05

96 6 0
                                    

Mentari pagi menampakan wajahnya di antara awan yang putih, Langit biru yang terbentang luas menambah kesan yang indah pada pagi yang cerah ini, gadis berseragam putih abu itu memandangi sekolahnya yang asri, banyak pohon yang di tanam di dalam sekolahnya. Angin sepoi-sepoi menyapa kulit putihnya, membuat pikirannya yang berat terasa sedikit ringan. putri melangkah masuk ke kelasnya dengan gontai.

Cuaca pagi itu Bertolak belakang dengan suasana hati putri yang sedang gunda gulana. Gadis itu menaruh tasnya di samping kursi sahabatnya, Aini.

Kelasnya masih sepi. seperti biasa putri datang lebih awal dari teman-temannya.

"Gue pasrah deh" cicitnya pelan.

Helaan nafasnya terasa berat, sejak kemarin ia menjauhi teman-temannya, bukan mereka yang menjauhinya. Sedikit aneh, namun ia memiliki alasan kuat melakukan hal tersebut, karna ia bingung bagaimana menjelaskan pada teman-temannya dan dia belum siap dibanjiri berbagai pertanyaan dari duo macan, siapa lagi kalau bukan Aini dan niar.

Saat sedang sibuk dengan pikirannya, seorang lelaki menghampirinya, semakin dekat

dekat...

dekat...

dekat, dan ternyata....

Royan.

Wajah royan nampak kesal, ada apa? Entahlah.

Putri memasang watadosnya, padahal gadis bermata coklat muda itu tahu kesalahan nya.

"Kamu kenapa nggak bales sms aku? nggak ngangkat telfon aku? dan kenapa nomer kamu nggak aktif setelah itu?" sembur royan saat ia berada tepat di samping putri.

Putri melihat royan tanpa membalas pertanyaan royan. Gadis itu sedang badmood sekarang.

"Kenapa diem? Kamu kemana kemarin?"

Putri diam tak bergeming.

"Jawab put!" desak royan.

Putri menghela nafasnya. Matanya menjelajahi seisi kelasnya yang telah ramai.

"Duduk gih ke kursi kamu, kelas udah rame"

Royan semakin kesal, bukan ini yang ingin ia dengar dari putri. "Mereka semua tau kalo kita udah balikan, Apa yang kamu takutin? Sekarang jawab pertanyaan aku!" bentak royan.

Putri menghela nafas entah untuk keberapa kalinya. Gadis itu nampak kesal. Royan terlalu keras kepala, dan itu membuatnya jengkel setengah mati

"Lo butuh jawaban kan? Okay, gue jawab" seru putri pada akhirnya.

Seisi kelas tercengang termasuk royan. biasanya gadis bermata coklat muda tersebut memangggil royan dengan sebutan kamu, yan, oyan, atau royan. Tapi yang mereka dengar sekarang adalah lo.

Kata orang jika sudah seperti itu ada sinyal-sinyal yang mengarah pada kata-kata terlaknat, yaitu putus.

"Gue udah bosan sama lo! Gue capek! Masalah di hidup gue itu sumbernya dari elo! Dari guru-guru yang sibuk ngomongin hubungan kita, jangan salah dikit pasti ngomongnya gini, makanya yang di inget jangan cuma pacaran" kata putri mencontohi kalimat yang sering ia dengar dari guru-guru nya.

Bibirnya yang tebal membengkok kekiri dan kekanan saat mengucapkan kalimat tersebut, nada kesal terdengar jelas dari suaranya yang sedikit serak.

"Kakak kelas yang neliti gue dari atas kebawah hanya karna gue pacaran sama si raja beat box dari kelas bahasa si aset berharga yang sebenernya biasa aja"

"Dan lo tau?! Sekarang gue berantem sama temen-temen gue karna lo juga!" tunjuk putri tepat pada wajah royan

"karna lo ada di hidup gue! Gue bosan pacaran sama lo yang sok romantis, childish, lebay, jijay, alay. lo tau kenapa gue ngerahasiain hubungan lo sama gue? Gue bosen di nyinyirin sama temen-temen sekelas karna tingkah lo yang sering bikin orang lain muak"

Royan diam tak bergeming, tubuhnya seakan akan di timpa batu dari luar angkasa yang beratnya berton- ton.

Otaknya kembali berputar kebelakang saat salah satu teman sekelasnya mengucapkan kalimat yang 80% sama dengan yang putri ucapkan.

Jiwanya seakan melayang entah kemana. Dia berharap ini sebuah mimpi buruk. Tapi tunggu! Kenapa ia merasa sakit saat ia mencubit lengannya sendiri? Berarti ini nyata.

Royan mengedarkan pandangannya ke seisi kelas. Ck, gue dijadiin tontonan. Pikirnya sedikit gusar.

Ia kembali memandang gadis disebelahnya, gadis yang sekarang membuatnya- malu? Mungkin.

"Kita putus aja deh" seru putri tanpa beban.

Gadis bermata coklat muda itu mengangkat sebelah alisnya melihat royan yang tertawa sambil memegang perutnya.

Apanya yang lucu? Pikir putri

"Kamu bercanda kan? Pasti bentar lagi kamu mau ngomong april mop royan" kata royan masih diselingi tawa.

"Ck, ini bulan februari bukan april, gue nggak becanda"

Tawa royan terhenti, wajahnya terlihat marah.

"Kam-"

"Eh! Bu nunung dateng, cepet itu sampahnya di buang, piket siapa sih hari ini?! Nggak becus banget" kata Niar selaku seksi kebersihan. Gadis itu masih memakai tas di punggungnya, ia terlihat heran saat royan berdiri di deretannya.

Ngapain dia disini?

Gadis bertubuh mungil itu baru saja datang ke kelasnya, jadi wajar saja bila ia tidak mengetahui apa yang terjadi antara putri dan royan. Si Seksi kebersihan yang sering terlambat itu kembali sibuk memerintah.

Royan berjalan menuju mejanya tanpa berkata apapun setelah apa yang ingin ia katakan terpotong oleh suara cempreng niar.

Putri yang melihatnya hanya mengendikan bahu tidak peduli, gadis itu benar-benar merasa malas memikirkan apa yang barusan terjadi.

Lelaki yang berperawakan tinggi tersebut menutup matanya menahan rasa sesak yang ada di dadanya. Terlalu sesak hingga ia harus menghembuskan nafasnya berkali kali. Ingin marah, namun lidahnya terasa kaku. Seperti nya hari ini lelaki bernama lengkap Royan fadhilah tersebut akan jadi seorang yang pendiam.

🎈🎈🎈

Putus beneran sekarang💢

Huah selanjutnya bakal berantem terus mereka berdua💫😁

Capek mikir alurnya.😳
tapi tenang aja tetep ada romantis² nya kok😙

MANTAN GILA!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang