First Day

77 6 4
                                    

"Kuharap aku bisa selalu mendengarmu bernyanyi."

Angin berhembus mengantarkan pesan kepada seorang gadis yang tengah berjalan seorang diri di koridor. Dohee menghentikan langkahnya setelah mendengar kalimat itu. Seorang lelaki baru saja berpapasan dengannya bersamaan dengan kalimat yang ia dengar. Ia membalikan tubuhnya, namun tak ada sosok apapun yang ia temui.

Saat ini hanya ada dirinya di koridor karena jam pelajaran sedang berlangsung. Kejadian yang cukup membuat siapapun akan bergidik ngeri jika ia normal... bukan berarti Dohee tidak normal... hanya saja pikiran anak itu terkadang selalu di luar dugaan. Ia kemudian melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 11.

"Baiklah, besok aku akan izin ke toilet di jam yang sama!" ia bermonolog dengan semangat lalu kembali melangkah riang menuju kelasnya.

**

Jam istirahat telah tiba, banyak siswa berhambur menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang selama jam pelajaran sudah berteriak meminta makan. Dohee dan Euijin menemui teman mereka yang sudah menunggu di luar kelas.

"Aku ingin bicara," ujar Jehan begitu Euijin keluar dari kelas, sementara yang lain hanya diam seakan mengerti masalah yang akan Jehan bicarakan.

"Aku ikut," Jeonghan yang baru saja muncul ikut menyahut ucapan Jehan. "Ajak Jaeho juga."

"A-apa? Tidak! Aku hanya ingin bicara dengan Euijin," balas Jehan.

"Euijin tidak tahu apa-apa tentang apa yang akan kau bicarakan. Aku sudah menyuruh Jaeho untuk menunggu di atap." Jeonghan melenggang lebih dulu menuju atap, diikuti Euijin dan Jehan.

"Hey, aku tersinggung karena Jeonghan tidak menyapaku," ujar Seungcheol.

"Cih, dasar homo!" ejek Nayoung.

"Lebih baik kita segera ke kantin saja, cacing di perutku sudah mengamuk!" seru Jachi. Akhirnya rombongan(?) mereka pun pergi ke kantin.

Sementara itu Jaeho sudah menunggu di atap sambil memakan sandwich yang ia beli karena Jeonghan menyuruhnya untuk membeli makanan terlebih dahulu sebelum membicarakan kesalahpahaman yang terjadi antara Jaeho, Jehan, dan Euijin.

Jaeho segera menoleh ketika suara pintu terbuka, menunjukkan tiga orang yang ia tunggu. "Yo, ayo makan!"

Jehan menggerlingkan mata bulatnya, kemudian menghembus napas dengan kasar. Jeonghan segera menghampiri Jaeho yang sedang asik menikmati makan siangnya. Tak lama, ia menatap Jaeho dengan sebal.

"Jaeho-ssi, you're sick!" Jeonghan menatap tidak bernafsu pada makanan yang dibelikan Jaeho, biskuit sayuran, tepatnya wortel.

Sementara kawannya itu hanya terkekeh dan mengeluarkan kantong plastik berisi makanan lain yang ia sembunyikan.

"Kalian berdua kenapa diam saja? Kemari!" titah Jeonghan pada Euijin dan Jehan.

"Sebenarnya ada apa?" tanya Euijin yang memang tak tahu masalah apa yang terjadi di antara mereka.

"Jehan, katakan apa yang ingin kau katakan kepada Euijin," ujar Jeonghan seraya menyantap puding madunya.

Lama tak bergeming, kini giliran Jaeho yang menghela napas melihat kekasihnya hanya diam saja. "Aku saja yang menceritakannya," ujar Jaeho. Di sisi lain ia mengerti bahwa sebenarnya Jehan terlalu takut membuat kesalahan dalam ucapannya.

"Sebenarnya ini bukan masalah besar, dan aku sudah menjelaskan kesalahpahaman itu. Hanya saja Jerapah yang satu ini tidak percaya karena alasan yang memang di luar nalar. Selain itu karena dia terpengaruh oleh ucapan para nenek sihir itu."

NEW LOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang