02

123 8 4
                                    

"Huh, capek banget!" kata putri saat ia tepat berada di tangga yang terhubung ke perpustakaan. Pintu perpustakaan berada 1 meter dari hadapan nya.

Gadis itu duduk di tangga kemudian membungkukan badan untuk membuka sepatunya.

Namun pergerakannya terhenti ketika sebuah tangan meraih tali sepatunya.

Putri mengangkat kepalanya, ia mendapati seorang lelaki yang tadi mengirimkan pesan singkat padanya, yang membuatnya ada di tempat yang jarang dimasuki murid-murid ketika istirahat.

"Kamu malu ya pacaran sama aku?" tanya lelaki itu, ia telah selesai membuka satu tali sepatu putri. Lelaki itu menarik sepatu putri yang sebelah kanan, berniat membuka tali yang masih terikat dengan rapi di sepatu gadisnya.

Putri menatap Royan dalam diam, mata coklat muda gadis itu terlihat sendu. Bibirnya kelu untuk menjawab pertanyaan Royan yang satu itu.

Royan telah selesai membuka tali sepatu putri, tangannya meraih sepatu putri untuk melepaskannya dari kaki gadis berbibir tebal itu.

"Kaos kakinya mau dibuka juga?" tanya royan lembut, cowok itu menganngkat wajahnya, mendapati putri yang menggeleng.

"Nggak usa" kata putri.

Senyum yang hadir di wajah putri membuat lelaki dihadapannya juga ikut tersenyum, lelaki itu tampak mengangguk kemudian menarik tangan putri memasuki perpustakaan.

"Jangan gandeng-gandeng, entar kita di tegur bu sofi" kata putri berusaha melepaskan tangannya dari genggaman royan.

Royan melihat gadis yang berjalan di sampingnya. "Ibu itu udah tua, tapi sebelum tua, ibu itu juga pernah muda, paling dulu ibu juga pernah kayak kita" kata royan tanpa mau melepaskan kaitan tangannya dengan putri.

Mereka memilih duduk di lantai. sebuah lemari menutupi keberadaan mereka berdua dari penglihatan bu sofi serta kedua guru lainnya, termasuk wali kelas mereka, bu nunung.

"Ngapain ngajak aku kesini?" kata putri sambil mengambil buku sejarah yang tersusun rapi di lemari sebelah kanannya.

"Aku mau nanya sesuatu" kata royan memperhatikan wajah putri.

"Tentang perkataan tiara?" gadis itu membalas tatapan royan, tepat di manik mata royan, dapat ia lihat terdapat luka yang tersirat dari mata hitam legam yang sedang menatapnya sendu.

"Hmmm" royan menganggukan kepalanya.

"Jangan dipikirin, itu nggak bener kok" kata putri meyakinkan

Namun Royan masih belum percaya, terlihat dari raut wajahnya yang tampak gelisah.

Tanya, nggak, tanya, enggak, tanya. Ah tanyain aja. Batin lelaki itu bimbang.

"Kenapa?" tanya putri yang melihat royan tampak gelisah "kamu masih nggak percaya?" lanjut gadis itu.

Royan ingin bertanya, namun ia takut akan menimbulkan perkelahian antara mereka berdua.

Seakan mengerti, putri pun membuka suaranya "tanya aja nggak papa" katanya meyakinkan

"Yakin?" tanya royan

Putri hanya mengangguk mengiyakan.

"Kalo bener kamu nggak malu, kenapa kita harus kayak gini? Kita kan udah balikan, kenapa harus dirahasiain dari mereka semua?" kata royan mulai serius.

Putri mencari jawaban yang tepat untuk ia ajukan pada lelaki dihadapannya.

"Kenapa diem? Kamu lagi nyari alesan?" tanya royan sarkas, nada suaranya sudah tak selembut tadi.

MANTAN GILA!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang