SP 2 : Midnight Call

1.4K 239 15
                                    

Esa sudah berdiri gagah di kiri podium menunggu Raka memasuki ruang pemberkatan. Laki-laki itu bahkan masih sempat bercanda dengan para sepupunya yang kebanyakan masih berusia belia. Berbeda dengan Joa di ruang makeup, sengaja diminta Rima untuk membantunya menjadi penggiring pengantin wanita.

Waktu sudah berlalu cukup cepat, hari ini semua orang merasakan kebahagiaan. Serupa dengan menghangatnya hati Joana. Ia bersyukur salah satu laki-laki hebat dalam hidupnya, telah menjemput cintanya. Lalu tanpa sadar Ia meneteskan air mata, membuat orang-orang jadi panik seketika.

Lala dan Namira juga berada disana guna menyelesaikan riasan mereka yang sempat berantakan lantaran diterpa angin ketika berangkat ke Gereja. Melihat sahabatnya menangis begitu, bukannya iba, mereka lebih memilih mencela. Selalu begitu, Joana dan perasaan lunaknya. Sudah mendarah daging.

"Aduh Jo, yang mau nikah Ka Rima kenapa lo yang nangis sih??"

"Tuh kan, luntur makeup lo. Udah ihhhhh,"

Sedangkan sang pengantin wanita hanya tertawa, kemudian mengelus punggung Joa dengan sayang. "Udah Jo, nanti Ka Rima malah dicerca sama Esa kalo tau pacarnya nangis kayak gini,"

Tidak lama seorang staff acara memanggil mereka untuk segera bergegas. Ia juga sempat memberitahukan bahwa pendeta sudah tiba. Lala dan Namira lantas lebih dulu menuju ruang acara. Mereka akan menjadi bridemaids Rima hari ini. Sedangkan Joa, buru-buru memperbaiki polesan wajahnya.

"Ah sial!"

———

Sudah bisa ditebak siapa pemilik suara tangisan itu. Joanan Anindya saat ini tengah menjadi pusat perhatian, orang-orang tergelak memperhatikan tingkahnya yang begitu menggemaskan. Tersekap dalam dekapan pacarnya, Joa meraung ketika Raka mengucap kalimat terimakasih kepada dirinya yang telah tumbuh menjadi luar biasa.

Laki-laki yang sudah resmi menjadi suami itu lalu menghampiri kedua adiknya, ikut larut dalam suasana sendu. "Ahh! nyesal gue ngomong keren barusan kalo lo nangis kayak begini, udah dong!" ucapnya sedikit berbisik.

"YA LO NYA KENAPA PAKE ACARA LEBAY KAYAK TADI?!"

"Lebay apasih? Orang gue ngomong apa adanya"

Esa jadi kesal sendiri, lama-lama jika kedua orang ini tidak di lerai bisa-bisa jadi acara pertarungan, bukannya pernikahan. Maka dengan inisiatif seadanya, Ia mengajak Joa untuk mencari makanan.

Joa dan makanan. Sudah tahu kan seperti apa? Tentu saja gadis itu dapat berubah 180 derajat jika sudah mendengar kata makanan. Apalagi yang manis-manis. Kalau bisa sih hidupnya bersama gula-gula saja, saking cintanya Joa dengan rasa manis.

"Satu lagi deh! enak banget ini kue nya, yang," pinta Joa dengan nada manjanya. Untung saja ada Esa, menjadi controller kadar gula dalam tubuh Joa. Laki-laki itu tidak akan membiarkan pacarnya mengalami diabetes diumur yang masih muda.

"Nggak. Lo kemaren udah makan makaron setoples penuh ya. Ditahan Jo," kata Esa mengembalikan kue berwarna merah hati itu kedalam piring saji. Kemudian menyodorkan sepiring nasi putih lengkap dengan lauknya kehadapan Joa, "Ini aja. Biar badan lo banyak nutrisi,"

Joa tentu saja tidak terima, baru juga memakan 2 buah sudah disuguhkan dengan pemandangan hijau diatas setumpuk nasi. Ayolah, hanya saat-saat seperti ini dia bisa makan manis sepuasnya. Tapi, ketika melihat wajah serius Esa, lagi-lagi Joa harus menghela nafasnya lama.

Love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang