Part 49

14.5K 413 46
                                    

Perlahan aku membuka mataku, kepalaku terasa sangat berat. Ku lihat ada ibuku yang tersenyum hangat memandangku.
"Kamu udah sadar nak? Jangan banyak gerak dulu, kamu butuh istirahat." seru ibuku kemudian.

Aku memutar pandanganku kesekeliling tempatku terbaring, saat ku sadari bahwa saat ini aku sedang berada di rumah sakit, seketika itu pula ingatanku pada Oki ku dapatkan kembali.

"Dimana Oki bu? Katakan padaku, dimana dia? Aku harus segera melihatnya, dia terluka parah bu." ujarku mulai menangis kembali dan beranjak dari ranjang rumah sakit lalu meraih botol inpus yang tergantung di tiang inpus disebelahku.

"Kamu mau kemana nak? Kamu itu masih lemah. Istirahatlah dulu." seru ibu menghalangiku.

"Bagaimana aku bisa enak-enakan berbaring disini sedangkan suamiku entah bagaimana keadaannya disana. Aku ingin melihat keadaannya bu, tolong." lirihku.

"Ingat nak, kamu itu sedang mengandung. Jangan terlalu memaksakan diri, bahaya bagi janin kamu."

"Tapi Oki bu, aku ingin berada di sampingnya bu. Aku ingin tahu keadaannya, aku ingin melihatnya bu. Aku tidak bisa hanya berdiam diri disini, suamiku membutuhkanku bu." aku duduk terkulai di lantai mengingat keadaan Oki sebelum aku tak sadarkan diri. Ibu langsung memelukku dan ikut menangis.

"Kamu harus sabar ya nak, kamu yakin pada Allah kan? Allah tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuannya." jelas ibu.

"Tolong bu, tolong bawa aku pada Oki bu. Aku ingin bertemu dengannya." aku menangis terseduh-seduh di dalam pelukan ibuku.

"Baiklah, ibu akan menemanimu. Tapi berjanjilah pada ibu, bahwa kamu tidak akan menjadi lemah. Ingat anak dalam kandunganmu nak." pinta ibu.

"Aku berjanji bu." ucapku.
"Tunggulah sebentar ibu akan meminta perawat untuk membawakanmu kursi roda." seru ibu lalu berlalu pergi.

Tidak begitu lama aku menunggu, ibu sudah datang bersama satu perawat yang membawa kursi roda. Dengan segera aku meminta mereka untuk mengantarkanku ke ruangan dimana Oki dirawat. Sesampainya aku di depan ruang ICCU, aku hanya diperbolehkan masuk sendiri untuk menemui Oki. Begitu aku sampai di dalam ruangan, air mataku kembali mengalir deras. Dadaku terasa sesak melihat keadaan suamiku yang terbaring tak berdaya dengan beberapa alat yang terpasang di tubuhnya. Ku amati patient monitor yang terletak di sebelah ranjang Oki menunjukkan tanda vital tubuhnya, detak jantungnya yang lemah semakin membuat air mataku mengalir deras. Sekuat mungkin aku menahan tangisku, oh God tolong selamatkan suamiku. Jangan biarkan anakku lahir tanpa ayahnya disisinya. Batinku.

"Kamu harus kuat sayang, kami menunggumu disini. Kamu harus berjuang untuk sembuh kembali, demiku dan juga anak kita sayang. Ku mohon, sadarlah sayang." lirihku, hatiku semakin hancur melihat keadaannya seperti ini. Ku genggam erat tangannya sesekali ku kecup lama.
"Nak, doakan ayahmu ya sayang. Agar ayah lekas sembuh dan bisa kumpul bersama kita lagi." ucapku menangis sambil mengusap lembut perutku.

Begitu lama aku menangis disamping Oki, kadang berbicara sendiri. namun ia tak juga kunjung membuka matanya. Hingga akhirnya salah satu perawat yang bertugas disana mendekatiku.
"Maaf bu, ibu belum boleh terlalu lama disini. Biarkan pak Oki beristirahat dulu bu. Ibu juga harus istirahat, tidak baik untuk kesehatan anak yang ada dalam kandungan ibu."

Karena mengingat anak yang ada didalam rahimku saat ini, aku memutuskan  untuk menuruti apa yang dikatakan perawat itu. Aku harus lebih sehat dan kuat untuk anakku dan suamiku. Aku tidak boleh lemah, aku akan menjadi kekuatan kalian. Aku akan menjaga anak kita sayang, ku mohon sadarlah untuk kami. Harapku di hati.
Akupun keluar dari ruangan itu dan menyeka air mataku yang masih mengalir. Saat aku tiba diluar, kudapati seluruh keluargaku tengah berdiri di luar ruangan. Aku segera menghambur kedalam pelukan mami, mereka semua menangis.

Cause I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang