Kepercayaan

11.5K 301 14
                                    

Aku sudah menyiapkan makan malam untuk Oki, jujur saja aku masih merasa sakit saat melihat adegan yang tidak seharusnya aku lihat di rumah sakit tadi. Tidak begitu lama aku sudah mendengar suara mobil Oki memasuki halaman depan rumah, dia terlihat sangat lelah saat masuk ke dalam rumah.

"Assalammualaikum" ucapnya.
"Waalaikumsalam." Jawabku.
"Kamu belum tidur sayang?" Oki menghampiriku yang masih duduk di meja makan.
"Makanlah, aku sudah menyiapkan makan malam untukmu." Seruku padanya.
"Kamu udah makan?" Tanyanya.
"Udah tadi." Jawabku singkat.
"Nisa udah tidur?" Tanyanya lagi. Aku menganggukkan kepalaku.
"Yasudah, aku juga merasa sangat lelah hari ini. Aku ingin istirahat sayang, aku sedang tidak lapar. Ayo temani aku dikamar sayang." Ajak Oki sambil memelukku dari belakang dan masih duduk di kursi meja makan.
"Baiklah." Dengan rasa kesal aku membereskan semua masakanku yang ada di atas meja dan langsung ku buang.
"Loh kok di buang sayang? Kan mubazir jadinya." Seru Oki.
"Daripada tidak di makan, lebih baik dibuang." Ucapku tanpa melihatnya. "Naiklah duluan, mandi terus istirahat. Aku masih harus membersihkan ini."
"Yaudah aku tunggu kamu dikamar ya sayang." Oki mencium puncak kepalaku dari samping sebelum ia berlalu meninggalkan dapur.

Saat aku kembali ke kamar, ternyata Oki masih mandi. Aku segera berbaring di kasur dan menutupi tubuhku dengan selimut. Segera ku pejamkan mataku, aku ingin melupakan kelelahan hatiku hari ini.
Tiba-tiba kurasakan Oki memelukku dari belakang.

"Apa kau sedang marah padaku sayang?" Tanyanya. Aku tetap diam dan terus berpura-pura tidur.
"Aku tahu kamu belum tidur. Ayo katakan padaku, apa yang sedang menganggu pikiranmh saat ini sayang?" Tanyanya kembali.
"Lepaskan aku kik." Pintaku sambil melepaskan tangannya dariku. "Aku sedang tidak ingin kau peluk."
"Kenapa?"
"Peluk saja dia yang lebih membutuhkanmu." Ujarku.
"Kamu ini bicara apa sayang? Ayolah, jangan cemburu tidak jelas seperti ini." Ucapnya. Mendengar ucapannya, emosiku memuncak. Aku bangun dari tiduranku, dan duduk menghadapnya.
"Kamu bilang cemburu tidak jelas??? Jadi itu kerjaan kamu di rumah sakit? Peluk-pelukan bersama wanita lain, kamu itu suamiku bukan seorang yang masih lajang."
"Siapa yang peluk-pelukan sayang? Kamu hanya salah paham."
"Salah paham? Dia memelukmu dihadapan banyak orang dan kamu diam saja Oki. Apanya yang salah paham." Ungkapku kesal. "Jadi benar, dia yang kamu sebut lebih membutuhkanmu kemarin?"
"Bukan seperti itu sayang, kamu salah paham. Aku tidak berselingkuh dengan siapapun." Jelas Oki.
"Buktikan semua perkataanmu, karena ucapanmu dengan perlakuanmu padaku sama sekali tidak sama. Sepertinya sekarang kau sudah tidak menganggapku istrimu lagi. Mungkin kau lebih suka menghabiskan waktumu dengannya." Ucapku.
"Ika!!" Teriak Oki. "Berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak, jika tidak aku benar-benar akan marah padamu."
"Lihat, sekarang saja kau sudah mulai berteriak padaku." Aku kembali berbaring dan membelakanginya.
"Ya Allah sayang, kamu ini kenapa?" Keluhnya.
"Diam, aku sedang tidak ingin berbicara padamu." Ucapku.
"Tidak, aku tidak akan diam. Kamu harus dengarkan aku. Apa yang kamu lihat tadi itu tidak seperti yang kamu bayangkan sayang. Dia adalah salah satu anak dari pasienku. Ayahnya menderita penyakit jantung koroner, dia memelukku karena dia ingin berterima kasih padaku karena telah menolong ayahnya. Aku tadi ingin mengejarmu, tapi aku tidak punya banyak waktu karena aku harus segera ke ruang operasi untuk membantu dokter disana melakukan operasi pasang ring jantung. Ayolah sayang, jangan marah padaku. Aku bersumpah atas nama Allah kalau aku tidak pernah mengkhianati cintamu sayang. Percayalah, aku hanya mencintaimu seorang. Hanya ada nama kamu yang terukir indah di hatiku, dan tidak akan ada yang bisa menghapus itu sayang." Jelas Oki. Aku tetap memunggunginya, aku masih merasa kesal padanya.

"Tadi aku berniat untuk mengajakmu bicara baik-baik. Ingin bermanja pada istriku saat aku merasa lelah seperti ini. Bahkan aku sengaja untuk tidak makan, agar aku bisa punya waktu lebih banyak bersamamu. Mungkin kamu berpikir aku sudah makan di luar, tapi percayalah padaku sayang, semua pikiran negatif yang sedang mengganggu pikiranmu itu. Itu semua tidak benar. Aku bahkan belum makan apapun dari tadi siang. Aku memikirkan bagaimana caranya aku menyelamatkan pasienku dan setelah itu aku membuatmu agar tidak marah padaku. Maafkan suamimu ini sayang, aku masih jauh dari kata sempurna. Maafkan aku." Ucapnya. Aku tetap tidak menghiraukan perkataannya. Oki mengecup puncak kepalaku.
"Marahnya jangan lama-lama sayang, aku berharap saat kamu bangun besok pagi kamu sudah memaafkan suamimu ini. Semoga mimpi yang indah sayang." Ucapnya sebelum ia mengikutiku berbaring dan melelapkan matanya.

Cause I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang