01. they're started

14.1K 1.5K 276
                                    

Pekikan kumbang musim panas menggema indah di dalam pendengarannya. Gendang telinganya berdengung pelan mengisyaratkan untuk terjaga di pertengahan hari yang panas. Suhu telah berubah semakin meninggi──itu yang terakhir kali Namjoon tahu saat musim panas mulai menyengat.

Kelopaknya bergerak ringan saat satu hembusan hangat mengalahkan teriknya suhu yang semakin memecut perih di atas kulitnya. Hangat berbeda yang selalu mampu menarik kesadarannya dari atas alunan mimpi yang menari-nari di alam bawah sadarnya. Namjoon menarik kelopak matanya untuk terbuka, mengisi jutaan cahaya kekuningan musim panas yang langsung menyeruak memenuhi retinanya.

Namjoon belum benar-benar terjaga sebab hujaman musim panas mencoba menghentikan langkahnya untuk melempar satu kesadaran penuh pada irisnya. Mengerjap pelan beberapa saat sebelum jutaan warna yang nampak saling bertabrakan di atas nomenanya bangkit memenuhi penglihatannya. Namjoon baru saja terjaga.

Pemuda itu mengusap wajahnya pelan. Musim panas membuat kulit wajahnya cukup lengket sehingga ia harus membasuhnya beberapa kali. Namjoon bergerak pelan dari posisinya, menatap jendela kamarnya yang terbuka dengan beberapa kedipan tak bertenaga.

Ia masih memilih menenggelamkan dirinya di dalam kenyamanan yang berpusat pada kapuk kesayangannya saat satu ingatan mengisi kepalanya. Hari itu jatuh pada hari kedua puluh saat hawa panas semakin meninggi, Kim Namjoon terjaga dari tidurnya. Mengusap pelan wajah berminyaknya sebelum benar-benar tersadar. Ia bergerak pelan dari tidur telentangnya, namun beban tak seberapa menghentikan usahanya. Namjoon ingat persis, terakhir kali sensori irisnya menemukan Anne yang terlelap di atas lengannya──tidur tepat diantara dirinya dan Seokjin.

Selepas menghabiskan satu cangkir milkshake mangga buatan Anne pada genggaman masing-masing, kram otak menyerang ketiganya akibat dingin yang langsung menyerang isi kepala dalam satu waktu di tengah teriknya matahari. Mereka memilih mengabaikan persentasi ilmiah membosankan yang akan ketiganya bawakan tepat di kelas milik Mrs. Hwang, memilih memejamkan kelopak mata dan terlelap bersama dingin yang memenuhi seluruh tubuh.

Namjoon bergerak pelan, mengubah posisi tidurnya yang telentang menjadi menyamping. Iris cemerlangnya membayangi satu-satunya sosok yang tak butuh banyak usaha untuk memenuhi dirinya. Lengkungan bulan sabit tergaris pada bibirnya, seulas senyum menawan lengkap dengan lesung pipi yang menonjol dalam pada garis pipinya saat sosok itu kembali membuat perasaan aneh yang berbeda menyeruak di dalam dada serta deguban jantungnya.

Namjoon tidak ingat kapan terakhir kali ia melihatnya dalam konteks seorang sahabat atau teman sepermainan sejak balita, sebab perasaan itu bertumbuh tanpa aba-aba dan izin darinya. Hal itu terjadi begitu saja, mungkin terbiasa karena sering bersama. Ia selalu membutuhkannya, menyukai bagaimana ia tersenyum atau bagaimana ia tertawa. Tangisnya yang menggemaskan dengan bibir mnegerucut kecil. Oh, tolong kontrol otak milik Namjoon agar tak semakin jauh untuk memilikinya.

Gadis di atas lengannya bergerak pelan saat dengung dari kumbang musim panas sedikit mengganggu ketenangan tidurnya, membuat Namjoon mengulas satu lagi senyum pada kedua katup bibirnya. Ia mengusap pipi kemerahan Anne yang berubah warna saat ia merasa kepanasan, menyisipkan beberapa anak rambut gadis itu yang mulai menghalangi pandangannya.

Cantik. Anne selalu terlihat begitu cantik dan menawan, begitu pikir Namjoon.

"Hei gadis manis, mengapa selalu menggangguku, hm?"

Namjoon terkekeh pelan saat mengucapkan kalimat yang selalu ia lontarkan pada Anne saat gadis itu terlelap. Bodoh memang, sebab Namjoon tak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakannya secara terang-terangan. Namjoon hanya tidak ingin membuat Anne berubah, hanya itu.

Gadis itu kembali bergerak gelisah saat satu hembusan angin yang melalui jendela menghantarkan hawa panas yang mengganggu untuk bermain di atas kulitnya. Ia mengerang pelan sebelum melepas dirinya dari Namjoon, ganti tidur membelakangi pemuda itu dengan wajah yang bertemu dengan wajah milik Seokjin. Memeluk lengan pemuda itu manja yang dibalas dengan dekapan ringan sebagai penanda bahwa gadis itu adalah miliknya.

Satu pecutan rasa sakit menyerang dada Namjoon. Ia beralih tidur membelakangi keduanya dalam beberapa ratapan yang bersembunyi di balik lesung pipinya. Menggigit bibirnya pelan saat ia tahu kalau dirinya telah kehilangan banyak kesempatan. Ia telah terlambat satu langkah dan hal itu tentu membuat perasaannya hanya terasa memberat pada satu sisi, yaitu dirinya.

"Mengapa selalu berhasil membuatku hanya mencintai satu sisi Anne?" gumamnya pelan diantara sakit yang menginvasi dadanya. Sesuatu yang kosong menggerayangi dadanya begitu hebat, Kim Namjoon bahkan telah kalah sebelum berperang sebab egonya yang membumbung mengalahkan tinggi keberaniannya.

Sekarang ia hanya dapat menangisi penyesalannya dalam duka yang panjang, sebab ia tidak tahu akan sampai kapan atau seberapa lama ia harus bertahan atau pun cerita lain yang tumbuh didekatnya akan berlangsung. Mungkin itu akan berlangsung selamanya dan Namjoon harus siap untuk menerima sakit hati itu untuk sepanjang sisa hidupnya.

Namjoon tersadar dari ingatan lampaunya, terkekeh di atas napasnya sendiri saat beranjak dari atas kasur. Jemarinya menyingkap tirai putih transparan yang terbang ditiup angin musim panas yang menyengat. Seharusnya hari ini Anne Ryu mendengus kesal karena kulitnya akan terasa perih dan terlihat berubah kemerahan, namun Namjoon sepertinya harus kehilangan umpatan kecil dari gadis itu untuk waktu yang ia sendiri tak bisa pastikan.

Setelah satu helaan napas lolos dari bibirnya, Namjoon beranjak beberapa langkah sebelum berhenti di dekat ranjang──tepat di depan nakas kecil dengan beberapa pigura berukuran sedang berdiri tegak pada penglihatannya.

Di sana terlihat gambar Namjoon, Anne dan Seokjin saat bermain di dalam kolam plastik yang Ayah tiup dan mengisinya dengan air hingga penuh pada musim panas saat ketiganya baru saja kembali dari sekolah musim panas mereka di tahun pertama taman kanak-kanak. Namjoon terkekeh saat melihat Seokjin yang bertumbuh cukup cepat, disaat ia baru saja mendahului tinggi Anne beberapa senti tetakhir saat mengukurnya di tembok belakang, Seokjin telah lebih dulu mengungguli tinggi keduanya. Beberapa tahun kemudian Namjoon berhasil menyusul Seokjin, meninggalkan Anne yang hanya setinggi dagu mereka saat ketiganya barhasil masuk pada jenjang awal sekolah menengah pertama, tepat pada apa yang terlihat pada irisnya saat menatap pigura lain di dekatnya.

"Hei, bung. Anne rupanya menyusul tinggi badan kita. Lihat, jika ia berdiri di tengah, kau bahkan sedikit kesulitan untuk menjangkau presensiku dengan irismu." begitu kira-kira ungkapan yang terlontar dari bibir Seokjin saat mereka berdiri berjejer rapi di depan gedung sekolah menengah atas, dengan beberapa buket bunga di dalam genggaman masing-masing saat hari kelulusan.

Benar. Namjoon tidak dapat menangkap sosok Seokjin dengan baik, saat Anne berdiri di dekatnya. Gadis itu tumbuh dengan baik.

Namjoon masih tergelak pelan menatap pigura tersebut, dengan gambar yang diambil saat hari kelulusan. Namun saat irisnya menemui kontak pada dua insan yang saling menggenggam jemari dengan celah jemari yang mengisi celah jemari lainnya dengan begitu erat, senyum pemuda itu luntur perlahan bersama beberapa ingatannya saat dimana ia hendak mengutarakan perasaannya dan disaat yang sama Kim Seokjin mengutarakan perasaan yang luar biasa sama dengan milik Namjoon pada Anne. "Masa sekolah menengah berakhir saat Seokjin dan Anne memulai sesuatu yang baru diantara diriku."<>

Apa-apaan ini?! Bukannya nyelesain half alive malah mojok di sini lagi sama bang Njoon. Deeply sorry guys, ff ini ga ganggu jam tayang yang lain kok, mumpung ada ide aja dari pada ilang sayang :'>

AliumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang