Into your eyes

21 0 0
                                    

Jalan begitu lengang. Hujan. Basah. Dingin menusuk tulang. Kota ini dilanda hujan dari semalam sampai saat ini. Membuat suasana menjadi mendung dan sendu.

Di depan gerbang sekolah, di bawah pohon mahoni Alina berdiri bersedekap memeluk dirinya sendiri. Sesekali ia mengusap-ngusap lengannya kedinginan, sembari mencelingukan kepala ke jalanan.

"Belum pulang Al ?" Tanya seseorang tiba-tiba sambil mengacak rambutnya yang basah karna melewati hujan. Ia tersentak kaget lalu menoleh.
"Ah, itu..iya belum..lagi nunggu jemputan" ujarnya kikuk karna pria itu begitu dekat dengannya sampai bahu mereka bersentuhan dan aroma maskulin pria itu tersesap olehnya. Harum yang menyegarkan.Tapi seketika itu juga ia mengerjap-ngerjap tersadar.

Apa sih. Bathinnya menggerutu.

Cewek manapun biarpun sudah punya pacar, tapi kalau sedekat itu sama cogan seperti di sampingnya ini tetap bakal keki juga. (Author menyesatkan.Jangan ditiru)

Ia mengambil sedikit jarak ke samping dengan hati-hati. Selain ia tidak biasa sedekat itu dengan pria manapun selain Bima, pacarnya, ia juga tidak ingin saat Bima datang menjemputnya nanti terjadi masalah yang tidak diinginkan. Mengingat Bima punya sifat yang posesif dan over protektif. Sifat yang belakang perlahan muncul yang tidak Alina sukai, padahal awal-awal pacaran Bima tidak seperti itu.

"Dijemput cowok lo ?" Tanya Andra, pria itu. Alina mengangguk tersipu. Ia menunduk memainkan kerikil di bawah kakinya. Sebenarnya ia heran  dengan dirinya sendiri kenapa otak dan sikapnya tidak sinkron terhadap pria di sebelahnya ini. Ia ingin bersikap biasa saja pada Andra, tapi kenyataannya berbeda setiap bertemu atau bicara dengan Andra.

"Sori.." Andra memajukan badannya menghilangkan jarak antara mereka berdua. Mata Alina membesar ketika wajah pria itu tepat hanya beberapa senti dari wajahnya. Tangannya menggapai puncak kepala Alina. "Ada daun di rambut lo.." ujarnya sambil membuang daun kekuningan tersebut. Alina semakin kikuk olehnya sembari menyeka rambutnya kalau-kalau ada dedaunan lain yang masih menempel di rambutnya.
"Makasih.." serunya pelan sambil sekilas menatap ke dalam manik mata Andra. Sampai sebuah klakson mengejutkannya.
Pajero sport putih itu berhenti tepat di hadapan keduanya.

"Aku duluan.." seru Alina dan bergegas membuka pintu mobil yang tepat di depannya. Andra hanya mengangkat alis mengiyakan. Kemudian kendaraan itu menderu. Dipandangnya mobil putih itu sampai menghilang di ujung jalan.

"Siapa Honey ?" Tanya Bima menodong. Dalam hati Alina sudah tau akan ada pertanyaan tidak penting seperti itu.
"Tetangga depan rumah aku Bim. Tapi nggak akrab juga. " jawab Alina seadanya sambil membenarkan rok abu-abunya. Benar saja, Andra memang tetangga depan rumahnya yang sudah 2 bulan menempati rumah kosong di depan rumahnya. Tapi ia dan Andra jarang bahkan tidak pernah saling sapa seperti tetangga pada umumnya karna keluarga mereka tampak tertutup. Tapi bukan karna mereka Vampir loh ya. Bima tampak berpikir dan mengingat-ingat.
"Aku kayak pernah lihat, tapi di mana ya ? " ujar Bima, keningnya sampai berkerut.
"Paling juga nggak sengaja lihat pas kamu antar jemput aku ke rumah.." sahut Alina.
"Mungkin ya," Bima mengulurkan tangannya meraih puncak kepala Alina, mengelus mesra rambut kekasihnya itu. " Cari makan yuk, bakso mbak sri enak kayaknya pas hujan dingin gini..gimana ?" Ajak Bima. Alina menimbang-nimbang.
"Hmm..aku langsung pulang aja ya Bim, rasanya nggak enak badan. Mungkin pengaruh cuacanya ya.." Alina mengusap-ngusap kedua tangannya kedinginan. Bima lalu menggenggam tangan Alina dengan tangan kirinya yang bebas.
"Jangan sampai sakit, Al.." serunya berharap. Alina mengangguk sambil tersenyum melihat sikap memanjakan Bima untuknya.

"Nanti malam aku telpon ya Al.. love you. Bye.." ujar Bima dari dalam mobil setibanya mereka di depan rumah Alina.
" Oke, love you too. Daah..." Alina melambai kecil pada Bima yang kemudian menderu pergi.

Setelah menghilangnya mobil Bima dari seberang sana Andra yang juga baru sampai, memandang Alina dari kejauhan. Menatap Alina sejurus. Seperti Srigala yang siap memangsa domba. Alina balas memandangnya dari kejauhan dengan bingung. Ia terpana sekaligus bertanya dengan pandangan mengintimidasi Andra yang tidak ia tau apa sebabnya. Pandangan mereka beradu dan pada akhirnya domba masuk cengkraman Sang Srigala. Alina menundukkan pandangannya kalah lalu bergegas masuk ke dalam rumah.
Alina menutup pintu dengan keras. Dadanya turun naik tanda jantungnya tengah berdetak dengan tidak karuan.
Disingkapnya gorden ruang tamu untuk melihat pria itu masih berdiri disana atau tidak. Ternyata pria itu masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.

"Cowok psiko kali ya " Alina menggerutu ketakutan.

"Lagi liat apa non ? Cogan ya ? " mbak dwi, pembantunya tiba-tiba berada di sampingnya ikut mengintip. Alina sampai terkejut bukan kepalang. Ia menghela nafasnya agar teratur.

"Mbak dwi apa sih, ngagetin aja deh !"  Alina beranjak ditutupnya kembali gorden jendela itu lalu pergi ke kamar.

-----------------------------------

Setelah cerita satu masih mandek dan udah mentok kehabisan ide sama sekali, aku kedatangan ide baru lagi untuk cerita yang baru ^^

Yeyyy !!!!! ^^

Para silent reader atau pun pembaca setia silahkan tinggalkan voment-nya ya. Itu sangat dibutuhkan guna mempertajam kemampuan author kedepannya. Ya..ya..ya..

Oke maksa !!

Nb. Tulisan masih acak adul. Hanya beberapa detik di baca ulang lalu publish. Yang penting ide keluar. Fufufu

EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang