39. Kelas adalah Rumah

113K 14.2K 4K
                                    



Bobi memasuki rumah dengan seragam berantakan. Ia mengangkat alis melihat mobil sedan terparkir di garasi. Pemuda itu mendecak, mengusap ujung pipinya yang memar membiru keunguan.

Bobi langsung masuk tak berkata apapun. Cowok itu berjalan cepat merunduk segera ingin menuju kamar di lantai dua.

"Bobi?"

Pemuda itu merapatkan bibir, mau tak mau menolehkan kepala. Melihat sang mama duduk di sofa ruang tengah dengan iPad di pangkuannya.

"Sudah senja begini kamu baru pulang?" tanya Mama Bobi mengernyit.

"Mamah? Belum hari libur kenapa pulang?" balas Bobi tanpa beban.

Mama Bobi menghela nafas. Tapi menyadari sesuatu membuatnya mengernyit. "Kamu tawuran lagi?" tanyanya melihat baju kusut dan wajah memar Bobi.

"Hmm," jawab Bobi santai, siap berbalik lagi.

"Kamu sudah dapat SP 1 di kelas sepuluh, jangan mulai lagi!" marah Mama Bobi berdiri, mulai naik pitam.

Bobi melengos, menoleh tenang. "Aku dapat surat panggilan atau nggak, Mas Gofur yang datang bukan Mama. Jadi ngapain Mama repot?" tanyanya tak peduli, kemudian bergegas berjalan cepat menaiki tangga.

Pemuda itu membuka pintu kamar dan membantingnya. Melempar tas sembarang arah dengan wajah mengeruh. Ia membuka seragam sekolah, melepasnya asal. Tapi pemuda itu merintih, merasa tubuhnya kesakitan ngilu.

Bobi mengenduskan bibir, meraih hape. Tapi berikutnya terdiam. Merasa bingung sendiri.


Siapa yang ingin ia hubungi? Sementara Bobi tak pernah punya satu perlarian tetap.


Bobi mengacuhkan para chat masuk dari gadis-gadis yang dekat dengannya dan merasa khawatir. Pemuda itu mendecak, bahkan tak peduli pada beberapa orang yang kini berstatus sebagai kekasihnya.

Bobi memandangi room chat Hanna, jadi merapatkan bibir tersadar sudah terlalu sering merepotkan gadis itu. Ia juga memandangi grup chatnya bersama Hanna, Cakra, dan Junaid. Pemuda itu meneguk ludah dan berganti. Memandangi grup chat 2A3.

Bobi diam lama. Melempar hapenya ke ranjang. Ia melangkah menuju kamar mandi. Pikirannya masih terasa kusut saat ia berendam air hangat di bathtub. Ia mengumpati SMK depan yang tadi jadi lawannya bersama beberapa anak IPS. Bobi juga mengumpati Junaid yang biasanya jadi partner in crimenya malah sibuk ngurusin pacar si Rosiana Dehandar.


Cukup lama Bobi berendam air hangat dan membersihkan diri. Merasa lebih segar, pemuda itu berganti jadi memakai kaos oblong dan celana jeans hitam. Ia meraih jaket bombernya, hape, kunci motor, juga dompet. Dengan segera keluar kamar. Ia menarik rambut ke belakang menuruni tangga. Hanya menipiskan bibir melihat tepat sekali sang ibu keluar kamar dengan pakaian yang juga sudah siap.

"Kemana kamu?" tanya Mama Bobi berdiri di depan pintu kamar sambil mendelik.

Bobi melirik mamahnya yang berdandan rapi dengan pakaian berkelipnya. Pasti akan pergi ke pesta pertemuan lagi.

"Mau ketemu Hanna?" tanya Mama Bobi membuat anak tunggalnya itu melengos dan melangkah pergi begitu saja.

Tapi Bobi berhenti. Ia diam lama, lalu dengan tegas berbalik menatap sang mama.

"Bobi udah putus sama Hanna," katanya tegas, membuat sang ibu terkejut bukan main.

"Putus?" Mama Bobi mendelik, "kapan? Kenapa? Gara-gara kamu?" katanya menuduh.

2A3: Perfect Classmates (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang