I hope you'll like it..
Happy Reading~~
×××
"Appa(ayah).. eomma(ibu).. Eonni(kakak perempuan).. Oppa(kakak laki-laki).. Eodiseyo(dimana)?" teriak seorang gadis memakai piyama beruang dengan rambut acak-acakan menuruni tangga sambil mengucek matanya.
"Eomma!!" teriaknya memanggil ibunya yang tak kunjung menjawab panggilannya. Biasanya ibunya akan menjawab saat dia panggil tapi kali ini tak ada jawaban sedikitpun dari ibunya.
"Appa!!" teriaknya lagi kali ini memanggil ayahnya. Ia berjalan menuju setiap ruangnya. Tapi ia merasa asing dengan rumah yang ia tinggali ini. Ini bukan rumah yang dikenalnya. Lalu ini rumah siapa?.
"Yak! Oppa eodiseo(dimana?)!?" teriaknya lagi memanggil kakak laki-lakinya. Ia tidak memanggil kakak perempuannya karena ia baru ingat kalau kakak perempuannya tidak tinggal satu rumah dengannya. Ia sudah menikah 3 tahun lalu.
"Oppa! Jangan bercanda!. Aku tidak suka!. Kau dimana?!. Awas saja jika kau bersembunyi aku akan membunuhmu!" ucapnya sambil membuka setiap pintu yang dilihatnya.
Tapi hanya ada tiga pintu. 2 kamar tidur dan 1 kamar yang telah disulap menjadi ruang kerja. Ia menjelajahi setiap tempat dalam rumah tersebut dan melihat ruang tamu, ruang keluarga dan dapur yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Ia berjalan dengan cepat menuju dapur. Ia melihat dimeja makan sudah tersedia makanan untuk sarapannya. Ia duduk dikursi yang didepannya tersedia sandwitch disana. Ia membuka sandwitch tersebut dan didalamnya terisi telur mata sapi kesukaannya dan juga bacon.
Ia terpekik kegirangan melihat 2 makanan kesukaannya berada diantara roti dan selada itu. Ia memakannya dalam gigitan besar. Ia bisa merasakan rasa telur mata sapi dan juga bacon bercampur menjadi satu membuatnya tersenyum sumringah.
"Aigo.. Siapa yang membuatnya. Sangat enak. Yang membuat sandwitch ini pasti pernah kursus memasak atau dia mungkin seorang chef. Yang penting sandwitch ini sangat enak!" ucapnya memandang sandwitch tersebut yang sudah digigitnya besar-besar. Ia menggigit sandwitch itu lagi hingga mulutnya penuh.
Setelah menghabiskan sandwitchnya ia melihat segelas susu coklat kesukaannya. Siapa yang menyiapkan semua ini?. Apa eommanya tapi ini bukan rumah appa dan eommanya?. Ia mengedikkan bahunya acuh lalu meminum susu tersebut. Rasa susunya sangat aneh. Berbeda dengan susu yang disiapkan ibunya tapi ia tetap meminumnya sampai habis.
"Kenyang...," ucapnya bersandar pada punggung kursi sambil mengelus perutnya yang telah terisi. Ia melihat sekeliling dapur dan melihat dapur tersebut yang sangat bersih.
Hingga pandangannya tertuju pada lemari es yang menarik perhatiannya. Ia berjalan dengan pelan menuju lemari es tersebut. Ia membukanya dan melihat banyak sekali bahan makanan. Hingga matanya tertuju pada sayur yang dibencinya. Brokoli. Ia bergidik melihatnya lalu mengarahkan pandangannya ke lain arah.
Ia melihat ada susu kotak disana. Ia mengambil susu kotak tersebut lalu menutup lemari es tersebut. Ia berjalan menuju pantry dan mengambil gelas lalu membuka tutup susu tersebut dan menuangkannya digelas. Ia meminum susu tersebut dan rasanya berbeda dengan susu yang tadi diminumnya.
Matanya mengelili penjuru pantry dan melihat kotak susu bubuk yang menarik perhatiannya. Ia meletakkan susu tersebut dimeja dan melangkah menuju susu bubuk tersebut.
"Susu ibu hamil?" ucapnya mengernyit setelah mengambil susu tersebut.
"Siapa yang hamil?. Eomma?. Tidak mungkin. Eomma kan tidak boleh hamil lagi. Lalu siapa?" ucapnya bingung. Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri. Ia meletakkan susu tersebut dengan cepat.
"Apa yang kau lakukan?" ucap seseorang membuatnya tersentak lalu melihat seseorang yang berdiri dibelakangnya.
Disana berdiri pria berwajah tampan menjinjing tas kresek yang ia yakin berisi makanan atau bahan makanan.
"Miryeo sayang apa yang kau lakukan?" ucap pria tersebut lagi berjalan menuju dirinya. Membuatnya mundur tapi ia tidak bisa mundur lagi karena terhalang oleh meja pantry.
"Kenapa Miryeo sayang?" ucap pria itu tepat didepan gadis yang dipanggilnya Minyeon.
"Ba.. bagaimana bisa kau tahu namaku?" ucap Miryeo menatap pria didepannya bingung. Entah kenapa wajah pria didepannya sangat familiar. Ia merasa pernah melihat pria didepannya tapi dimana?.
"Tentu saja. Kaukan is... Kau minum ini?" ucap pria tersebut melihat susu kotak yang belum Miryeo tutup kembali dan Miryeo hanya menganggguk.
"Kan sudah kubilang minum susumu bukannya susu kotak," ucap pria didepannya cukup keras membuatnya merasa sesak. Entah kenapa ia ingin menangis sekarang.
"Ak.. aku... aku..."
"Hei.. uljima(jangan menangis).. mianhae(maaf).. Bukan maksudku membentakmu," ucapnya dengan lembut menghapus air mata yang mengalir dipipi Miryeo.
"Hiks.. Neo(kamu)... Neo.. Hiks.. Nappeun(jahat).. Nappeun.. Hiks... Jeongmal Nappeun(benar-benar jahat)..," tangis Miryeo semakin deras mengalir dipipinya. Miryeo tidak tau kenapa ia sangat cengeng. Tapi rasanya ia sangat ingin menangis sekarang.
"Uljima... Sudah menangisnya nanti tidak cantik lagi," ucap pria itu memeluknya sambil menghapus air mata Miryeo. Tanpa Miryeo sadari ia sudah memeluk pinggang pria yang dimemeluknya.
"Nappeun...," ucap Miryeo masih terus saja menangis.
"Ne(ya).. ne.. nan nappeun(aku jahat)," ucap pria tersebut dan ajaibnya Miryeo berhenti menangis. Miryeo mengerjapkan matanya. Miryeo bingung ia sudah tidak merasa sedih lagi.
"Nan(aku)....?" ucap Miryeo bingung dengan keadaan dirinya. Tadi ia merasa sangat sedih sekarang ia merasa senang. Ada apa dengan dirinya?.
"Waeyo(kenapa)?" ucap pria tersebut menatapnya khawatir.
"Aku ini kenapa? Aku merasa aneh," ucap Miryeo balas menatap pria tersebut dan merasa tenang saat melihat mata pria didepannya.
"Itu wajar.. Kata eommamu wanita yang sedang hamil memang memiliki hormon yang naik turun seperti yang kau rasakan saat ini," ucap pria didepannya tersenyum lebar sambil mengelus pipinya.
"Aku hamil?" ucap Miryeo dan pria didepannya mengangguk dengan wajah bingung.
"Ya Tuhan!" ucap Miryeo menepuk dahinya. Miryeo baru saja ingat jika ia telah menikah 3 bulan yang lalu dan kemarin ia baru saja ingat jika ia dinyatakan hamil oleh dokter.
"Ada apa?" ucap pria didepannya dengan khawatir yang dia ingat kalau pria tersebut adalah suaminya.
Miryeo merasakan pipinya panas. Ia merasa malu karena bisa melupakan status yang baru saja didapatkannya beberapa bulan yang lalu.
"Waeyo(kenapa?)?" ucap suaminya tersebut dengan wajah khawatir. Miryeo langsung menubruk memeluk suaminya dan menyembunyikan wajahnya didada suaminya yang terasa hangat.
"Hei.. wae(kenapa)?" ucap suaminya lagi dan Miryeo menggeleng. Ia terlalu malu untuk mengatakannya apa yang baru saja terjadi pada dirinya.
Ending
Wait for next story.. kiss u💋
Bye... Bye...
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
Short StoryBerisi cerita-cerita pendek dengan segala keanehannya yang mungkin kadang tidak masuk di akal. Banyak juga mengandung typo-typo menggoda jiwa raga ?~~ Tapi tetap enak dibaca.. Mantap jiwa?~~ Let's check my first story...... ☞