Kepahitan Penantian
Auriga dan Aurora memang ditakdirkan bersama.
Menari dengan poros yang sama.
Tapi bukan seperti kisah Zarka dan juga Delilah.
Disenja kala itu langit tak merekah.
Bulir yang tertahan di pelupuk mata mulai tak dapat dicegah.
Penantian yang selalu ia nantikan sirna.
Pesan tak berbalas membuat semua seolah sia-sia.
Dasarnya Delilah adalah wanita.
Wanita dengan kebodohannya meneriakkan bahwa senja tetap akan merekah.
Lagaknya dia menjadi pelupa.
Renjana tak selamanya ada.
Dan sang renta akhirnya membasahi bumi matahari pun enggan berbagi sinarnya.
Dan dasarnya Zarka adalah pria.
Diselingi dengan jarak ribuan kilo dari mata Delilah.
Dia bertemu Renjananya dan itu bukan Delilah.
Dia terpesona dan jatuh pada afeksinya.
Melodi dalam degup nya seirama.
Menari seolah lupa Delilah cintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distraksi
PoetryHanya bagian dari huruf yang terangkai dalam kata menjelma menjadi kisah. Percayalah. Hanya kisah.