44. Aspirin

99.8K 12.8K 2.3K
                                    


Theo mengusap ujung hidung dengan hape di samping telinga berjalan sendiri dari ruang OSIS akan kembali ke kelas.

"Jadi lo alergi kucing, ujan, apa pelukan Lisa?" tanya Theo di telpon.

"Hehe bangsat," balas Hanbin mengumpat kasar. "Sok tau lo anjir."

"Nggak peluk? Halah bego," kata Theo santai.

Terdengar tawa canggung Hanbin di seberang, "dia sehat?"

"Dia bahagia lo nggak masuk," jawab Theo santai membuat Hanbin kembali mengumpat kasar.

"Dia kemaren gagal masuk tim inti marching dan dikeluarin jadi cadangan, jadi—" Hanbin berhenti sejenak, bersin kecil membuat Theo agak menjauhkan hape dari telinga dan merutuk kesal. "Hibur dia. Bilangin yang lain."

"Hm," Theo bergumam saja dengan tenang. "Wondi juga udah ngasih tau."

Hanbin bersin lagi, "pokoknya nggak perlu jenguk, gue cuma masuk angin. Jangan kangen ya sayang."

Theo yang ganti mengumpat. "Lo sakitnya lamain dikit ya, kalau bisa langsung mati aja gimana?" katanya dengan sebal.

"Gue tau Yong lo lagi cemasin gue jadi gini, ck tsundere," kata Hanbin mendecih walau dengan dengusan hidung.

"Ha? Tsunade?"

"Goblok," Hanbin refleks mengumpat. "Elo kenapa sih Yong begonya dadakan gitu anjir," omel Hanbin dengan suara serak.

Theo mengangkat wajah, mengangkat alis melihat sosok tak jauh darinya. "Dah sana lo minum baygon biar baikan. Gue nelpon di koridor gini kayak sama orang penting," katanya sinis.

"Dih napa sih? Cewek lo jealous? Elah Yong Faili mah sayang sama gue jadi dia nggak marah," sahut Hanbin santai.

Theo merapatkan bibir, tanpa lama langsung mematikan sambungan begitu saja. Cowok itu mendesah pelan sebelum kembali melangkah lurus.


Gadis itu mengangguk kecil pada pemuda di depannya, seakan pamit. Karena kemudian berbalik dan berjalan pergi. Sementara si pemuda masih memandangi punggungnya yang makin menjauh dalam diam.

Yang kemudian ia sadar ada yang mendekat, pemuda itu menoleh.


"Ayam anjing!" serunya kaget setengah mati sampai terlompat kecil.


Theo tak berekspresi, berhenti dengan tenang menatapi Jevon yang seperti maling tertangkap basah.

"Denger, jangan salah paham," kata Jevon berusaha menguasai diri. "Gue ada urusan futsal—"

"Kenapa lo panik? Gue nggak nanya apa-apa," balas Theo datar, membuat bibir Jevon yang masih terbuka langsung berhenti begitu saja.

Jevon mengatupkan bibir, berdehem pelan. "Eung... Selgie..." Ia agak gugup, menunjuk bayang gadis tadi pergi.

Theo menyipitkan mata, menatap pemuda ini sinis dan kini seakan menuduh. Bibirnya masih diam tak banyak bicara. Tapi membuat Jevon menciut dengan tatapan dingin itu.

"Jangan cepu," ancam Jevon melotot kecil, sok galak.

Theo kini menggelengkan kepala perlahan, seakan Jevon telah melakukan perbuatan sangat kotor. "Lo emang sama sekali nggak pengalaman, gini aja gampang ketauan," kata cowok itu menyindir.

Jevon mendelik, "nggak sengaja ketemu anjir terus ngomong entar futsal gitu doang," kata Jevon berusaha tak terlihat panik. "Kebetulan gue sendiri dia juga lagi sendiri."

2A3: Perfect Classmates (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang