60th

36 3 2
                                    

Bertemu kembali dengan Kirana

Di ufuk senja yang mulai lenyap rona nya. Sedang duduk dihadapan. Kirana. Sambil menyesap secangkir coklat hangat dan roti pie kesukaan kami, ditemani pula dengan wifi super. Mari kita mengerjakan tugas suci nan mulia. Maklum masih menjadi pejuang sebuah gelar.
Terselip dalam obrolan kami. Lagi-lagi tentang makhluk super bernama lelaki dan kisah haru bertakjub cinta. Alam semesta dan isinya memang tak dapat disihir. Ini bukan dunia Harry Potter. Memang kami kaum wanita yang diteriakkan kebenarannya seperti ini baitnya "Wanita selalu benar, dan pria selaku salah." Itu hanya persepsi mu saja wahai kaum pria. Kami bukan lah kalian yang terjaga dari hati diatas logika.
Dalam sebuah taksonomi stagnasi. Wanita memang didoktrin untuk menggunakan hati dan jarang berfikir radikal. That's why you're too easy to hurt us.
Kata kirana di senja itu. "Ada penggunaan kata yang memang untuk memikat hati wanita. Misalnya pemilihan diksi yang tepat dan nada yang sesuai. Kadang kita ini yang bego. Kita sudah tau karakter dia seperti apa. Tau resiko buruknya seperti apa, tapi tetap saja dijalankan. Sudah tau bakalan seperti apa tapi tetap saja dilanjutkan. Berdalih bahwa he's different. Lah kan, kita bego!" Yah kalo dipikir-pikir iyasih.
Dan setelah itu dia kembali fokus dengan layar didepannya. Jemarinya kembali lentik mendentingkan keybord sambil melanjutkan oponinya "Dan begonya lagi. Kadang kalo udah terpuruk karena sebuah akhir ditinggalkan, malah diingat-ingat. Flashback masa-masa sama dia. Nonton film menye. Dengerin lagu mellooow. Unfaedah sekali ya rasanya. Pikiran kita tuh udah teriak begitu. Tapi hati tetap saja bergerak konstan. "

Kalo udah yah udah. Jangan coba usaha Bahagaimana jika... atau Gimana kalo... karena kesempatan kedua berpeluang sangat kecil untuk tidak mengulang akhir yang sama.

Distraksi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang