64th

41 2 0
                                    

Sepenggal kisah Kirana dan Raga.

   Begini kisahnya. -Kirana mulai bercerita-

  
   Aku mendoktrin diriku untuk selalu menjadi yang terbaik. Dengan semua usaha yang telah aku rancang. Seperti hidupku ini. Yaah I know kalo takdir itu udah ditetapkan. Tapi tetap saja bukan, kita juga punya life goals. Jadi sebelumnya aku sudah terbiasa hidup tertata, bagaimana jika menghadapi kurva yang awalnya konstan lalu jatuh, berbelok, menabrak atau bahkan melenceng jauh dari target tembakan. Bahkan bagaimana jika kurva menjulang menuju puncak apa saja yang akan aku dambakan.
   Tapi, semua tiba-tiba berubah. Diluar kuasaku. Diluar tujuan. Diluar nalarku. Dan dia hadir. Mengajak tangan bergandengan. Menyelaraskan langkah. Dan saling menatap mesra. Biar kuperkenalkan. Priaku. Raga. Dia yang memporandakan statistik kehidupanku. Kini planning yang dulunya kupegang teguh kendur begitu saja. Bahkan tak tau arah.
    Raga. Dia pria yang sulit kudiskripsikan. Dia kadang terlalu romantis jika disebut seorang pria. -kan biasanya cowo cuek kebanyakan.-  . Sebenarnya sama saja. Raga juga seperti itu. Hanya saja dia selalu bisa menempatkan dirinya. Dulu aku berfikir.
"Apa tidak apa aku bersama dia? Bagaimana jika aku tiba-tiba kehilangan dia? Bagaimana jika dia orang yang jahat? Bagaimana jika dia ternyata tidak ada rasa yang sama padaku? Bagaimana jika dia hanya menginginkan sesuatu dariku? "  Dan masih banyak bagaimana jika yang aku asumsikan.
Dia hanya menjadi pendengar dari segala asumsi imajinasiku. Tak berkata. Tak mendoktrin. Tak berjanji apapun. Dia merengkuhku dalam dekapnya. Begini katanya "Buang jauh-jauh pikiran liar mu itu darl. Dengar aku baik-baik. Aku memang bukan pria baik yang bisa saja nyakitin kamu. Bikin kamu nangis pengen pergi dan segala kesedihan yang menurutmu menyakitkan. Jika aku seperti itu. Ingatkan. Cubit saja pipi ku kalo perlu. Itu kode kalo aku lagi buat salah ke kamu  "
   

Distraksi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang