Tentang Rasa

2.4K 349 18
                                    

Ladinka Naraya itu unik. Kemana-mana selalu setia dengan jepitan kuning bergambar dua pisang diatas kepalanya. Jangan lupa bibir merah merona yang kerap kali kena tegur oleh Pak Muh. Atau kaos kaki pelanginya, bahkan para guru sudah angkat tangan. Biarlah terserah Ladinka Naraya saja. Selain itu, kalau sudah menyangkut Inka tentu seisi gedung akan dibuat heboh berhari-hari. Memang, Inka sangat terkenal di sekolahnya. Terkenal suka iseng sampai-sampai menimbulkan pertengkaran.

Terakhir kali dia masuk keruang BK adalah 4 hari yang lalu. Berkat aduan dari Lala— si korban, hari ini Inka berhasil mendapat panggilan untuk kesekian kalinya. Namun, sepertinya hari ini gadis itu tidak memiliki mood untuk sekedar mengeluarkan suara. Rambutnya yang sudah berantakan akibat aksi jambak bersama Lala tadi pun dibiarkan begitu saja, wajahnya saat ini boleh dibilang tidak ada ramah-ramahnya.

"Udah bu, kasih skors aja. Kalo di kasih enak terus, ntar dianya kebablasan" protes Lala masih sesegukan, tidak beda jauh dengan kondisi Inka. Gadis rambut pirang itu sama berantakanya. "Tukang bully kayak dia mah—"

"Lala, bisa diam sebentar? dari tadi kamu ngoceh sendiri, muter-muter lagi. Ibu pusing dengernya" sahut Ibu Nina memijit pangkal hidungnya. Saat ini kepalanya serasa mau pecah menghadapi tingkah kedua siswinya itu. "Begini aja, kalian berdua Ibu hukum—"

"LOH KOK SAYA JUGA BU?!"

"Mulut lo kayak nya isinya bom semua, ngegas mulu. Pantes Ka Randi gak suka sama lo"

Lala kembali mendidih, jika saja tidak ditahan oleh Ibu Nina pasti sudah terjadi pertempuran season seribu. "INKA LALA!"

"Saya cuma ngomong fakta, Bu" kata Inka menghendikan bahu.

"Pokoknya kalian Ibu hukum bersih-bersih toilet siswa selama seminggu penuh" ucap final Ibu Nina sebelum menyuruh kedua gadis itu untuk kembali ke kelas, namun sebelum itu "Inka jangan lupa nanti malam"

Here we go again~

-

Kalau di sekolah Inka dengan bebas nya melakukan apapun sesuka dia, berbeda situasi kalau sudah pulang ke rumah— tepatnya rumah sang Nenek. Hari ini diakan acara kecil-kecilan disana. Katanya sih menyambut Inka yang sudah berbulan-bulan tidak pulang berkunjung, padahal itu alibi sang Nenek saja. Kenyataannya, malam ini adalah acara pertemuan dua keluarga, menentikan tanggal pertunangan dirinya. Rasanya Inka menyesali keputusan untuk tidak kabur dan memilih mendatangi kediaman tua itu. Nenek nya masih saja berselera untuk menjodohkan dirinya dengan salah satu cucu temannya. Janji masa lalu?. Menyebalkan.

Inka sangat cantik, tidak ada jepitan rambut dengan bentuk pisang yang menghiasi kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inka sangat cantik, tidak ada jepitan rambut dengan bentuk pisang yang menghiasi kepalanya. Atau kaos kaki warna-warni favoritnya. Hari ini, Inka terlihat lebih dewasa. Berbalut dress se lutut dengan warna hitam, yang sempat di protesnya "Kayak mau melayat saja". Lalu rambut yang dibiarkan terurai dan dibiarkan bergelombang cantik, dipadu padankan dengan riasan wajah yang telihat simple namun berhasil mengeluarkan aura luar biasa dari seorang Ladinka Naraya.

Love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang