Gincu (2-2)

28 3 0
                                    

💄💄💄💄💄

"Dasar ya!!! Mentang-mentang tunangan bos. Dia jadi sok berkuasa. Masih tunangan juga gimana kalau udah jadi istri bisa-bisa besar tuh kepalanya. Ngerasa jadi satu hotel punyanya tuh. Emang punya dia kan nanti kan bakal jadi istri bos," gerutu Letta saat mengingat tingkah teman kerjanya. Tidak. Letta bahkan tidak sudi memanggil tunangan bosnya itu teman. Dulu mungkin iya sebelum wanita itu menjadi tunangan bosnya. Bos mereka.

Zanna Lau. Gadis berdarah China-Indonesia. Tunangan bosnya. Zanna memang terlahir untuk menjadi wanita yang cantik. Sangat cantik tetapi juga menjadi wanita yang juga arogan hingga banyak yang tidak menyukainya. Dan semakin banyak yang tidak menyukainya semenjak dia menjadi tunangan bosnya sejak 2 minggu yang lalu.

"Baru juga jadi satu minggu udah sombong. Awas aja kalau aku yang jadi tunangan bos bakalan kusiksa dia," ujar Letta sambil memukul-mukul angin. Untung saja Letta berjalan sendirian. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jika dia tidak sendirian disana. Mungkin Letta akan malu setengah mati.

"Kampret!!!" geram Letta sambil menendang kaleng soda yang tepat berada didepan kakinya.

Tuk!

"Aduh!!" pekik seseorang yang Letta yakin terkena tendangannya. Letta mengedarkan pandangannya dan jatuh kepada seorang wanita paru baya yang membawa tas besar dan juga mengenakan baju yang cukup norak tengah terduduk sambil memegang dahinya.

Buru-buru Letta menghampiri wanita tersebut untuk meminta maaf. "Aduh.. Maaf ya bu.. Maaf.. Saya tidak sengaja. Maaf bu..," ujar Letta berjongkok didepan wanita tersebut. Wanita itu mengangkat wajahnya sambil memasang wajah kesal.

"Aduh mbak... kalau mau nendang kaleng liat-liat dong. Emang situ kira ini Glora apa? Main tendang-tendang aja!" dumel wanita tersebut. Letta memutar bola matanya kesal. Lengkap sudah kesabaran Letta diuji. Mulai dari bangun kesiangan. Telat sampai kantor. Dimarahi bosnya. Si Anna yang sok berkuasa. Sekarang ditambah ibu-ibu yang marah-marah kepadanya.

Wanita tersebut menatap Letta sengit sambil mengadahkan tangannya didepan Letta. Letta mengerutkan dahinya bingung. "Ganti rugi!" ujar wanita itu mampu membuat Letta membulatkan matanya tak percaya. Bahkan wanita itu terlihat baik-baik saja.

"Tidak mau?!. Kalau begitu kamu harus beli barang saya," ujar wanita itu sambil mengobok-obok tasnya untuk mengambil sesuatu.

"Lipstick?" ucap Letta saat wanita itu memegang sebuah lipstick berwadah silver dan emas ditambah ukiran yang cukup rumit memenuhi lipstick tersebut.

"Cuman 250.000 khusus buat kamu," ujar wanita itu menarik tangan Letta dan meletakkan lipstick itu ditangan Letta.

"Apa!!! 250.000!!!!!. Gak salah bu?" ucap Letta memandang lipstick dan wanita itu bergantian dengan wajah tak percaya.

Wanita itu mengangguk. "Kamu gak salah kok. Itu emang 250.000. Khusus. Limited edition," ucap wanita itu tersenyum lebar. 'Limited edition apanya? Lipstick biasa gini aja 250.000. Gila. Bener-bener gila!!' Batin Letta.

"Emang limited edition kok. Ini juga bukan lipstick biasa. Harapanmu bisa jadi kenyataan. Dan gak ada yang gila diantara penjual dan pembeli," Letta semakin membulatkan matanya lebih lebar saat wanita itu dia rasa bisa membaca pikirannya.

Wanita itu terkikik kecil. "Aku mah gak bisa baca pikiran orang, mbak," ujar wanita itu.

"Gak usah kaget kali mbak. Biasa aja deh. Jadi mbak cukup beli aja lipstick aku. 250.000 aja," ujar wanita itu. Letta berpikir-pikir lalu mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang 300.000 dan memberikannya kepada wanita itu.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang