7. Maka Sampailah Aku.

509 44 2
                                    

"Pak! Di mikrolet ini baru saja terjadi pembunuhan!" teriak Rhanto.

Petugas retribusi langsung panik. "Siapa pelakunya?"

"Dia! Siswa SMA itu!" Anton menunjuk aku yang berlari.

"Semuanya! Kejar bocah itu!" Petugas retribusi merangkap penguasa terminal itu mengerahkan rekan-rekannya.

Terminal Kampung Rambutan rusuh. Aku segera memilih tumpangan, menuju deretan bis Primajasa

"Cikampek! Cikampek!" teriakku.

"Mari sini!" sahutan seorang kernet membalas. Ia bertengger di pintu belakang bis Primajasa yang mulai laju meninggalkan Terminal Kampung Rambutan. "Cikupa sini!"

Aku tidak sempat membedakan selisih Cikampek dengan Cikupa. Yang penting aku lolos, mereka tertinggal. Aku diuntungkan petugas retribusi yang menarik mundur rekan-rekannya, sehingga mereka berhenti mengejarku.

Di dalam bis, situasi aman. Aku membuka hp untuk melihat jam lagi. Tiba-tiba mataku silau karena lampu flash kamera depan hp ku menyala.

Pukul 21.30.

Aku tahu foto wajahku sekarang ada di hp. Aku segera melihatnya.

Deg, sesaat aku berhenti bernafas. Mau tidak mau, suka tidak suka, nyata tidak nyata, ini kenyataan.

Wajahku sekarang adalah Sergam. Sekarang aku mengerti maksud permainan peran mereka: rekayasa pembunuhan. Anton terluka karena suatu sebab. Berhubung aku menyelidiki hal itu mereka mengarahkan bukti Sergam adalah pelaku padaku dengan cara dipaksa minum obat ungu itu.

Obat yang mereka gunakan bukan bius, maupun halusinogen, tapi pengubah identitas. Entah formulanya apa, yang jelas kode identitas itu berasal dari rambut.

Sergam, Rhanto, dan Anton hampir pasti komplotan kriminal. Aku sebagai detektif harus mengungkap kebenaran itu, tapi mengingat statusku buronan, aku harus sembunyi sampai situasi tenang. Aku menutupi wajahku dengan saputangan.

"Cikampek kapan sampai?" tanyaku pada kernet bis.

"Wah, kau salah naik. Bis ini jurusan Balaraja-Kampung Rambutan, lewat Cikupa," jawab si kernet. "Ongkos ke Cikupa Rp. 20.000. Seharusnya kau naik bis jurusan Jakarta-Kuningan,"

Maka sampailah aku di distrik ini.

Ichsan mengakhiri ceritanya.

"Ada dua hal yang perlu kutanyakan," kata Rasid. "Pertama..."

Detektif Ichsan 1 : Detective Undercover.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang