07

25 0 0
                                    

Sudah 3 hari putri mendiamkan mereka, belum ada tanda-tanda gadis itu akan meminta maaf. Di lain sisi 3 gadis sedang berdiskusi tentang sesuatu.

"Meskipun ilmu agama gue belum setinggi puput sama aydha tapi gue tau kalau marahan gak boleh lebih dari 3 hari, makci gue selalu ngingetin hal itu kalau terjadi cek-cok antara gue sama adik gue" niar menatap kedua temannya, lesu. Mulut gadis itu sudah lelah tiap hari menyindir putri.

"Ya terus gimana?  Kita harus minta maaf?  Aneh deh! Yang salah siapa yang minta maaf siapa, ish!" Aini merenggut kesal.

"Sebenernya dia nggak salah"

"What? Gak salah gimana maksud lo?" niar dan aini kini memandangi tiara dengan mata yang hampir copot dari tempatnya.

"Dia mau ngasih tau atau enggak itu kan emang urusan dia, itu privasi dia, kita sebenernya gak punya hak ngedobrak privasi dia dengan embel² persahabatan. Yang jadi masalah disini adalah dia jauhin kita, seakan dia lari dari masalah" tiara menghela nafasnya.

Meski sedikit tak terima tapi akhirnya Niar dan Aini menganggukan kepala mereka, seolah setuju dengan ucapan tiara yang 90% memang benar adanya, sahabat boleh sahabat tapi perihal privasi nggak ada yang boleh maksa.

"Lihat dia, seakan nggak punya beban setelah menjauh dari kita" tunjuk Niar dengan dagunya, tak habis pikir dengan jalan pikiran putri yang membuatnya pusing.

"Sekarang lo lihat royan"kini gantian aini yang menunjuk royan dengan lirikan matanya. "Kayak orang pesakitan setelah putus sama putri, eh putrinya malah terlihat fine-fine aja tanpa dia" Aini geleng-geleng kepala.

Tiara mengamati putri dan royan dengan seksama, putri yang duduk di samping Tri, dan royan duduk dengan imam di deretan sebelah.

"Tapi lo berdua percaya nggak sih kalau gue bilang putri lagi masang topeng" pertanyaan niar berhasil mencuri perhatian tiara dan Aini.

"Topeng apa? Spiderman?"

Auhh. Teriak aini saat jari mungil niar menyentil dahi jenongnya.

"Spiderman nenek moyang lo? Sembarangan kalau ngomong. Maksud gue putri itu nggak seperti yang kita lihat, terlihat fine, gak ada beban, tapi sebenernya dia rapuh, hatinya kacau karna masalah ini, putus sama royan terus mesti ngehadapin kita bertiga yang mungkin bisa ngamuk kayak macan"

"Berdua bukan bertiga, gue nggak kepo sama hubungan dia sama royan." sela tiara

"Aelah, pokoknya itu dah! Jadi, selama ini mungkin yang dia pasang depan kita itu cuma topeng, iya nggak?"

"Mungkin"sahur tiara dan aini bersamaan.

"Kalau gitu, ayo kita minta maaf sebelum Allah murka sama kita, besok hari keempat kita marahan" tutur Aini antusias

"Ya caranya gimana? Dia ngelihat kita bertiga aja udah kayak ngelihat syaiton, kabur mulu!" sambar tiara sebal.

"Emm gue punya ide" niar memperlihatkan senyum yang merekah.

Kemudian ketiganya bertos ria, dengan tawa yang menggema.

Putri memandang nanar ketiga sahabatnya yang terlihat biasa saja tanpa hadirnya.

Tri menepuk pundak putri pelan "sabar, lo kan yang mau ngejauh dari mereka? Ini resiko yang mesti lo tanggung" putri hanya menatap tri dalam diam

"Padahal keliatannya lo yang lebih dewasa dari mereka bertiga, kenapa lo menjauh?"

"Gue emang lebih dewasa menyangkut umur, tapi gue belum matang dari segi psikis, gue terlalu takut buat ngomong sama mereka, padahal mereka kayak gitu karena nganggap gue udah kayak saudari mereka sendiri" putri memandang keluar jendela.

MANTAN GILA!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang