15. Suherman's

131K 17.4K 6.9K
                                    



Bobi Denise Suherman mungkin tipe murid sekolah yang badung dan tapi tetap bersahabat. Punya tubuh atletis dengan otot terbentuk di usia muda membuat pemuda itu jadi terlihat lebih manly. Rahang tegasnya yang tajam dengan kedua mata kecil juga gigi kelinci, justru membuat pemuda itu memiliki eye smile yang menggemaskan.

Ah, Bobi. Pemuda satu itu nyatanya jadi teman yang paling dicari. Yang selalu jadi moodmaker dengan celetukan kurang ajarnya. Tipe teman yang selalu jadi bahan bully tapi juga membuat yang lain kesal karena sikapnya yang tak pernah beres.

Bobi yang selalu menghidupkan suasana dan berisik itu.


Kini justru berbanding terbalik dengan rumah megah yang kini ada di hadapan para murid 11 IPA 3. Rumah berwarna putih gading yang kokoh dengan gerbang tinggi dan berada di perumahan elit. Rumah yang mewah, dingin, juga terkesan angkuh. Rumah yang seakan tak bisa tergapai dengan mudah.

"Ini... rumah... siapa?" tanya Rosi masih bengong saat tadi mereka turun dari busway ramai-ramai berhenti di halte depan dan berjalan kaki rombongan sampai ke sini.

"Majikan lo?" celetuk Hanbin masih sempat mereceh membuat Haylie di sampingnya menyikut pemuda itu menyuruhnya diam saja.

Bobi tak banyak bicara. Membuka tutup sebuah kotak di pinggir gerbang yang memperlihatkan beberapa tombol di sana. Bobi menekan layar dengan jempol, mendeteksi sidik jarinya. Kemudian menekan tombol password.

Suara bunyi 'TIT' terdengar, membuat yang lain terkejut. Jevon dan Yoyo bahkan dengan noraknya memekik kecil dan mundur kaget.

Bobi masih tak membuka mulut, meraih pegangan pintu gerbang dan mendorongnya lebar. Tak ada satpam yang menjaga pagi ini, hanya tugas malam. Hingga rumah itu makin terlihat 'dingin' dan sendiri.

"Beneran rumah Bobi?" kata Jay masih tenganga sambil masuk diikuti yang lain. Lalu makin terpukau melihat halaman luas dengan tanaman dan perpohonan menghiasi.

"Ini kayak rumah di FTV Indosiar ya," celetuk Miya menoleh kanan kiri.

Mereka masih mengagumi besarnya rumah itu. Bahkan dari arah gerbang menuju pintu utama saja rasanya sangat jauh karena luasnya taman dan halaman rumah. Mereka menginjakkan kaki di teras yang bersih mengkilat dengan kursi guci di sudut-sudutnya. Bobi dengan santai mengeluarkan kunci dari dalam kantong celana, lalu membuka pintu utama yang terbuat dari kayu mengkilat itu. Kedua tangannya mendorong pintu hingga terbuka lebar.

"Buuuuuseeettttt," kata Haylie dan Jiyo melebarkan mata terpana.

Walau mereka jadi menoleh saat Lisa sibuk merunduk.

Melepas sepatu.

Yang lain saling pandang, tapi kemudian jadi menyebar duduk di teras itu dan membuka sepatu masing-masing.

Membuat Bobi yang sudah ingin masuk jadi berbalik kaget. Begitupula Hanna yang berdiri di samping pintu menunggu yang lain masuk.

"Lah ngapain njir? Masuk ya tinggal masuk," kata Bobi mendelik kecil.

"Ha? Nggak papa Bob?" tanya Hanbin bengong dan mendongak.

"Jangan norak deh," kata Juan sok mengomel, diam-diam kembali menginjak sepatu yang talinya sudah ia lepas.

"Udah, udah. Lepas aja nggak tega gue lantainya mengkilat banget," kata Rosi sudah menaruh sepatu disusun di pinggir teras diikuti Lisa dan Jane.

"Assalammualaikum," salam Jay sambil memasuki rumah lalu menoleh kanan kiri.

2A3: Perfect Classmates (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang