kata-kata lo"

"Emangnya lo tahu jawabannya apa"

"Gue maunya makan elo" jawab Amora menuruti suara Aval.

Aval memberhentikan mobilnya. Amora menatap Aval kesal. Aval mendekati tubuhnya pada Amora membuat gadis itu mundur dan mentok pada pintu mobil.

"Ma..uu nga..pa..in lo?" Tanyanya gelapan. Aval menatap Amora lekat lalu membenari rambut Amora yang menutupi wajahnya
"Kata kamu mau makan aku" Aval menatap Amora yang tampak terkejut lalu tersenyum manis pada kekasihnya itu. Dengan spontan Amora mendorong kepala Aval menjauhi wajahnya.

"Val, gak lucu ahh"desis Amora membenari rambutnya yang berantakan. Aval terkekeh lalu kembali menjalani mobilnya.

"Omong-omong, lo mukulin Alfi karena hal itu?" Tanya Amora

Aval mengangguk mantap, Amora menatap tidak enak "maaf ya, tadi--"

"Apasih, gak usah maaf-maaf deh" Aval menatap Amora. Amora tersenyum menampaki giginya. Lalu membuka sealbet dan membuka pintu. Dengan cepat Aval meraih tangan Amora spontan pun Amora tertarik dan merasakan rasa hangat pada dahinya. Untuk beberapa detik Amora beku hingga Aval mengelus rambutnya sembari mengedipkan matanya sebelah.

Pipi Amora panas karena menahan malu ia segera menutup pintu mobil keluar dari sana. Aval tertawa melihatnya dan melanjutkan menjalankan mobil menuju parkiran rumahnya.

♡♡♡

Kita ini apa sih? Anak-anak yang sedang main cinta-cintaan ya? Abis berantem balik lagi

-sekian

Selamat memasuki dunia A

Love,
Your future

Amora[Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang