03

85 6 4
                                    

"Kamu gimana sih! Katanya bahasa indonesia, kok malah Bu farida yang ada di kelas. Berarti Antropologi dong, bukan bahasa indonesia" dumel putri yang sedang mengintip dari kaca jendela kelasnya.

"Gimana dong nih" katanya lagi, gadis bermata coklat muda itu menggigit bibir bawahnya yang tebal karna gelisah.

"Tenang dulu. gini kam-"

"Gimana bisa tenang kalo kayak gini? Kamu sih, jalannnya lelet kayak siput" kata putri gusar

"Makanya, kamu dengerin aku dulu. Jangan  dipotong potong kayak irisan bawang" kata royan sedikit kesal karna disalahkan.

Gadis dihadapan Royan menarik lalu menghebuskan nafas untuk menenangkan dirinya "ngomong gih" perintahnya

"Jadi gini, Kamu masuk duluan, bilang aja kamu dari toilet. setelah itu baru aku, kalo aku mah alasannya gampang" usul royan yang sudah kembali tenang.

"Jadi cerita nya bohongin ibu? Nggak ah, nggak mau" tolak putri cepat, bibir tebalnya mengerucut.

Royan yang terbiasa terlambat masuk ke kelas setelah istirahat, terlihat tenang tanpa beban mengucapkan hal tersebut. Sedangkan putri, gadis itu gelisah seperti telat datang bulan selama setahun.

"Bibirnya jangan digituin. jelek" kata royan sambil mengulurkan tangannya mencubit bibir gadis yang ada dihadapannya

"Ih! Sakit ta-" seruan putri yang melengking terhenti ketika telapak tangan royan membekap mulutnya.

"Suara kamu gede banget" kata lelaki bermata hitam pekat itu setengah berbisik. Tangannya telah lepas dari wajah putri.

"Aduh, pasti kedengeran sampe ke dalem nih" kata putri, gadis itu kembali menggigit bibir bawahnya yang tebal.

"Udah di bilangin jangan kayak gitu bib-"

"Woi! pacaran mulu, di panggil bu farida tuh. Dari tadi bukannya masuk malah romantis-romantisan di luar kelas, udah kayak drakor aja" sindir niar yang berada di depan pintu kelas.

Royan menarik tangan putri untuk masuk, namun gadis itu menggelengkan kepalanya, mulutnya mengucapkan kata takut tanpa suara.

"Nggak papa, ayok" kata royan meyakinkan.

Lagi-lagi putri menggeleng

Niar yang melihat adegan picisan itu nampak tersenyum jail "Ibu, mereka berdua nggak mau masuk. Katanya kalo ibu yang ngajar nggak asik" teriaknya dari depan pintu

"Kalo mereka nggak mau masuk, seret aja" kata bu farida yang sedang sibuk mengotak atik laptopnya

Putri dan royan mendelik, mata putri melotot pada niar.

Yang di pelototi malah tertawa puas "makanya cepetan, gue berasa kayak nyamuk tau." kata niar dengan nada kesal

Melihat putri yang belum mau masuk ke kelas membuat niar terpaksa melepaskan kaitan tangan royan dari putri kemudian menarik tangan putri masuk ke kelas yang diikuti royan dari belakang.

"Ribet banget sih hidup lo" kata gadis yang tingginya lebih pendek dengan putri itu.

"Lepas..lepas. Gue bisa jalan sendiri" kata gadis bermata coklat muda yang sedang di tarik nuri, ia berusaha melepaskan tangannya dari cekalan niar.

"Kelamaan kalo lo jalan sendiri. cepetan ih! Jangan gerak-gerak kayak ikan kehabisan oksigen deh put"

Sedangkan royan hanya menatap kedua gadis yang berjalan di depannya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Mereka bertiga sudah berada di dalam kelas, tepatnya di depan whiteboard, tepat di atas papan putih itu terdapat potret presiden jokowi dan wakilnya.

"Ini bu yang bikin ribut di luar kelas" kata niar. cicitannya berhasil membuat guru antropologi itu mengedarkan pandangannya pada royan dan Putri.

"Kalian berdua dari mana?" tanya guru itu mengintimidasi.

"Saya baru selesai makan di kantin bu, soalnya tadi antriannya panjang banget. Pas bel masuk makanan saya belum habis, kalo nggak dihabisin kan mubazir bu" jawab royan

Ari yang sibuk mengukir nama Aini di bukunya mengangkat kepala menatap Royan heran.

"Yan, bukannya tadi pas gue ngajak lo ke kantin lo bilang lo mau ke perpus buat ngomong empat mata sama putri?" tanya Ari dengan polosnya.

Kode yang diberi royan tidak membuat Ari menghentikan celotehannya.

Mendengar hal itu membuat seisi kelas tertawa. Ari yang melihat teman-temannya tertawa mengerutkan keningnya, bingung.

Seperkian detik kemudian lelaki itu menepuk jidatnya, pantas tadi royan kayak ngasih kode gitu, pikir Ari yang baru menyadari kesalahannya.

Jangan tanya bagaimana keadaan putri. Gadis itu sekarang sedang berkeringat dingin karna ulah mulut ari  yang tidak bisa diajak kerja sama. "Aini suka sama Ari dilihat dari mananya sih?" pikir putri yang kesal.

Guru yang di panggil bu farida itu tampak menggeleng kan kepalanya sambil bergantian melihat putri dan royan.

❤❤❤

Ke part selanjutnya 😪😚

MANTAN GILA!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang