Ia mulai mendamba

14 0 0
                                    

Andra yang baru saja masuk kelas mendapati sesuatu di atas mejanya. Sebuah plastik biru muda yang berisi jaketnya semalam dengan wangi bunga yang menenangkan. Di atasnya ada post-it bertuliskan ucapan terima kasih.

"Sudah dari tadi di sini ya, Ga ? " tanya Andra pada teman di belakang tempat duduknya. Ega, mengangguk.

"Eh, barusan banget. Mungkin masih di luar anaknya." Ujarnya. Andra menaruh ranselnya lalu bergegas keluar.

Alina berjalan di koridor kelas dengan melamun sambil memutar-mutar Handphone-nya. Ia masih menunggu kabar dari Bima. Dari semalam pria itu tidak juga menghubunginya. Apa sefatal itu kesalahannya ? Apa sebaiknya ia saja yang menghubungi Bima dulu ? Keningnya sampai berkerut memikirkannya.

"Lo hobi kabur rupanya ya." Tubuh jangkung Andra tepat berdiri di depannya. Membuat ia terkejut dan nyaris menjatuhkan hp nya kalau saja Andra tidak tangkas menangkapnya. Alina bermaksud mengambil hp nya kembali, tetapi pria itu malah mengangkat tangannya sehingga Alina tidak sampai menggapai hp tersebut. Alina mendelik sebal.

"Kembalikan nggak ? Sudah mau lonceng ini." Ujar Alina. Pria itu hanya tersenyum simpul.

"Gue bilang jangan kabur, semalam lo malah kabur. Gue marah loh." Jawab Andra menggoda Alina.

"Marah kok bilang-bilang. Hape ku !!" Pinta Alina.

"Boleh. Tapi bolehin gue tatap mata lo, 5 detik doang," ujar Andra. Permintaan yang tidak biasa. Ini berbeda. Dan permintaan pria tersebut jelas tidak mampu ia sanggupi. Karna ia sendiri sadar, ia tidak biasa kontak mata seperti itu.

"Trus kamu mau menghipnotis aku" seru Alina. Pria itu tertawa renyah.

"Gue nggak pake hipnotis. Gue janji cuma 5 detik." Ujarnya sembari mulai menatap Alina. Mencari manik mata gadis itu. Pria itu menyukai warna bola matanya. Untuk ukuran ras Asia bola mata umumnya berwarna cokelat. Tetapi gadis itu berbeda. Warna matanya Hazel (Merah kecokelatan), sangat langka untuk orang-orang asia.

Teng. Teng. Teng.

Alina menghela nafas tanpa pria itu menyadari. Ia sangat tidak mampu bertatapan seperti itu, hal itu membuat jantungnya berdetak tidak karuan.berkebalikan dengan Andra, ia melihat kepuasan tercetak jelas di wajah pria itu.

"Istirahat gue tunggu di kantin" seru Andra lalu pergi setelah memberikan kembali hp miliknya. Pria itu bahkan tak menunggu jawaban Iya atau Tidaknya. Ia memandang tak percaya punggung Andra yang semakin menjauh. Sebenarnya ada apa dengan pria itu. Kenapa sikapnya seolah-olah memanjakan dirinya, juga bersikap seolah-olah tidak ada Bima di antara mereka. Apa pria itu tipikal manusia frontal? Atau tipe pelakor ? (Eh author ngaco!) atau jangan-jangan dirinya sendiri yang tengah terbawa perasaan ?

****

"Kantin yuk Al ?" Ajak Igo sesampainya di depan meja Alina. Alina memandang Igo dengan lesu. Ia merasa sedikit tidak bersemangat. Nafasnya terasa sedikit hangat. Mungkin pengaruh hujan semalam.

"Aku nggak enak badan ini,Go..kamu aja ya ke kantin ?" Seru Alina. Igo jadi tidak bersemangat juga saat sahabat best friend forever-nya itu seperti.

"Yaaaah, padahal kan gue udah semangat nih Al mau ngalahin lo makan mie ayam.." ujar Igo sambil berpura-pura nampak sedih.

"Nggak usah akting." Balas Alina. Igo langsung tertawa nyengir menampakkan giginya yang berbaris rapi.

" Eh Al, di kelas 11 ada anak baru Al, cewek imut cantik amat banget, keknya ye gue udah mau tobat, gue mau dekatin dia " seru Igo dengan pasti. Alina memandangnya tidak percaya. Sahabatnya di depan ini, cukup tampan untuk ukuran pria. Tapi sayang ia juga cukup gemulai. Dan niat mau tobatnya di anggapnya hanya sebagai angin lalu. Karna itu tidak akan mungkin terjadi.

"Ya udah, ya udah..gih ke kantin, bentar lonceng masuk loh" ujar Alina.

"Lo nggak mau titip apaa gitu ? " tanya Igo yang di balas dengan gelengan pasti Alina.

Setelah Igo pergi, gadis itu kembali mengeluarkan hp dari dalam saku rok nya. Menanti sebuah sms atau panggilan tak terjawab dari Bima yang tak kunjung ada. Dan pada akhirnya jari jemarinya dengan cepat mengetik lalu mengirimkan sebuah pesan.

Bim, maaf.

Send.

Satu menit. Dua menit. Lima menit. Tidak juga ada balasan dari pesannya barusan. Ia tertunduk lesu. Ia tertidur sejenak.

Antara sadar dan tidak, ia merasa ada seseorang mengelus puncak kepalanya. Sampai lonceng masuk pun membangunkannya, ia mengerjap-ngerjap bingung.

"Eh, ada yang kesini ya tadi ?" Tanya Alina pada teman sebangkunya. Temannya menggeleng.

"Gue baru masuk juga,Al. Tapi kelas tadi kosong kok, gak ada orang. Kenapa emang ?" Tanyanya. Gadis itu menggeleng.

"Nggak apa-apa" ujarnya.

****

Alina memandang ke dua pria di depannya ini. Igo dan Andra. Ke dua pria di depannya ini sama-sama berniat mengantarnya pulang. Alina sedang tidak fokus memandang keduanya. Ia merasa pusing. Bahkan untuk bicara pun dia sedang tidak mood. Ia merasa wajahnya sekarang pasti sudah tampak pucat pasi.

"Jadi gimana Al, lo mau gue yang antar apa Andra ? " Igo membuka suara.

"Gue aja yang antar, Al" Andra segera merangkul pundak gadis itu karna cemas Alina bisa roboh dengan kondisinya yang tidak fit seperti itu.

Sebuah pajero sport putih berhenti tepat di depan ketiganya, Bima keluar dari mobil.

"Alina kenapa, Go ?" Tanya Bima ketus.

"Sakit Bim, ini barusan mau diantar pulang," ujar Igo. Bima segera menarik lengan Alina dari rangkulan Andra. Mata mereka berdua sempat beradu dengan tajam sesaat.

"Aku aja yang antar." Bima membawa masuk Alina ke dalam mobil. Alina sekilas melirik ke dalam mata Andra, ada senyum samar tertangkap di sana untuknya.

______________________

Okehhh, kalau boleh jujur sebenarnya author yang ter-Baper oleh sikap-sikap manja emeshhh babang Andra tamvan :")

Silent reader, monggo silahkan di baca, di follow, di vote, di comment yaaaaa ;)

EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang