Chapter 4

1.2K 138 11
                                    

Tetes-tetes air begitu riuh terdengar. Awan kelabu begitu pekat menambah suram suasana. Udara dingin begitu menusuk kulit. Kelam. Penggambaran cuaca yang sinkron dengan apa yang kini Chanyeol rasakan.

Saat ini ia berdiri membiarkan tubuh dihujam ribuan jarum cairan dari langit pada tubuh. Begitu deras,  menimbulkan nyeri dengan hantaman air dari atas. Namun apa daya Chanyeol tidak merasakannya. Yang ada dalam pikirannya hanya putaran memori dimana Sehun menyentuhnya. Membuatnya mengernyit. Ekspresinya menunjukkan bahwa ia benci.

'Menjijikkan'

Inner nya dalam hati. Chanyeol itu Straight. Disentuh secara intim oleh pria merupakan pengalaman mengerikan. Lalu mengapa pula ia begitu lemah untuk ukuran laki-laki? Apa ia harus belajar Taekwondo pada Baekhyun?

Berjalan menuju rumah sang Kakak. Dengan kepala menunduk serta tangan mengepal. Chanyeol ingin sekali membalas perlakuan namja brengsek plus bajingan tersebut. Tapi disatu sisi ia juga takut. Merasakan sendiri tidak bisa melawan saat Sehun menyerangnya. Membuat Chanyeol ragu.

Drrrttt

Drrrttt

Getaran ponsel disaku awalnya sengaja diabaikan. Namun karena terus bergetar membuat Chanyeol merasa telepon itu mungkin sesuatu yang penting.

Baekkie calling

"Halo?"

"Yeollie kau dimana?"

"Aku dijalan Baek. Mau nginap di rumah Hyung"

Terdengar hembusan nafas disebrang.

"Aku mengkhawatirkanmu. Ku kira kau diculik. Menghilang secara tiba-tiba"

Chanyeol tertawa lirih. Ah ya tadikan ia kabur dari si namja kecil.

"Tidak kok. Bentar lagi aku juga sampai"

"Oh"

Hening seketika.

"Baekkie?"

"Hmmm. Kenapa tidak ke rumah saja?"

"Aku kangen Min-hyung"

"Apa ada masalah hingga pulang ke rumah Minho-hyung?"

"Ani. Aku hanya kangen"

"Baiklah. Jangan lupa bilang eomma mu agar tidak khawatir"

"Ne. Pai pai Baekkie"

"Ne. Pai Yeollie"

Tut tut

Chanyeol hanya bisa berucap maaf dalam hati. Karena sudah membohongi sahabatnya. Kenyataannya memang benar ia selalu pulang ke pelukan sang kakak kandung.

Akhirnya ia sampai juga di rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya.

Bangunan berwarna hijau muda berlantai dua dengan arsitektur modern eropa ini terasa asing juga familiar baginya. Asing karena tempat ini sudah tidak dipenuhi gelak tawa lagi. Juga familiar sebab disinilah ia dibesarkan sejak kecil sampai berumur 10 tahun.

Melangkah mendekati pintu, tangan sudah hampir memencet bel. Namun perasaan bimbang menghampiri.

Apakah kakaknya ada di rumah?Apakah ia tidak mengganggu kakaknya? Juga apakah kakaknya sedang tidak sibuk?

Tapi walau banyak segudang pertanyaan, Chanyeol sudah tidak kuat menahan rasa dingin akibat hujan-hujanan juga angin yang berhembus kuat. Membuatnya menggigil lalu segera menekan tombol bel.

Ting Tong

Tidak berapa lama pintu terbuka. Dihadapannya seseorang berperawakan lebih tinggi beberapa centi. Mempunyai kemiripan yang hampir sama. Hanya saja orang ini memiliki rambut lebih coklat, garis rahang yang kuat, pipi tirus, serta mata tajam.

Love Stories (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang