25. Jay 'Iwan' Park

119K 15.4K 4K
                                    



Pemuda mungil dengan tinggi rata-rata itu berlari kecil keluar rumah, menuju tokonya di depan. Ia memperbaiki rambutnya sesaat, berdehem-dehem sok cool kemudian memasang senyum terbaiknya berdiri ke depan toko menghadapi seorang gadis cantik yang menunggu.

"Hai, Chua," sapanya dengan manis menyebutkan nama gadis itu.

"Eh, Kak Jinwan," balas gadis itu tersenyum manis, "beli token listrik dong."

Jinwan, oh atau memaksa menyebut dirinya Jay, berdehem dan menoleh ke belakang. "WOI TEH ADA YANG BELI TOKEN NIH!" teriaknya kemudian merubah ekspresi ketika memandang Chua lagi.

"Yoyo ada di rumah?" tanya Jay basa basi.

"Ada, lagi itu tuh eksperimen masak lagi," kata Chua menggeleng kecil, lelah sendiri. "Tau nggak sih kemaren dia salah nuang ke supnya, dia kira kecap asin tapi malah cuka," cerita Chua dengan wajah lelah mengingat kelakuan si abang.

Jay jadi tertawa, "napa dah abang lo segitunya mau jadi chef," katanya geleng-geleng kecil. "Eh tapi gue mampir deh, sesekali cobain masakan Yoyo he he."

"Mampir aja," kata Chua tersenyum manis menyambut.

"Woi misi!" seorang perempuan datang menoyor Jay hingga pemuda itu tergeser dengan lemahnya. Garis wajahnya yang sama persis seperti Jay hanya saja dengan rambut lebih panjang itu menaruh mesin kecil di atas etalase, "yang berapa?" tanyanya langsung pada Chua.

"100," jawab Chua mendekat menyodorkan kertas berisi nomer. "Oh ya Teh Jihan, Kak Yoyo juga sekalian pinjem katalog Tupperware bulan ini."

Jihan, nama gadis itu, mengernyit. "Lah? Napa nggak sama si Iwan aja?"

"JAY!" protes Jay langsung menyahut kesal. "Panggil gue Jay, biar kayak Jay Park."

"He, tong. Lo jadi tattonya Jay Park aja nggak pantes," balas Jihan dengan pedas dan galak, membuat Jay langsung menciut. "Tuh, napa nggak ngasih Yoyo katalog?"

Jay mencuatkan bibir kecil, agak melirik Chua merasa malu sendiri. "Itu...... kemaren aja dia masih nunggak...." katanya mendecak kecil, "Masih kurang dua kali bayar."

"Ck," Jihan langsung mendecak judes, "temen lo sendiri napa sih?" omelnya galak menyambi menekan tombol di mesin kecilnya.

Jay hanya mencibir. Kalau saja di depannya bukan si cantik Chua, mungkin dia sudah mengomel-ngomel membela diri dengan kesal. Yohandar tuh ya, kalau mesen Tupperware pasti yang bonus-bonus limited. Kan kurang ajar. Mau nolak gimana, si Yoyo bayar juga walau ngutang. Tapi di sisi lain sayang juga, walau cuma botol minum tapi Tupperware itu berharga.

Iya, Jay sama Yoyo emang punya jiwa emak-emak seperti itu.

Pernah dulu saat kelas satu, Jay lari-lari ke kelas Yoyo cuma buat pamer dia punya botol Tupperware yang bentuk beruang. Pernah juga pamer dia dapat tas bekal Tupperware. Terus Yoyo pasti kepancing, jadi emosi. Datangin emaknya Jay langsung, mesen Tupperware saat itu juga.

Yang model gini gimana mau punya pacar.


"Makasih ya Teh," kata Chua menerima selebaran dari Jihan sambil balik menyodorkan beberapa lembar uang.

Selagi Jihan berbalik untuk mengambil katalog, Jay segera ke depan Chua lagi.

"Langsung beli banyak ya," kata Jay basa basi lagi.

"Iya kak, sekalian. Daripada dua puluh dua puluh mulu," jawab gadis berambut panjang itu meringis.

'Ya nggak papa jadi lo bolak balik ke sini,' batin Jay merapatkan bibir berusaha mengendalikan diri.

2A3: Perfect Classmates (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang