Part 40

16.3K 395 6
                                    

Lyprian Oki Dinata's Pov

Hari ini aku pulang dari rumah sakit lebih cepat dari sebelumnya, sehingga aku bisa makan malam bersama seluruh anggota keluargaku. Jarang sekali seperti ini, biasanya jika tidak makan malam di rumah sakit, aku selalu makan larut malam dan itu hanya ditemani oleh istriku. Hanya menemani, ia tidak ikut makan.

"bagaimana kerjaan kamu di rumah sakit?" Tanya papi memecah keheningan di meja makan.

"sejauh ini baik-baik saja pi, aku menikmatinya." jawabku dan kembali menyendokkan suapan nasiku. Papi menggangguk pelan.

"kalo kamu Niko, bagaimana perkembangan bisnis kita?" lanjut papi bertanya pada kak Niko.

"semuanya berjalan lancar pi, kalo gak ada hambatan 2 minggu lagi akan ada pertemuan dengan rekan bisnis kita yang di Bangkok, mau ngebahas kerja sama kita. Vira juga selalu membantuku dengan baik pi." jelas kak Niko.

"itu bagus, terus bangun kerjasama yang baik dan tingkatkan kemajuan bisnis kita ya." Ujar papi bersemangat.

"emmm pi.. Ika boleh ngomong sesuatu?" tiba-tiba Ika mengeluarkan suaranya, membuat kami semua menatapnya.

"katakan saja" jawab papi.

"emm... kalo Ika bekerja juga bolehkan?" tanyanya ragu. Aku tahu mungkin ia hanya tidak ingin selalu bergantung hidup pada orang tuaku, meskipun gajiku saja sudah cukup untuk menghidupinya tetapi aku yakin dia juga ingin menyalurkan ilmu yang ia punya. Semua orang terdiam dan menatap lekat istriku. Bahkan akupun ikut cemas.

"kamu mau kerja dimana?" kini papi mulai bertanya padanya.

"emm.. dimana saja pi. aku bisa bekerja di rumah sakit, di apotek, atau jika bisa menjadi seorang dosen disalah satu universitas juga bisa. Apa saja yang penting halal pi." jawab Ika bersemangat.

"tidak. Kamu tidak boleh bekerja." Sahut papi dengan datar.

"tapi kenapa pi? Oki bekerja, kak Niko dan kak Vira juga bekerja, lalu kenapa aku tidak boleh? Lalu apa gunanya aku menempuh pendidikan selama ini jika ujungnya aku tidak diizinkan untuk bekerja." Bantah Ika. Aku tahu ia pasti sangat merasa kecewa atas keputusan papi.

"jika papi bilang tidak, maka tidak." Jelas papi.

"tapi pi, tidak masalah jika dia juga bekerja. Dia juga gak ada kerjaan di rumah. Untuk apa kita mengurungnya dirumah." Aku mencoba menjelaskan pada papi berharap papi akan mengizinkan Ika untuk bekerja.

"turuti saja papimu nak." Seru mami yang duduk disebela Ika dan mengusap lengannya. Lalu kemudian menatapku memberikan isyarat dimatanya bahwa aku juga jangan membantah papi.

"baiklah." Jawab Ika lesu, bahkan sepertinya sudah tidak bernafsu lagi untuk menyelesaikan makannya. Aku sendiri tidak mengerti dengan jalan pikiran papi.

"oh iya Vira, Ika. Besok pagi kalian bisakan temenin mami pergi? Mami mau ajak kalian Spa di tempat anak temen mami, baru buka soalnya. Terus mami juga mau ajak kalian pergi belanja." Tanya mami kemudian.

"bisa kok mi." jawab kak Vira.

"iya mi bisa kok." Jawab Ika kemudian.

***

Sejak makan malam berakhir, Ika belum juga kembali ke kamarnya. Entahlah dia sedang berada di ruang mana dan sedang melakukan apa. Aku bolak-balik kamarku dan kamarnya tapi belum juga melihatnya kembali. Ku lihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam. Apa mungkin dia tertidur di kamar Viko lagi? Pikirku. Saat aku berniat untuk mengeceknya ke bawah, aku melihat ia sedang berjalan hendak menaiki tangga. Panjang umur sekali, baiklah aku akan mengejutkanmu. Batinku. Sesaat kemudian Ika sudah berada di atas dan aku langsung meraih tangannya dan membawanya kedalam pelukanku.

Cause I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang