Serigala dan domba

18 0 0
                                    

"Oh ya enggak apa-apa Bim kalo nggak bisa jemput, aku pulang naik angkutan umum atau taksi aja " ujar Alina sambil mengetuk-ngetuk handphone-nya. Dari seberang sana Bima tampak berat hati.
"Bener nggak apa-apa Bim.. Ya udah yaa.." seru Alina mengakhiri sambungan telpon tersebut.

"Cowok lo nggak jemput ?" Tanya seseorang tepat di belakang telinganya. Membuat bulu halus tengkuknya meremang sesaat. Alina menoleh dengan cepat.

"Ah. iya. Ini lagi nunggu taksi," ujar Alina cepat-cepat melempar pandangannya ke jalan sebelum ia menjadi kikuk gara-gara pria di sebelahnya ini. Tanpa ia lihat pun, bisa ia rasakan pria itu tengah menatapnya lagi. Pipinya rasanya memanas. Dan entah perasaannya saja atau memang akhir-akhir ini Andra sering muncul di hadapannya.

" Bareng yuk. Gue kebetulan bawa mobil, " ajak Andra. Alina cepat-cepat menggeleng walaupun tidak tega melihat wajah tulus pria itu.
" Nggak usah repot-repot, aku bisa pulang sendiri kok, " tolak Alina.
" Gue nggak merasa repot, yuk.." ujarnya berbalik sambil menunggu Alina mengikutinya. Dengan tidak percaya, kaki Alina mengikuti langkah pria itu ke parkiran. Entah kenapa sering sekali otak dan organ tubuhnya yang lain sering tidak sinkron seperti ini. Kaki oh kaki. Bathin Alina.

Sesampainya di parkiran, Andra membukakan pintu mobil untuknya. Jelas sangat berbeda dengan Bima yang sama sekali tidak suka dengan cewek manja yang minta bukakan pintu. Kok aku jadi ngebandingin sih. Gerutunya dalam hati.

Ia duduk dengan kikuk di sebelah Andra. Tampak sesekali Andra melirik ke arahnya yang hanya diam sepanjang jalan. Alina bahkan bingung mau mulai ngobrol dari mana. Ia hanya bisa melemparkan pandangan keluar jendela mobil, menyembunyikan wajahnya di sana.
Sampai Alina menyadari mereka telah melewati arah jalan pulang.

"Kita kelewatan kayaknya, itu..."

"Sengaja. Gue culik lo hari ini nggak apa-apa kan ?" Wajah pria itu mengeras berubah jadi menyeramkan. Alina tiba-tiba jadi ketakutan. Tak pernah ia melihat wajah lain pria ini di hari-hari kemarin.

"Please, turunin aku di sini. Ini tuh nggak lucu." Alina tiba-tiba menjadi begitu tegang.

"Yang bilang ini lucu, siapa ?" Tanyanya menatap tajam ke dalam mata Alina.

"Ini bukan lucu, ini lapar.. temani gue makan siang dulu ya. " ujar pria itu sambil memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah makan yang sangat familiar buat Alina. Alina menghela nafasnya yang tertahan. Entah kenapa pria ini sangat suka membuat Alina sport jantung dan frustasi.

"Becanda kamu keterlaluan," sahut Alina kesal. Andra tersenyum. Ia keluar dari mobil lalu membukakan pintu mobil buat Alina.

"Maaf-maaf, gue becanda. Lagian gue nggak sejahat itu. Yuk," ajak Andra. Dengan kesal yang bersisa, Alina keluar dan menurut saja.

"Lo masuk duluan, ntar gue nyusul " ujar Andra memerintah. Alina tak bergeming dari tempatnya.

" Terus nanti kamu pergi dan tinggal aku sendiri di sini ? " Alina mencurigainya setelah apa yang Andra lakukan tadi. Andra tertawa renyah.

"Bisa suudzon juga lo, ya nggak lah," Pria itu bergegas pergi. Alina pun masuk duduk menunggu di dalam. Sekian banyak rumah makan, kenapa rumah makan Mbak Sri yang jadi tempat favorite Bima ini, yang Andra pilih.

Ia duduk menunggu sambil mengutak-atik hpnya. Sampai sebuah tangan menyodorkan sebuah es krim padanya. Kebetulan Es krim kesukaannya pula.

"Buat lo. Permintaan maaf buat yang tadi. Gue nggak tahan sama cewek yang ngambek. " ujar Andra. Alina menahan senyumnya karna sebenarnya ia tiba-tiba menjadi girang karna es krim tersebut.

" Makasih.. " dengan cepat ia menyambar es krim itu dan memakannya. Di balik rasa riangnya hati kecilnya sempat tersadar, kenapa ini rasanya seperti hal yang tidak benar ya.
Diam-diam dipandangnya wajah Andra yang tengah lahap di depannya itu. Berharap menemukan jawaban di sana. Tiba-tiba saja pria itu mengangkat wajahnya, pandangan mereka bertemu. Pangkuan tangan Alina yang berada di dagu tersentak seketika.

"Jangan dipandang, nanti jatuh hati," Ujar Andra lalu melanjutkan kembali makannya dengan lahap.

_____________

Voment-nya yaa 😉

EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang