Wen Li Qiu, gadis berusia 18 tahun yang tinggal bersama nenek angkatnya sejak ia kecil dan membuat sebuah usaha toko bunga. Julukannya adalah matahari berjalan, bercahaya dan mencahayai namun hanya sepintas.
Bahagia dalam keadaan yang menurutnya cu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Li Qiu terengah-engah setelah berlari. Ia sungguh dalam bahaya tadi. Kenapa auranya menyeramkan sekali? Pikir Qiu. Ia bahkan belum pernah bertemu dengan orang yang memiliki aura seperti itu. Bahkan ia sampai tidak sanggup menatap wajahnya. Setelah menetralkan kembali napasnya, ia berencana untuk mencari Yuerong dan segera pergi dari istana.
"Li Qiu!" Panggil Yuerong dari belakang. "Aku sedari tadi mencarimu, namun tidak ketemu. Kau sembunyi di mana?" Tanyanya.
"Ahh, tadi aku ... sembunyi di kolong tangga jembatan itu," ungkap Li Qiu sembari menunjuk jembatan yang berada di tengah sungai buatan.
"Benarkah? Bisa-bisanya tidak aku sadari ...." "Ummm ... Yue. Aku harus pulang. Pekerja yang datang bersamaku juga pasti sedang menunggu," ucap Li Qiu.
"Hmmm .... Baiklah. Aku akan mengantarmu sampai gerbang. Kali ini aku akan tinggal di istana, ayahku akan marah-marah jika aku terus kabur hufff," katanya sambil mendesah lesu.
"Baiklah. " Lalu setelah itu mereka berdua segera pergi.
Sesampainya di pintu gerbang istana, Li Qiu berpisah dari Yuerong. "Hati-hati di jalan, seharusnya kau tinggal dulu di sini, karena ini sudah sore. Kau akan sampai sangat malam," ujar Yuerong.
"Tak perlu kahwatir. Lagi pula aku tidak sendiri."
"Hmmm ... Yasudah. Selamat jalan."
"Mmmm, sampai jumpa."
Kemudian Li Qiu dan teman-temannya meninggalkan istana dan kembali ke desa di Louyang. Sepertinya, ini akan menjadi terakhir kalinya ia mengunjungi istana. Ia tidak mau lagi datang ke sini.
