01. Welcome (III)

238K 25.1K 11K
                                    



"Selamat pagi 11 MIPA 3," sapa guru itu ramah dan mencoba ceria, "Saya Bu Rosida, wali kelas kalian setahun ke depan," katanya tersenyum lebar memandangi kelas.

Rosi melebarkan mata, "wah pas bu. Nama saya Rosi juga. Tapi Rosiana. Nama lahir saya Roseanne, si mawar merah. Tapi Ayah saya nggak tau nulis ejaannya jadi di akta ditulis Rosiana Bu," celetuk Rosi langsung curhat.

"Kebagusan lo Roseanne," balas Hanbin yang duduk di arah jam lima dari meja Rosi. "Bu kalau saya Hanbin, sebenarnya nama panggilan saya Bento dari Binsetyo diplesetin dikit soalnya mama saya ngefans sama lagu Irwansyah yang Bento—"

"Iwan fals gob—" Juan yang duduk di sisi dinding hampir saja mengumpat pada teman futsalnya itu, tapi menahan diri mencoba sabar.

"Tapi jadi Hanbin biar gaul aja bu disingkat-singkat," kata Hanbin lanjut menjelaskan tak peduli.

Bu Rosida jadi meringis, "iya iya nanti dulu, satu satu kenalannya," katanya menegur.

"Malu dikit kek lu," tegur Jevon menendang kecil kursi Rosi dari belakang.

"Tahan, Bin. Tahan," kata Yoyo yang duduk di samping Hanbin juga menegur.

Bu Rosida mencoba tersenyum tetap mengendalikan situasi. "Oke, ibu liat dulu ya namanya," katanya sambil meraih map absen dan membukanya. "Alisa Veranda?"

Gadis kurus dengan poni rata di samping Rosi mengangkat tangan, kemudian menurunkannya dan tak mengeluarkan suara. Karena ia sudah merasa mengantuk dari tadi menunggu wali kelas ini datang.

Hanbin merapatkan bibir, kini lebih kalem. Diam-diam melirik mencuri pandang pada cewek yang ia tabrak di depan kelas tadi itu.

"Alveno Bagaskara?"

Para gadis refleks menolehkan kepala. Ketika tangan terangkat dari pemuda yang duduk di pojok kanan depan samping pintu kelas. Cowok tampan itu tak mengeluarkan suara, hanya mengangkat tangan.

Gerakan sederhana yang membuat para cewek sudah merasa terpanah tepat. Cowok tampan itu punya garis wajah lembut yang kalem, bak pangeran. Rosi bahkan melempar pandang dengan Lisa penuh arti, tersenyum tertahan memberi kode. Miya juga sempat berbalik, berpandangan dengan Jesya yang mengacungkan jempol dan mengangguk. Sosok gadis mungil di depan bernama Haylie juga menoleh memandangi pemuda itu dengan mata berbinar. Ditambah lagi cewek kecil lain yang harus mengalah kebagian duduk di kursi belakang harus melongok untuk melihat jelas wajah tampan Alveno yang seakan memancarkan cahaya surga.

"Bobi Denise Suherman?"

Bobi yang asik menggiti jempol sambil melirik gadis yang duduk di depan Hanbin jadi tersentak dan segera mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Yo, hadir!" seru cowok begigi kelinci dengan mata sipit itu.

"Elbert?"

Lisa dan Rosi kompak terkikik, lalu merunduk dan menahan tawa yang hampir meledak. Membuat Jevon hampir mengumpat.

"Elbert Jevon Irsandi?" Bu Rosida menoleh kanan kiri, mencari.

"Saya, bu," kata Jevon malu sendiri sambil mengangkat tangan.

"Lah nama lu Elbert, Jev?" celetuk Hanbin nyaring, membuat Jevon kesal dan membuang muka sok tak mau peduli.

Bu Rosida merunduk, membaca nama kemudian mengernyitkan kening. "Ini kembar? Hanindya dan Hanindra?"

Hanbin langsung menoleh, "oh, itu namanya kebetulan kosmos bu!" katanya nyaring membuat seisi kelas bingung. "Itu artinya adalah kebetulan yang sudah ditetapkan oleh alam semesta. Orang menyebutnya... Takdir."

2A3: Perfect Classmates (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang