A14

2.5K 161 0
                                    


"Ra,omong dong" Aval menggenggam tangan gadis itu, sejak saat dirinya turun dari panggung dan memasuki backstage, Amora tetap saja diam tidak mau menatap Aval.

Aval menghela nafas "kalo lo marah karena malem itu. Okeh, gue minta maaf, itu semua salah Abay. Dia yang ngerengek minta temenin gue, serius"ujar Aval lagi

Amora mendengarkannya dengan baik, tanpa berniat membalas "Ra, gue gak minta maaf waktu kemarin-kemarin karena seminggu ini gue beneran jadi anak pingitan bunda sama ayah. pergi dijemput, pulang diantar ponsel disita, gak boleh keluar rumah, kalo gak percaya. Lo nanti pulang sekolah kerumah gue deh" Aval menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, melihat sikap diam Amora

Aval mengacak rambutnya lalu menarik tangan Amora berdiri, keluar dari backstage. Abay dan Alfin yang berada diluar backstage pun sedikit terkejut dengan Aval yang terlihat gusar menarik Amora dengan cepat.

Aval membuka pintu mobil untuk Amora, Amora menatap Aval "gue masih jadi panitia. Kalo lo mau pergi, pergi sana sama Agina kalo enggak sama Abay" ujar Amora melepas tangan Aval, Aval mendengus

"Ra, masuk!"perintahnya, Amora tetap diam bersedekap dada membuang mukanya dari Aval

"You make me angry! MASUK" perintah Aval dengan intonasi yang sedikit meninggi. Amora menatap Aval tidak percaya laki-laki itu berbicara seperti itu

"Gak perlu repot-repot lo bicara ninggi gitu sama gue, karena gue bukan elo yang suka nganggap remeh kepercayaan. Makasih loh Val. Gue masih jadi panitia nih, deluan ya" Amora tersenyum terpaksa dan berlalu dari hadapan Aval. Aval membanting pintu yang ia buka tadi dengan keras, lalu mengacak rambutnya gusar dan menendang ban mobil kesal dan berlari mengejar Amora yang belum jauh dari hadapannya

Aval berhasil menangkap tangan Amora, memutar tubuh gadis itu menatapnya "apa lagi?"sergak Amora

"Maaf, jangan giniin gue Ra"

"Lo yang giniin gue deluan Val"

"Lo marah cuma karena gue gak dateng malem itu? Ra, lo sering ngatain gue kekanakan. Sekarang gue ngelihat hal itu di elo"

Amora menatap Aval menepis tangan yang Aval pegang "lo gak tahu gimana gue sangat butuh elo malam itu?" Intonasi Amora sedikit bergetar "lo tahu, gimana rasanya ngeliat mantan lo tunangan sama orang lain dan lo sendiri ngak ada yang nguatin, heh? Sakit Val! Sedangkan elo? Lo malah aktif di sosmed ketimbang balas chat dari gue, gue terima lo gak bisa dateng. Tapi kabarin Val, jari lo gak bakal sampe keriting atau lepas kok, enggak. Dua menit gak nyampek, tapi apa? Lo malah berkelana di sosmed ngeliat hal update dari semua orang tanpa peduliin pacar lo yang udah nunggu kabar lo" Amora menghela nafas

"Gue gak pernah nuntut banyak sama lo, gue gak pernah minta kabar tiap menit detik sama lo, karena apa? Karena gue gak mau waktu lo sama dunia lo terganggu. Gue gak pernah nuntut untuk dipanggil sayang,honey, cinta atau kata lain yang menggelikan itu, karena apa? Karena gue gak mau hubungan kita ini jadi batasan lo, gue gak mau di bedain dari temen lo yang lain dengan panggilan berbeda, gue gak pernah marah saat lo ngegodain cewek walaupun itu di depan gue, karena apa? Karena gue pacar lo, hati lo ada gue, dan gue gak masalahin hal itu. Tapi nampaknya disini cuma gue yang terlalu yakin sama hubungan ini" timpal Amora lagi

Aval mendekati tubuhnya pada Amora, perlahan Amora mundur, Aval menatap Amora dalam "maaf" kata yang bisa diucapkan Aval saat ini

Amora membuang mukanya lalu menghembuskan nafas "gue masih jadi panitia disini, permisi" Amora berucap tanpa menengok pada lawan bicara. Aval terdiam ditempat dengan tatapan sendu menatap langkah Amora yang menjauh

Amora[Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang