Ada yang lain

8 0 0
                                    

Gadis itu terperangah.
Alina tercengang melihat pria tampan yang tengah berdiri di samping mejanya itu. Bahkan bukan ia saja yang tercengang. Teman-teman sekelasnya juga bahkan seperti terkena sihir.
Ia mengucek matanya lagi. Benar kok, ia sedang tidak bermimpi. Tapi...

"Woy, ngelamun aje! Yuk ke kantin." Sebuah suara yang dulu agak cempreng dan cablak itu berubah menjadi sebuah suara berat dan cool.

"Ah, lama!" Pria itu menarik tangan Alina karna melihat Alina tidak juga bereaksi. Ia terpaksa menurut dan mengikuti langkah pria tersebut dengan ketercengangannya.

"Ada yang berevolusi nih ? Kemajuan." Andra tiba-tiba datang dan mensejajari langkah kedua anak manusia itu menuju kantin.

"Biasa aja lah. Gue dari dulu sebenarnya cool gini kok " ujarnya narsis. Alina mencubit pipi pria itu sampai yang dicubit mengaduh kesakitan.

"Oh aku kira kamu berubah total Go, ternyata masih ada puing-puing yang ketinggalan" Alina menjahilinya. Diam-diam Andra memperhatikan gadis itu tanpa disadarinya.

"Lo ah Al !! Sakit tauk ! Ini demi nih !" Igo mengelus-ngelus pipinya yang sakit.

"Demi apa ?" Alina dan Andra nyaris bersamaan. Keduanya terkejut lalu saling berpandangan.

"Ciyee yang samaan" Igo balas menjahili.

Di kantin.
Alina, Igo dan Andra duduk di tempat biasa Alina dan Igo tongkrongi.

"Al, lo duduk sini dong, gue nggak biasa duduk di sini " seru Igo. Alina mendelik sebal padanya. Ia tak juga beranjak, karna kalau dia mengiyakan permintaan Igo, dia bakal duduk bersebelahan dengan Andra. Bisa jadi manekin dia sampe istirahat selesai.

"Duduk di situ aja kenapa sih Go ?"

"Gue mau liat si manis lewat Al, ayo dooong ayoo.."

"Maksa banget sih" Ujar Alina ngotot. Andra bersedekap dada hanya diam terpaku menatap keduanya.

"Ayo, ah" Igo tampak tidak sabaran, ia berdiri masuk ke tempat duduk Alina agar gadis itu berdiri.
Berhimpitan akhirnya keduanya. Alina menutup matanya menghela nafas panjang kemudian berdiri dengan terpaksa lalu pindah duduk di samping Andra dengan tatapan yang tidak lepas dari Igo. Andra yang berada sampingnya itu tertawa kecil.

"Makasih ya Al, sebentar lagi si Manis lewat nih" ujar Igo tersenyum. Alina masih menatap Igo dengan sebal. Pria itu memang berubah dari segi penampilan, tapi tidak untuk kecerewetannya. Alina membathin.

"Hai kak, boleh duduk di sini nggak ? Meja yang lain udah penuh" Tanya sebuah suara halus lembut merdu semerdunya. Ketiganya menoleh bersamaan. Nampak seorang gadis manis cantik dengan rambut potongan pendek plus poni yang menutupi dahinya yang membuatnya tampak imut.
Igo terpana.

"Oh boleh, sini duduk " Igo mendorong kursi itu kebelakang agar si gadis manis bisa duduk. Ia tersenyum bak sinar matahari. Kalau aja Igo itu batu es, dia mungkin meleleh dari tadi.

"Oh iya, mau makan apa? Biar gue pesananin." Igo tampak bersemangat.

"Kaya biasa aja Go" ujar Alina.

"Gue nggak makan" sahut Andra.

" Saya ngikut kakak-kakak aja makannya apa, soalnya belum tau di sini makanan yang enak yang mana " ujar si gadis manis dengan lembut. Igo jangan ditanya lagi, dia sudah terkena panahan cupid.

Pesanan mereka pun tiba. Mie ayam kesukaan Alina dan Igo. Si gadis manis terdiam sesaat. Dari mimik mukanya nampak keraguan di sana.

"Kenapa ? Kamu nggak makan Mie ayam ? " tanya Igo. Gadis itu menggeleng cepat.

"Nggak kenapa-kenapa kak, saya makan kok" ujarnya sambil senyum.

"Kalian berdua nggak melakukan tradisi kalian ?" Tanya Andra.

"Maaf,untuk kali ini nggak, hari ini gue yang traktir." Jawab Igo dengan coolnya. Andra tersenyum.

"Jaim?" Seru Andra.

"Tradisi apa itu kak? Kayanya seru.." tanya si gadis manis. Igo menggeleng cepat.

"Nggak. Bukan apa-apa" jawab Igo. "Oh iya, namanya siapa ? Kamu anak baru pindahan itu kan ? " Igo antusias.

" Nama saya Tsabina kak, panggil Bina aja. Iya bener saya pindahan dari SMA melati. " ujarnya dengan manik mata tak lepas dari Andra. Sementara orang yang sedang di lihat tengah memandangi Alina yang tengah menyeruput mie ayam di depannya. Alina mencoba mentabahkan hatinya. Mie lembut itu terasa susah di telan saking kagok-nya.

"Kakak berdua pacaran ya ? " Tsabina bertanya karna melihat tatapan hangat Andra buat Alina. Alina langsung tersedak oleh mie lembut yang setengah berada di tenggorokan, setengah masih berada di mulut.

"Nggak," Alina menyambar beberapa helai tisu di hadapannya. Andra berdiri dari duduknya dan menatap Tsabina dengan datar.

"Gue duluan." Andra meninggalkan meja tanpa menunggu persetujuan mereka.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang