Part 17

16.6K 471 0
                                    

"pagi nona." Sapa seorang laki-laki yang terdengar sayup ditelingaku, karena aku belum membuka mataku dengan sempurna.

"pagi juga Kik." Sapaku kembali saat mataku sudah mulai terbuka, kudapati Oki sedang duduk disebelahku. Seketika aku tersadar dan berteriak.

"aaaargggghhh....ummmm." Oki dengan segera menutup mulutku dengan tangannya.

"eehh jangan teriak, ntar orang-orang pikir aku menganiaya kamu." Seru Oki kemudian.

Aku kemudian melepaskan tangan Oki yang membekap mulutku. "kamu ngapain disini?" tanyaku sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang terbuka karena lingerie yang kukenakan tadi malam.

"memori kamu kacau banget kalo baru bangun tidur." Ucap Oki datar. "gak usah ditutupi gitu juga, lagian aku juga udah merasakannya." Oki tersenyum kecil sambil menaikkan sebelah alisnya.

Aku menganga tak percaya dengan ucapan Oki. "kita gak-..." kalimatku terputus saat Oki memukul lembut kepalaku.

"aku gak ngapa-ngapain kamu. Perbaiki dulu memori kamu. Ayo bersiaplah nanti gak sempat sahur karena keburu imsak." Ujar Oki dan beranjak dari tempat tidur, aku kembali mengingat apa yang aku, lebih tepatnya kami lakukan bersama semalam.

"oh iya, nanti kamu siap-siap ya. Kita akan pergi keluar." Lanjutnya.

"kemana?" tanyaku singkat.

"apa kamu masih sangat menyukai kejadian semalam? Dan masih ingin menggodaku dengan pakaian seperti itu?" Oki kembali melangkah mendekatiku.

aku sedikit mundur dari posisiku duduk dan semakin mengeratkan genggamanku pada selimutku. Aku menggelengkan kepalaku.

"baiklah kalau begitu ikut denganku, kita belanja keperluanmu. Pilih sesuai keinginanmu." Jelasnya.

Aku mulai tersenyum. "kita jalan-jalan keliling jogja juga ya." Aku mulai memasang wajah memohon padanya. Oki tersenyum padaku dan menggangguk pelan.

"kita buka puasa diluar saja nanti." Serunya sambil berlalu masuk kedalam kamar mandi.

Aku lupa seberapa tajirnya suamiku itu, sehingga hanya karena aku tidak membawa pakaian dengan benar. Ini juga salahnya.

***

Oki membawaku untuk pergi membeli pakaian yang baru, lalu mengajakku mengunjungi beberapa tempat disana. Aku terkekeh pelan, aku menyukai setiap saat aku bersamanya hingga melupakan rasa haus dan lapar karena sedang berpuasa. Tiba-tiba ponselku berbunyi, ku lihat nama kak Vira tertera pada layar ponsel. Kuusap layarnya.

"iya assalammualaikum kak."

"waalaikumsalam. Kalian dimana sekarang ka? Kakak boleh minta tolong gak sama kalian?" terdengar suara kak Vira yang penuh kecemasan disana.

"masih diluar kak, mungkin abis buka puasa baru pulang. Ada apa kak?" tanyaku khawatir padanya.

"mama kakak masuk rumah sakit tadi jatuh dari kamar mandi. Sekarang kakak lagi dirumah sakit, kakak mau minta tolong sama kalian buat jagain Viko. Kasian Viko kalo harus bermalam dirumah sakit." Jelasnya. Ya, Ibunya kak Vira memang ikut menghadiri acara kami di Yogyakarta, sekalian ada urusan lainnya bersama temannya. Kak Vira saat ini hanya memiliki ibunya sebagai orang tua tunggal, karena ayah dan ibunya berpisah sejak ia masih duduk dibangku SMA.

"astaghfirullahalazim, iya kak nanti kami segera kesana. Di rumah sakit mana kak?"

"rumah sakit Bathesda. Makasih banyak ya dek." Ucapnya lalu menutup telponnya.

"ada apa?" Tanya Oki penasaran.

"kita buka puasa di rumah tante clara aja ya. Soalnya mamanya kak Vira masuk rumah sakit karena jatuh dari kamar mandi, kak Vira minta tolong sama kita buat jagain Viko karena kak Vira harus nemenin mamanya di rumah sakit. Kasihan Viko kalo dirumah sakit, gak baikkan anak usia belum genap dua tahun itu kalo harus di rumah sakit." Jelasku.

"yaudah kalo gitu kita ke rumah sakit sekarang." Ajaknya.

***

Lyprian Oki Dinata's Pov

"Kik, kok Viko nangis terus ya? Padahalkan udah dikasih susu tapi masih belum mau tidur juga. Kenapa ya kik? Aku bingung, belum pernah ngurusin bayi soalnya." Ujar Ika kebingungan.

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, sama bingungnya dengannya. "apalagi aku, aku sama sekali gak ngerti. Kamu telpon kak Vira aja, coba tanyain gimana caranya buat bikin Viko tidur." Seruku padanya.

"tolong ponselku." Pintanya padaku untuk mengambilkan ponsel yang ada di atas meja kamar kami. Aku memberikan ponselnya dan dia segera men-dial nomor kak Vira.

"hallo assalammualaikum kak..... Viko nangis terus kak, kami bingung harus gimana dia gak mau tidur..... udah kok kak....... Udah juga kak.... APA?????" tiba-tiba Ika berteriak terkejut, entahlah aku tidak dapat menerka kalimat apa yang diucapkan kak Vira sehingga membuatnya terkejut dan langsung terdiam menatapku. Aku menatapnya heran mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Namun, Ika tidak menghiraukanku dan menutup telponnya.

"yaudah kak, iya baiklah aku coba.... Gak pa-pa kak.... Waalaikumsalam."

"bagaimana?" tanyaku bingung. Namun, Ika hanya menatapku lekat. Aku mengernyitkan dahiku, benar-benar bingung. "Ika.. ada apa?"

"Kik.. anu.. eemm, kak vira bilang ee.." Ika terbata-bata terlihat gugup, entahlah aku tidak tahu apa yang membuatnya berubah ekspresi seperti itu.

"iya, kak Vira bilang apa?" tanyaku kembali.

"Viko bisa tidur kalo dia nyusu sambil.... Sam-.. sambil memegang susu ibunya." Ucapnya dengan wajah yang tertunduk.

Oh God, apa yang dilakukan kak Vira hingga anaknya punya kebiasaan seperti itu. Otakku tidak bisa menemukan jawaban atas kebiasaan yang tidak masuk akal itu.

"lalu apa kau-..?"

Ika menggangguk pelan "kak Vira menyuruhku melakukannya. Aku akan mencobanya, semoga saja Viko bisa tidur."

Aku menghela napasku, kak Vira benar sekali merepotkan Ika.

"baiklah, kamu tidurkan Viko. Aku akan menunggu diluar, panggil saja jika Viko telah berhasil kau tidurkan." Ujarku, lalu meninggalkannya di kamar bersama Viko keponakanku satu-satunya.

Sudah hampir dua jam lebih aku menunggu diluar namun Ika tak juga kunjung memanggilku. Apa selama itu membuat Viko tertidur? Batinku. Aku mencoba menguping dari balik pintu, tak ku dengar suara tangisan Viko lagi. Lalu ku ketuk pintu kamar itu.

"Ika? Apa sudah selesai? Apa Viko sudah tidur?" tanyaku pelan dari balik pintu. Tak ada jawaban dari dalam. Berulang kali aku mencoba memanggilnya namun tetap sama tak ada jawaban. Aku membuka pintu kamar kami pelan, ku lihat bukan hanya Viko tapi Ika juga sudah tertidur disana. Aku hanya melihat punggungnya. Lalu aku berjalan mendekatinya dan ingin merebahkan tubuhku juga disebelah Viko, aku merasa sangat lelah hari ini.

Aku kembali dikejutkan dengan pemandangan yang tidak sengaja ku lihat, dasar ceroboh. Bagaimana dia bisa tertidur dengan keadaan bajunya yang masih terbuka seperti itu. Batinku. Aku tersenyum melihat ia mendengkur disebelah kiri Viko, wajahnya begitu cantik dan polos. Aku mendekatinya, lalu menutup cup bra penutup buah dadanya lalu menurunkan kembali bajunya yang terangkat keatas. "Apa kau lupa bahwa biar bagaimanapun suamimu ini tetaplah laki-laki." Ucapku pelan padanya, lalu menyelimutinya.

"mimpi yang indah istriku sayang." Aku mengusap lembut wajahnya. Lalu kembali berbaring dihadapannya disebelah Viko. Lalu memaksa mataku untuk terlelap agar aku bisa melupakan godaan besar dihadapanku. Hahahhaa....

Cause I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang