Matahari dan pelangi

1.8K 95 0
                                    

Perlengkapan pernikahan sudah di siapkan. Besok,setelah matahari terbit maka upacara pernikahan akan dimulai. Para brahmana di undang untuk perayaan itu. Karena ini adalah pernikahan pertama yang di lakukan di Tarumanegara setelah pelarian dari Salakanagara maka raja menitahkan agar perayaan ini harus di adakan dengan sempurna. Perayaan tiga hari tiga malam di sertai undangan para tamu asing dan di lengkapi tarian musik meriah akan mewarnai pernikahan pangeran Dharmayarwan dan putri Bhanuresmi.

Bhanuresmi duduk termenung di tepi sungai Citarum di awasi beberapa dayangnya. Tatapannya kosong.

"Anakku...."

"Ibunda...." Bhanuresmi tersentak ketika bahunya di sentuh. Pikirannya membutakan dirinya sehingga dengan begitu bodohnya dia melamun dan tersentak.

"Kau melamun lagi " ibunya tersenyum lembut. Memang sejak acara temu ramah yang di adakan keluarga kerajaan Bhanuresmi sering melamun. Tidak jarang masakannya menjadi gosong.

"Saat kau menikah nanti ibu harap kau akan menjadi istri, menantu, ibu, dan permaisuri yang baik. Semua itu berat. Tapi putri ibu kuat untuk menjalaninya. Ibu yakin padamu." ibu Bhanuresmi mengelus rambut putrinya.

Bhanuresmi tersenyum simpul dan mengangguk.

"Dulu, ibu juga sepertimu. Melamun, menyendiri dan terkadang secara tidak sadar membuat kesalahan saat melakukan sesuatu. Itu hal yang memalukan. Ibu ingat saat itu ayahandamu sedang memergoki ibu berdoa di kuil. Ibu berdoa bila memang ayahandamu adalah jodoh ibu,maka tunjukkanlah kiranya suatu pertanda baik. Saat itu ibu tidak memperhatikan sekeliling ibu. Ibu berbalik setelah berdoa dan melangkah menuju pintu. Jalan di depan ibu ternyata basah oleh cairan susu yang jatuh dari kendi.... " ibu Bhanuresmi tersenyum kembali.

"Lalu? Apa yang terjadi, bunda?" Bhanuresmi tersenyum.

"Ibu terpeleset. Jalan itu sangat licin. Tapi.... Ayahmu yang ibu tidak tahu entah dari mana datang menopang tubuh ibu. Ibu terkejut sekaligus takjub. Baru saja ibu berdoa untuk jodoh ibu. Dan itu sangat ajaib. Bukankah begitu, putriku?" ibunda Bhanuresmi menyentuh dagu Bhanuresmi.

"Ananda pikir begitu bunda. Bunda pasti sangat bahagia." Bhanuresmi berdiri.

"Ibu harap juga seperti itu. Tapi semua itu tidak mudah,putriku. Terkadang masalah baru akan muncul dan itu membuat ibu kesulitan."

"Lalu apa yang akan ibu lakukan?"

"Berdoa untuk mengatasi masalah itu. Di awali dengan doa. Lalu berusaha untuk penyelesaiannya."

"Jika masalah itu tidak ada jalan keluarnya, apa yang ibunda lakukan?"

"Semua masalah ada penyelesaiannya, putriku. Namun akhir dari penyelesaiannya saja yang menentukan apakah akan memiliki akhir buruk atau baik...." ibu Bhanuresmi berdiri.

Bhanuresmi termenung sejenak.

"Bunda, ananda harus ke kuil besar untuk berdoa." Bhanuresmi pamit pada ibunya. Sebenarnya di wilayah kediamannya terdapat satu kuil. Namun Bhanuresmi lebih menginginkan berdoa di kuil besar yang letaknya didekat perkebunan desa.

"Berhati-hatilah di perjalan putriku." ibu Bhanuresmi memegang bahu putrinya.

                           *****

Kuil ini indah. Ya... Satu kata itu cukup mewakili seluruh bangunan kuil tersebut.

Bhanuresmi berjalan memasuki kuil tersebut. Tangga-tangga kecil di depan menuju kuil menjadi pembuka langkah Bhanuresmi. Tandu yang di pakai Bhanuresmi di jaga beberapa pengawal di letakkan di halaman depan tangga.

Beberapa bangunan kuil terlihat terawat. Bhanuresmi yang jarang menuju kuil (karena di wilayah kediaman panglima perang sudah terdapat sebuah kuil) memasuki suatu ruangan yang di pilihnya asal.

Bhanuresmi melayangkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia memperhatikan sebuah patung di tengah ruangan. Patung Dewa Surya. Ia yakin itu patung Dewa Surya.

Bhanuresmi mulai berdoa. Kata demi kata di ucapkannya.

Saat Bhanuresmi berdoa terjadi hal aneh di luar kuil. Langit kian merah. Matahari bersinar kian teriknya seolah ingin membakar seluruh isi bumi. Terlihat lingkaran oval pelangi mengelilingi matahari.

Bhanuresmi selesai berdoa, namun ketika ia berbalik, ia seperti tersedot cahaya silau. Badannya panas, matanya perih dan kepalanya sakit.

Ratu TarumanegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang